love me well

By hip-po

6.4K 723 609

"Love me well or leave me alone, you decide." Seharusnya, dari awal kita berani mengambil keputusan setelah s... More

prologue
1 | you're gonna be my best friend, baby
2 | prince on a white horse
3 | the beginning
4 | nightmare
5 | news that no one ever wants to hear
6 | challenge the devil
7 | not your fault
8 | we can't be friend
9 | bad news
10 | care less
11 | i wish i hated you
12 | stupid feelings
13 | intentions
14 | a change of heart
15 | you'd talk to her when we were together
16 | but you're still a traitor
17 | you'll never feel sorry for the way i hurt
18 | i just wanna know you better
19 | nobody gets me like you
20 | not fair
21 | am all alone
22 | everything has changed
23 | there's nothing you can't do
24 | city lights
25 | i gave into the fire
26 | step on up
27 | falling
28 | baby please dont go
29 | so close to being in love
30 | but in time our feelings will show
31 | problem
32 | too late
33 | we lost a lot of things in the fire
34 | by my side
35 | i dont wanna be okay without you
36 | call me friend but keep me closer
37 | this feeling's all we know
38 | i'm not the one meant for you
39 | i know i'd go back to you
40 | you and no one else
41 | one fine day
42 | it's not living if it's not with you
44 | mixed feelings
45 | there something you should know
46 | that's why i let you in
47 | i will never know if you love me
48 | if i ain't with you i don't wanna be
49 | you're hiding something from me
50 | almost is never enough
51 | that's why i love you
52 | i don't want you to go
53 | head in the clouds
54 | something beautiful died
55 | my soul it gets sicker
56 | i gotta let you go i must
57 | i guess this is where we say goodbye
58 | tryna find a way back home to you again
59 | destiny decried
the end

43 | stand by you

72 10 8
By hip-po

Karna sudah terlanjur di Bogor, tak ada salahnya bagi mereka untuk menuruti permintaan Yania ke Kebun Raya Bogor. Lagipula kalau lama-lama di villa pun, mereka juga bingung harus melakukan apalagi selain berenang mungkin. Karna puncak tak terlalu dingin kalau siang hari. Kini mereka sedang perjalanan menuju ke sana dengan tiga mobil yang pisah. Mobil Yania di isi oleh Dicky, Louis, Yania dan Aqila. Sagara dan Aluna satu mobil dan Eric dan Sultan juga satu mobil. Mereka ditugaskan untuk membeli makanan karna sekalian makan siang di sana dengan tema piknik.

Sagara dan Aluna kebagian untuk membeli buah-buahan. Sementara yang lainnya membeli makanan berat dan juga cemilan. Tak lupa dengan minumannya. Mobil Sagara berhenti di pinggir jalan ketika melihat pedagang buah di sana.

"Gue aja yang beli. Tunggu di sini."

Sagara membeli apel, anggur dan juga strawberry agar gampang di makan dan mengurangi sampah. Sembari menunggu buahnya dibungkus, Sagara melirik ke toko yang menjual bunga di ujung sana. Tak perlu pikir panjang, Sagara langsung menghampiri toko itu, membeli sebuket bunga tulip berwarna pink sebelum akhirnya kembali ke dalam mobil.

"Beli buah apa?"

Bunga tulip pink langsung berada di hadapannya begitu Sagara masuk ke dalam mobil. Aluna mematung di tempatnya, menatap bunga tulip itu lalu beralih menatap Sagara.

"Buat lo," ucap Sagara membuat kedua pipi Aluna bersemu. Sagara tertawa kecil lalu menaruh buket bunga itu di paha Aluna, "gue nggak tau makna bunga, tapi gue pilih bunga itu karna mirip lo."


Sementara Aluna masih menatap bunga tulip itu dengan mulut yang terbuka sedikit. Jujur Aluna sedikit terkejut dibelikan bunga sama Sagara, tapi yang membuat Aluna lebih terkejut adalah Sagara membelikannya bunga tulip. Bunga yang sangat ia sukai.

"Seneng nggak?"

"Seneng dong!" balas Aluna, "thank you Sagara."

Dua mobil lainnya sudah sampai lebih dulu daripada Sagara. Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri Kebun Raya Bogor sembari mencari keberadaan teman-temannya yang lain. Sagara melirik Aluna yang masih tersenyum lebar sembari menatap bunga tulip di pelukannya. Lalu Aluna berbalik, menatap dengan mata yang menyipit karna tersenyum lebar. Tangan kanannya bergerak memeluk lengan Sagara lalu kembali menatap ke depan.

