Kisah Klasik [SLOW UPDATE]

By itsnovnov

4.7K 629 124

Mari berkenalan dengan Alva, Abiel, Alma, dan Arul dari Kisah Klasik mereka. Noted. Dilarang menyebarkan ceri... More

Prolog
1. A New Friend
2. Bertemu (kembali)
3. Bujukan
4. The Gift
5. Our Time
7. Melukis
8. Konser
9. Ngamuk
10. Ck!
11. Pupus
12. Semakin rumit
13. Patahati
14. Perlahan
15. Lah kok?
16. Gas Semua
17. Menunggu
18. Tantrum

6. Ada ya?

223 32 4
By itsnovnov

Enjoy❤️❤️❤️

******

Arul mengerjap. Dia ingin memastikan apakah pendengaran nya masih normal. Mungkin saja kan Arul salah dengar? Apalagi di sini sedang ramai.

"Coba ulang, Al, siapa namanya?" Tanya Arul memastikan.

"Alva, Rul."

Benar ternyata, Alma menyebut nama Alva.

"Alva, Alvaro? Si bule jangkung itu?"

Sejauh ini memang hanya ada satu Alva yang Arul kenal. Tapi kan Arul tidak tahu dengan Alma. Barangkali ada Alva-Alva yang lain?

"Iya, Alvaro. Alva yang sahabat kita."

Arul tidak sanggup menahan tawanya. Ia tahu ini salah, tapi mau bagaimana lagi? Rasanya geli sendiri mendengar Alma menyukai Alva.

"Ish, Arul! Kok lo ketawa? Emang ada yang lucu?"

"Sorry, sorry, Al." Arul menarik nafas, menetralkan diri agar bisa berhenti tertawa. "Gue gak maksud ngetawain lo, tapi lo bener suka sama Alva? Suka nya itu suka yang gimana?"

"Gue juga gak yakin, tapi perasaan gue itu beda kalau lagi sama Alva, gak kaya waktu sama lo. Gue gak bisa jelasin pokoknya."

Alma, sahabat kecilnya itu sudah tumbuh dewasa ternyata. Dia yang selama ini hanya merengek pada Arul dan Alva, baru saja menyatakan memiliki perasaan lebih pada Alva.

Arul sama sekali tidak keberatan. Jelas dia kenal Alva, dan jika memang mereka akan menjalin hubungan lebih dari sahabat, Arul setuju-setuju saja.

Asalkan Alva juga memiliki perasaan yang sama dengan Alma.

"Terus, lo mau gimana sekarang?" Tanya Arul, dia mengambil minuman yang tadi ia belikan untuk Alma. Meminumnya sedikit karena tenggorokannya terasa kering setelah tertawa tadi.

Jangan menegur Arul yang tidak meminta izin dulu pada Alma. Hal seperti ini sudah biasa terjadi di antara mereka. Yang ada justru akan aneh jika Arul atau Alma meminta izin hanya untuk sebuah minum atau makanan.

"Gak tau, sementara ini gue gak mau Alva tau. Masih mending kalau dia juga suka sama gue, kalau nggak? Gue belum siap patah hati."

Justru itu yang Arul takutkan. Jika hal itu terjadi, bukan hanya mereka, tapi Arul juga tentu akan terkena imbasnya.

Apalagi, melihat perilaku Alva pada Abiel belakangan ini. Rasanya kesempatan untuk Alma semakin tipis.

Bukannya Arul tidak mau membela Alma, Arul hanya mengatakan apa yang dia lihat. Sebagai sesama cowok, Arul tahu kalau Alva bukan hanya caper biasa pada Abiel.

"Bagus, Al. Saran gue sementara lo jangan terlalu nunjukin. Kalau Alva juga emang suka sama lo, biarin aja dia yang mulai duluan."

"Lo gak apa-apa, Rul?"

"Emang gue kenapa?"

"Ya takutnya lo gak suka kalau persahabatan kita tercemar gara-gara perasaan gue ini."

"Nggaklah, gue terserah kalian aja. Cuma masih sedikit gak nyangka."

Ternyata, sahabat jadi cinta itu benar ada ya?

******

Abiel senang, karena akhirnya dia di izinkan oleh Abi dan Umma nya untuk bermain ke rumah Kak Alma malam minggu ini. Dan ternyata, ada Kak Arul yang menunggu Abiel di depan rumah Kak Alma.

Tadi, Kak Arul memang sempat menghubungi Abiel dan menawarkan diri untuk menjemput ke rumah Abiel, biar membantu perizinan juga katanya. Tapi Abiel tolak, dia khawatir Abi nya bersikap kurang baik pada Kak Arul di depan Abiel.

Kan kasihan Kak Arul.

"Udah di izinin?" Tanya Kak Arul begitu Abiel sampai di hadapannya.

Abiel mengangguk, "Udah, Kak. Tenang."

"Syukurlah. Kenapa gak bolehin gue jemput?"

"Euh, Abi aku takut Abi justru gak izinin kalau aku di jemput sama cowok."

"Loh? Tapi dia tau ada gue sama Alva di rumah Alma?"

Jujur, Abiel memang tidak mengatakan hal itu. Hingga dengan mudahnya Abiel mendapat izin.

Tidak mau berbohong, Abiel menggeleng pelan, raut nya menunjukkan tampang merasa berdosa, "Biar cepet dapet izin, Kak."

