ANTARES

By capjmpol

4.9K 1.2K 1K

Antares Gevian Helmi. Remaja laki-laki yang berusia 16 tahun ini, lahir dari keluarga yang cukup terpandang... More

PROLOG
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9

Chapter 3

534 170 152
By capjmpol

Paginya, Ares mendengar beberapa kali ketukan pintu di kamarnya dan teriakan seorang wanita. Lantas ia mengucek kedua matanya yang memberat.

"Mas, udah jam delapan! Gak sekolah emangnya?"

Dengan terpaksa ia menjawab, "Iya, Bi! Ares udah bangun!"

"Yaudah. Bibi udah siapin sarapannya. Ayesh sama Bapak udah berangkat, Mas!" Ares mengiyakan.

Tanpa berlama-lama, Ares mandi dan mengenakan seragamnya. Setiap pergerakannya ia menahan rasa sakit yang menjalar diseluruh tubuhnya.

Jam sembilan, laki-laki itu sudah siap dan tinggal berangkat. Tak lupa menyantap sejenak roti yang ada di meja makan serta menyeruput habis susu coklatnya.

Sesampainya di sekolah, Ares memarkirkan motornya di warung belakang sekolah. Melewati gerbang belakang dengan mengendap-endap.

Di lorong menuju kelasnya, Ares dapat melihat seluruh ruangan kelas nampak tertib mengikuti pembelajaran. Hingga sampai di depan pintu kelasnya, Ares mengintip. Penglihatannya menangkap sosok gadis incarannya yang fokus dengan materi yang disampaikan.

"Huaaa!" pekik Ares menyita perhatian di ruangan kelasnya.

Penyebab laki-laki itu berteriak adalah pundaknya ditepuk pelan oleh guru BK. Lantas tak ada suara yang bisa Ares dengar, tiba-tiba sudah sampai di dekatnya. Akibatnya, guru yang sedang mengajar di kelasnya ikut keluar.

"Kamu lagi! Saya capek sama kebiasaan kamu yang terlambat masuk ke kelas saya!" omel guru yang mengajar di kelasnya.

Guru BK itu menghela nafasnya, "Kamu ikut ke ruangan saya sekarang."

Ares mengangguk patuh. Sebelum dirinya pergi, ia menyempatkan untuk melihat Athalia yang sempat menatapnya pula. Ia tersenyum samar lalu pergi.

Sesampainya di ruang BK, Ares diberikan selembar kertas dan alat tulis. Ia duduk berhadapan dengan guru BK itu di sofa panjang.

"Tulis kesalahan kamu di kertas itu," titahnya.

Ares pun menggaruk rambutnya yang lebat. "Kesalahan saya apa, Pak?" tanya Ares dengan wajah polosnya.

"Masih tanya aja. Kesalahan kamu terlambat masuk kelas. Lihat sekarang jam berapa? Emang kamu ngapain kok bisa terlambat begini?"

"Ya, saya bangun kesiangan," jawab Ares enteng.

"Saya bingung sama kamu. Gak ada kapok-kapoknya jadi murid. Sudah berapa kali, orang tua kamu dipanggil tapi tetap sama aja kelakuan kamu. Banyak guru-guru yang capek sama kelakuan kamu. Saya pun sama, saya capek dengar keluhan mereka," jelasnya panjang lebar.

"Saya minta maaf. Ini bawaan dari pabriknya, Pak."

Guru BK itu menggeleng kepalanya pelan. Sudah salah, masih saja bisa menjawab. "Yaudah, saya mau kamu berjemur di lapangan sampai istirahat. Pak Reno yang saya suruh nanti buat mengawasi kamu."

Dengan senang hati, Ares berjalan menuju lapangan basket. Di sana ada para murid sedang olahraga. Pahatan wajahnya yang sempurna itu membuat atensi para gadis yang kepanasan di lapangan itu tak sia-sia. Kapan lagi memandangi Ares dengan keringat yang mengucur di pelipisnya, hal itu membuat dirinya semakin seksi.