"Aluna, Sagara! Sini!"

Melihat mereka semua sudah duduk di alas, membuat Aluna melepaskan lengannya dari lengan Sagara dan berlari menghampiri mereka. Aqila dan Yania langsung menga-nga melihat Aluna datang membawa bunga tulip berwarna pink yang sangat cantik itu.

"Cantik banget gila!" pekik Aqila, "siapa yang beliin? Astaga, gue mau juga dibeliin bunga!"

Aluna duduk di samping Aqila dan Dicky lalu tersenyum senang. "Sagara."

Dari bunga, Yania beralih menatap Sagara yang baru saja datang dengan tas kertas berisi buah di dalamnya. "Gue mau juga dong Sagara!"

"Beli sendiri," jawab Sagara yang dibalas cibiran oleh Yania.

Yania memukul Sultan agak keras. "Lo kalah sama Sagara. Sagara aja beliin Aluna bunga. Masa lo nggak?"

"Anjing sakit banget," Sultan mengusap lengannya yang terkena pukul, "lo kalo jadi atlit tampar juga menang kali. Lagian biarin aja kek Sagara beliin Aluna bunga, ngapa lo yang sewot dah?"

Sagara menaruh tas kertas itu di tengah, membuat Aqila menyusunnya lalu memfoto semuanya terlebih dahulu. Sagara berdiri di antara Aluna dan Dicky, memberi kode pada Dicky agar ia bisa duduk di samping Aluna.

"Kayak lem sama kertas aja lo nggak bisa pisah," sindir Dicky sembari memperbaiki posisi duduknya, "btw Gar, Logan nggak diajak, aman gitu?"

"Aman."

"Kenapa lo nggak ajak aja sih?" tanya Dicky penasaran. Padahal kan Logan itu sahabat Sagara sekali, tapi malah Sagara melarangnya untuk mengajak Logan tadi malam.

"Dia nggak suka sama Aluna."

Selesai makan siang, mereka langsung lanjut mengelilingi Kebun Raya Bogor. Karna tak mau ribet, mereka menaruh peralatan yang mereka pakai tadi di mobil. Tak mau melewatkan satu momen pun, Aqila selalu memotret banyak hal yang bisa diabadikan di ponselnya. Seperti Dicky dan Louis berlomba lari sampai jembatan, Yania dan Sultan yang bertengkar karna tujuan yang berbeda. Dan juga Sagara yang tak mengalihkan pandangannya dari Aluna yang sedang menikmati pemandangan di sekitarnya. Aqila terdiam sebentar, kamera ponselnya masih mengarah ke mereka berdua, begitu juga Aqila yang terpaku pada tatapan Sagara.

"Awas," Dicky langsung menarik pinggang Aqila saat perempuan itu hampir disambar oleh anak kecil yang sedang bermain sepeda, "lagi liatin apa?"

Aqila menggeleng, ia kembali menatap ke depan. "Sagara serius sama Aluna, Ky?"

Dicky tertawa kecil. "Masih khawatirin mereka? Setelah liat tatapan Sagara ke Aluna yang sampe segitunya?"

Aqila mendengus. "Awas aja kalo sampe sahabat gue kenapa-napa. Lo orang pertama yang gue cari!"

"Iya nyonya," sindir Dicky lalu tertawa melihat ekspresi wajah Aqila, "btw lo mau oleh-oleh apa dari Malaysia?"

"Widih tumben nih nanyain?" Aqila mengernyitkan alisnya berpikir, "gue mau coklat putih yang dalemnya ada almondnya dong!"

"Siap, nyonya!"

Eric menghela nafasnya kasar. Ia sudah lelah berjalan kaki dan mungkin tak sanggup lagi kalau ingin mengelilingi Kebun Raya ini dengan berjalan kaki. "Gue capek banget sumpah, mendingan kita sewa sepeda."

"Boleh juga tuh!"

Mereka semua menyewa sepeda, tanpa terkecuali. Lagi pula siapa yang tidak lelah mengelilingi Kebun Raya yang sangat amat luas ini dengan berjalan kaki. Mendingan naik sepeda, apalagi bisa balapan. Kini mereka sudah berada di sepeda masing-masing, sejajar sembari mengambil ancang-ancang untuk menggoes sepeda menuju pohon yang sudah ditetapkan menjadi garis finish mereka.