"Jangan kabur sebelum bel istirahat. Saya akan nambah hukuman kalau kamu kabur," ancam pak Reno selaku guru olahraga.

Terhitung satu jam setengah, Ares berjemur di lapangan. Rambutnya basah, wajahnya memerah akibat paparan matahari dan bercucuran banyak keringat di pelipisnya. Tak lama, pak Reno datang ke arahnya.

"Silahkan kembali ke kelas. Jangan diulangi lagi kesalahannya." Ares mengangguk.

Ia menyugar rambutnya kebelakang seraya berjalan ke kelasnya. Belum sampai lorong kelas, laki-laki itu dikejutkan oleh suara perempuan yang memanggilnya.

"Buat lo, minum dulu." Perempuan itu memberikan sebotol air pada Ares. Sedangkan Ares tersenyum tipis seraya menerima.

"Terima kasih, Kak." Ares menegak kasar air mineralnya.

"Kok bisa dihukum pak Reno?"

Ares menghembuskan nafasnya kasar, "Terlambat masuk kelas tadi."

"Yaudah, sana masuk kelas. Masih kelas sepuluh udah langganan BK aja lo," ucapnya dengan kekehan diakhir kalimatnya.

Ares ikut tertawa, "Gimana lagi, bawaan dari pabriknya. Lo sendiri, ngapain keluyuran di kelas sepuluh?"

"Gue tadi ke toilet, gak sengaja lihat lo." Perempuan itu mengedikkan bahunya. "Yaudah, gue samperin deh."

"Terima kasih buat minumnya, Kak Gi! Gue ke kelas dulu!" Ares berlari kecil menuju kelasnya.

Regia, salah satu kakak kelas yang secara terang-terangan mendekati Ares. Namun saat itu, Ares masih tidak mau menjalin hubungan dengan seseorang. Hingga sampai sekarang, perempuan itu masih pantang menyerah. Ia ingin perasaannya itu terbalaskan oleh sosok laki-laki yang lebih muda dua tahun darinya.

Sesampainya di kelas, ia bernafas lega karena guru yang mengajar sudah keluar lebih dulu. Alhasil, ia tiduran di lantai pojok belakang kelas.

"Tadi disuruh ngapain, Res?" tanya Harfi.

"Suruh berjemur di lapangan."

"Masih mending itu! Gue pernah disuruh bersihin toilet, anjing!" sahut Zafran yang mengunyah permen karetnya.

Ares terkekeh. Laki-laki itu memejamkan matanya kembali dengan tengkurap. Jika dirinya telentang, punggungnya terasa nyeri akibat kejadian kemarin.

"Lo ikut ke warung gak?" tanya Zafran pada Ares.

Gio, Harfi dan Zafran sudah siap untuk pergi. Maka dari itu, ia menanyakan pada Ares untuk ikut mereka atau tidak. Namun Ares lebih memilih untuk di kelas, jadi ketiga temannya pergi keluar.

Lima menit Ares terlelap, akhirnya bangun juga. Dengan alas tidur yang keras, bangun-bangun tubuh Ares ikut kaku. Ia bangun dan duduk di kursi, tak mendapati satu pun temannya di sana alias kelasnya kosong.

Setelah ingat satu hal, tangannya sibuk merogoh tas untuk mencari keberadaan susu kotak yang ia beli kemarin malam. Dirasa ketemu, ia menaruh susu kotak itu di atas meja Athalia. Berharap gadis itu menerimanya seperti kemarin walaupun sedikit memaksa.

Setelah selesai, Ares membawa tasnya dan berniat akan bolos semua mata pelajaran kelas hari ini. Tujuannya hanya satu, yaitu di warung belakang sekolah.

"Gue skip hari ini. Capek banget gue." Ares berucap setelah duduk di samping Harfi.

Ares menyambar batang nikotin dan lighter di atas meja. Membakar ujung rokok itu, menyesap lalu menghembuskannya asal.

"Yaudah, gue ikutan skip. Fi, tolong tas gue ya?" pinta Zafran yang menyeruput teh hangatnya.

"Gampang. Nanti gue sama Harfi balik ke kelas." Gio menjawab.

Setelah terdengar samar suara bel masuk, Gio dan Harfi kembali ke sekolah tepatnya ke kelas untuk mengambil tasnya. Keempat murid kelas sepuluh itu berniat untuk bolos sekolah.

"Lo sama Athalia gimana?" tanya Zafran sembari menyesap rokoknya.

"Gak tau. Jutek banget itu anak."

"Pelan-pelan dulu aja. Kalau butuh bantuan, bilang gue aja. Atau Harfi, itu bocah pakarnya kalau masalah begini."

Ares terkekeh. "Gue gak mau mainin perasaan perempuan, Zaf. Kalau sama Harfi udah pasti ajaran sesat."

"Apa, anjing? Nama gue disebut-sebut!" Dari belakang, Harfi menenteng dua tas berjalan ke arahnya.

"Bukan apa-apa!" Ares merangkul pundak Harfi. "Tadi ketemu Athalia gak? Sehari belum kelihatan, lemes banget."

Harfi mendorong pelan tubuh Ares yang menempel padanya, "Alay lo!"

Berjam-jam mereka habiskan di warung kecil itu sampai bel pulang berbunyi. Sampai-sampai Gio tidur pulas di sana, sedangkan Harfi dan Zafran bermain game bersama.

"Gue pulang dulu!" Ares bertos-ria pada Harfi dan Zafran.

"Hati-hati, Res!"

Suara motor Ares yang besar itu membuat Gio terbangun dari tidurnya. Gio pun ikutan pulang dan berpamitan pada Harfi dan Zafran yang masih di sana.

"Gue pulang dulu, Fi, Zaf!" ucap Gio sedikit berteriak.

Ares dan Gio pun melesatkan motornya menjauh dari sana. Di pertengahan jalan, Ares berpisah dengan Gio karena tak searah.

Dengan kancing seragam terbuka, tak lupa dengan dalaman kaos hitam, Ares menyita perhatian sejenak tepatnya saat lampu merah. Namun, Ares tak ambil pusing, biarlah orang-orang memandanginya.

Hampir lima menit berkendara saat di trotoar, ia melihat perempuan berteriak meminta tolong. Mungkin kena copet pikirnya. Namun siapa sangka, perempuan itu berhasil menghadang Ares dan menarik seragam putihnya.

Tanpa izin dari sang pemilik motor, perempuan itu tiba-tiba naik ke motor dan memukul pundak Ares. "Tolongin gue, please! Cepetan kejar motor itu," tunjuknya.

Ares sempat kebingungan, namun dengan cepat ia segera mengejar motor yang ditunjuk perempuan di belakangnya.

"Cepetan! Dia ngambil tas gue! Tas gue ada laptopnya! Ya ampun, tugas kuliah gue di sana!" teriak perempuan di belakang Ares.

Ares bisa mendengar teriakan nyaring dari belakang sana. Ia mengklakson agar motor yang dikejarnya berhenti. Sesampainya Ares menyamakan jaraknya, kaki jenjang Ares menendang bagian belakang motor pencopet. Alhasil, motor itu meluncur di atas aspal dengan sang pencopet.

"Gak usah maling kalau gak jago kabur!" Dengan kasar, Ares mengambil tas punggung yang berada di tangan pencopet lalu diberikan pada pemiliknya.

Mereka berdua minggir sejenak di trotoar. Perempuan itu membenarkan penampilannya yang sedikit berantakan. Dibuka tasnya, ia melihat barangnya nampak utuh.

"Thank you! Sumpah gue gak tau kalau gak ada lo."

Ares berdehem, "Sama-sama. Lain kali kalau minta tolong jangan ngehadang motor orang, bahaya. Lo juga, di motor berisik banget."

"Namanya juga panik," ucap perempuan itu.

Ares memakai helmnya kembali. "Yaudah, gue pulang dulu. Hati-hati lo!"

"Eh!" Lagi-lagi perempuan itu menarik seragam Ares bagian belakang. "Gue nebeng lo bisa gak?"

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 215K 74
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
5.1M 379K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
427K 5.1K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.5M 262K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...