"Oke, siap!" teriak orang yang menyewakan sepedanya pada mereka. Tadi Sultan yang meminta tolong padanya agar ia mau menjadi penghitung aba-aba balapan mereka, "satu, dua, tiga!"

"Anjrit cepet banget," ucap Dicky saat Sagara sudah berada di depan.

Jiwa ambisius Sagara langsung keluar begitu Dicky mengajak mereka untuk balapan sepeda. Jadi begitu hitungan ketiga, Sagara sudah memimpin di depan, diikuti oleh Dicky yang sejajar dengan Eric dan disusul oleh Louis, Sultan dan Aqila. Sementara Aluna dan Yania yang memang tak ada pikiran untuk memenangkan balapan ini menggoes sepeda mereka santai di belakang sembari tertawa melihat Dicky dan Eric yang berusaha mengejar Sagara di depan.

Kalau masalah adu fisik, mereka jelas kalah telak pada Sagara. Tapi Dicky tak menyangka kalau Sagara benar-benar ingin memenangkan balapan ini. Bahkan saat masih pusing karna pengaruh alkohol pun, Sagara memilih untuk lari pagi, bukan seperti Dicky yang ingin kembali tidur.

"Anjing, cepet banget lo!" kesal Dicky pada Sagara yang sudah berada di garis finish lebih dulu daripada ia dan Eric, "nggak mau lagi gue balapan sama lo."

"Bagus kalo lo udah tau gue nggak bisa dikalahin."

"Iya anjing, kapok gue," Eric menghentikan sepedanya di samping Sagara, menunggu yang lain sampai juga.

Sagara tersenyum kecil melihat Aluna sedang mengacungkan jari jempol padanya. Perempuan itu masih berada jauh di sana, jadi mereka bisa mengambil nafas dulu sebelum akhirnya kembali berkeliling di sana.

"Lo udah siapin barang buat besok?"

"Gue sih udah," jawab Sultan, "takutnya kecapekan abis dari sini. Bener aja lagi, ada orang gila yang ngajakin balapan tapi lawannya orang tenaga kuda."

Mereka tertawa mendengar ocehan Sultan yang ada benarnya juga. Dicky berdecak malas. "Gue belom lagi anjing. Kalo kecapekan gimana ya? Tapi besok berangkat siang kan?"

"Pagi anjing, jam 10."

"Bukannya jam 2?"

Sagara menggeleng heran. "Masih mabok lo ya?"

"Lo udah Ric?" tanya Louis dibalas anggukan oleh Eric, "kalo lo Gar?"

"Udah juga."

"Anjing," Louis menghela nafasnya kasar, "bertemen sama Dicky bawa pengaruh buruk ternyata."

"Kenapa nyalain gue anjing?" tanya Dicky tak terima membuat mereka semua tertawa.

Sepeda Aqila, Yania dan Aluna berhenti begitu mereka sampai. Aqila mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya lalu menghisap podnya. Louis sampai menggeleng melihatnya. Perempuan gila.

"Ini mau pisah atau sama-sama aja?" tanya Aqila, "gue sama Yania, Aluna mau ke taman palm. Mau foto di sana soalnya di sana kayak lagi di Holywood"

"Holywad Holywood," sindir Louis membuat Aqila mencibir, "gue ikut."

"Aluna sama gue," ucap Sagara langsung, "gue mau ke griya anggrek dulu."

"Gue sama Dicky mau duduk aja. Capek banget anjing," ucap Eric langsung turun dari sepeda dan duduk di rumput lagi, diikuti oleh Dicky.

"Oh yaudah kalo gitu pisah aja," ucap Aqila, "nanti berarti kumpulnya di Taman Meksiko aja. Jangan sampai nyasar ya! Bye!"

Sesuai apa yang dikatakan tadi, mereka berpisah dan kembali kumpul di taman meksiko nanti. Aluna dan Sagara berdampingan menggoes sepeda menuju griya anggrek. Sesampainya di sana, sepeda yang mereka pakai, mereka parkir di depan dan Aluna langsung berlari kecil masuk ke dalam sana. Sementara Sagara mengikut dari belakang. Aluna mengeluarkan ponselnya, memotret bunga-bunga anggrek yang berada di sana. Kameranya ia arahkan menuju bunga satu ke bunga lainnya. Lalu Aluna mengarahkannya pada Sagara yang sedang membaca deskripsi bunga.

Cekrek.

Suara itu terdengar bekali-kali sampai Sagara berbalik, menatap ke arah kamera lalu tersenyum. Suara potret itu makin terdengar lebih cepat dari sebelumnya.

"Aluna, udah."

Aluna tertawa kecil lalu berlari menuju Sagara, mengarahkan ponselnya ke arah mereka. "Cheese!"

Setelah memencet tombol putih ditengah, Aluna langsung melihat hasilnya lalu tersenyum senang. Di foto itu mereka sama-sama tersenyum manis dan melihat ke arah kamera. Cahayanya bagus, background foto mereka juga bagus. Dan juga, Sagara manis sekali di sini. Selesai dengan ponselnya, Aluna kembali memasukan ponselnya lalu beralih menuju Sagara yang sibuk membaca deskripsi macam-macam bunga anggrek.

"Gue mau deh punya rumah yang ada rumah kacanya kayak gini," ucap Aluna pelan, "biar bisa nanem apapun."

"Nanti rumah kita ada rumah kacanya kayak gini."

Aluna menoleh, menatap Sagara. "Kita?"

"Emangnya lo nggak mau tinggal sama gue?"

Kedua pipi Aluna bersemu. Pertanyaan Sagara selalu berhasil membuat pipinya semerah kepiting rebus. "Mau."

Sagara tersenyum kecil, mencubit gemas pipi Aluna yang memerah. "Lo kan udah janji nggak bakal tinggalin gue sendirian."

Aluna mengangguk membenarkan. "Kasih tau gue juga apa keinginan lo."

"Apa ya?" Sagara berpikir, "gue pengen punya rumah yang di dalamnya udah ada tempat gym, kolam renang sama lapangan tenis."

Aluna tertawa kecil. "Sehat banget dong, tiap hari bisa olahraga?"

"Iya harus," jawab Sagara, "terus gue juga mau kayak Ayah, jadi pebisnis yang sukses, pemimpin yang pinter terus tegas juga. Tapi nggak sesibuk Ayah. Biar Anak kita nanti nggak kesepian."

"Gue juga pengen buka panti asuhan, panti jompo sama sekolah untuk anak disabilitas," lanjut Sagara.

Aluna tersenyum tipis, menatap kedua bola mata Sagara dalam. Aluna tak menyangka kalau seorang Sagara punya mimpi yang setinggi itu. Ia kira dipikirannya cuma ada main-main dan main. Ternyata Aluna salah.

Sementara Sagara memikirkan apa Aluna masih tetap berada di sampingnya sampai semua mimpinya itu tercapai?

Ponsel Aluna berdenting, menyadarkan lamunan Aluna. "Ayo, sisa kita katanya."

"Aluna."

Aluna yang sudah berjalan menuju pintu keluar kembali berbalik, berdehem sembari menatap Sagara. Sagara mendekati Aluna, lalu berhenti depan perempuan itu. "Janji sama gue kalau lo nggak bakal ninggalin gue, Aluna."

Aluna tertawa kecil lalu mengangguk. "Gue janji."

"Aluna, gue serius," Sagara menatap Aluna dalam, "gue udah denger kata-kata itu dari banyak orang, tapi nggak ada satupun dari mereka yang nepatin janji. Buat gue percaya lagi kalau janji itu adalah hal yang harus ditepatin."

Tatapan itu, tatapan yang baru kali ini Aluna lihat. Sagara tak pernah seserius ini sebelumnya.

"Gue janji Sagara."

Tangan Aluna bergerak mengusap lembut pipi Sagara, meyakinkan laki-laki itu kalau ia akan selalu ada di sampingnya, mendukung segala impian Sagara.

"Lo nggak perlu khawatir, gue janji gue nggak akan ninggalin lo Sagara."

Continue Reading

You'll Also Like

157K 14.7K 23
Bukan karena kita menginginkan sesuatu, maka kita harus melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Cukup dengan mengikuti alurnya dan semuanya akan...
1.4M 58.2K 31
"Why you never let me kiss you?" - Briva "It's not your job." - Kai 13 August 2024
340K 4.7K 11
"Dengan persetujuan lo atau engga, gue bakal buat lo jadi milik gue, Capella!" -Karan Elderic Wijaya "Hai-- mine?" -Karan Elderic Wijaya ••• Kisah in...
620K 17.1K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...