"Ck. Jujur aja kali, Bil. Kalau lo gak bilang, malah kesannya lo ngebohongin mereka."

Abiel tidak ingin banyak membahas soal itu. Mungkin, lain kesempatan Abiel akan memberitahu orang tuanya. Yang jelas tidak sekarang.

"Ayo, Kak. Nanti di tungguin Kak Alma sama Alva."

Karena Kak Arul yang sudah lebih tau seluk beluk rumah Kak Alma, Abiel membiarkan Kak Arul jalan lebih dulu. Kemudian Kak Arul berhenti di sebuah tangga yang berada di depan rumah Kak Alma.

"Naik, Bil."

"Loh? Kita gak masuk dulu, Kak?"

"Gak usah, rooftop nya lewat tangga ini."

"Tapi aku belum ketemu sama orang tua nya Kak Alma?"

"Gak apa, gue sama Alva juga biasa langsung lewat sini. Ayo,"

Walaupun sempat ragu, akhirnya Abiel menurut. Tapi baru satu anak tangga yang di injak, Kak Arul langsung menyuruh Abiel berhenti.

"Bentar, Bil. Kayanya mendingan gue yang naik duluan."

Meski tidak mengerti apa tujuan Kak Arul, Abiel kembali menurunkan kakinya dan membiarkan Kak Arul berjalan di depan.

"Ayo," Katanya, sambil mengulurkan tangan pada Abiel.

Lagi-lagi Abiel di buat bingung, maksudnya, Abiel di suruh berpegangan, begitu?

"Eh, gak usah, Kak. Aku bisa sendiri," tolak Abiel sehalus mungkin.

"Bener bisa? Hati-hati ya, sendal lo keliatan licin soalnya."

Bahkan Kak Arul sampai memperhatikan soal sendal Abiel.

Kok dia seperhatian itu ya?

Sampai di rooftop, Abiel melihat pemadangan Alva dan Kak Alma yang sedang bernyanyi dengan iringan gitar dari Alva.

Abiel langsung mengambil posisi duduk di antara Kak Alma dan Alva, posisi mereka duduk melingkar di karpet.

Jika di bandingkan dengan rooftop Alva, di sini memang terasa lebih nyaman.

"Bil, jangan heran ya kalau Arul gak mau jalan di belakang cewek kalau naik tangga," ucap Alma yang menghentikan nyanyiannya.

"Emang kenapa, Kak?"

"Katanya sih, dia takut ngeliat yang gak seharusnya dia liat. Tapi aku curiga sebenernya dia emang gak mau ribet kalau ada apa-apa."

Begitu ya? Ternyata selain perhatian, Kak Arul juga tipe orang yang menghargai perempuan.

Tanpa sadar Abiel memperhatikan Kak Arul yang langsung di suguhi gitar oleh Alva.

"Oke, lagu apa?" tanya Kak Arul sambil memperhatikan teman-teman nya satu persatu. Begitupun pada Abiel.

Dan saat pandangan mereka bertemu, Kak Arul tersenyum pada Abiel, dan senyumnya itu,

sangat manis.

******

"Thanks ya, Va, lo udah bantuin gue dapet izin dari Mama Papa buat konser besok."

Iya, tadi Alva memang membantu Alma berbicara kepada orang tuanya mengenai rencana konser mereka. Awalnya sedikit sulit, tapi Alva mencoba meyakinkan bahwa dia akan benar-benar menjaga Alma. Hingga akhirnya, izin itu berhasil mereka dapatkan.

Tentunya Alva juga meminta pada orang tua Alma untuk tidak memberitahu Arul. Untung mereka mengerti.

"Awas, lo jangan keceplosan depan Arul nanti." Alva mengingatkan.

Alva yakin, Arul pasti akan ngamuk jika mengetahui rencana mereka.

"Tenang, Va, lo kan tau gue gak ember."

Percakapan itu terjadi tepat beberapa menit sebelum kedatangan Arul dan Abiel. Saat dua orang itu bergabung, Alva sempat curiga, kenapa bisa Abiel datang bersama Arul?

"Oke, jadi mau lagu apa?"

Alva berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Arul. Ada satu lagu yang ingin dia nyanyikan, terutama untuk Abiel. Tapi tentu Alva tidak akan bilang lagunya untuk Abiel.

"Rul, lagu panah asmara nya Afgan, tau gak lo?" Tanya Alva memastikan Arul tahu lagu itu.

"Idih. Ngeri banget pilihan lagu nya," sindir Alma.

Alva hanya mendelik sebentar, kemudian fokus pada Arul yang sudah mulai memainkan gitar.

Semoga saja Abiel peka, kalau lagu nya Alva nyanyikan untuk Abiel. Ya, meskipun pada akhirnya mereka bernyanyi bersama-sama.

Kalian tahu, apa yang membuat Alva semakin sulit menahan untuk tidak salah tingkah

Suara Abiel yang sangat halus saat bernyanyi!

"Oh iya, gue besok izin gak ikut ngumpul ya, mau bantuin Abiel belajar."

Alva mengerutkan kening mendengar perkataan Arul barusan. Bantu Abiel katanya?

"Belajar apaan?" Tanya Alva dengan sedikit mengitimidasi.

Bukannya Arul, justru Abiel yang menjelaskan pada Alva.

"Aku ada tugas buat melukis, sedangkan aku sama sekali gak bisa ngelukis, Va. Kebetulan katanya Kak Arul bisa, jadi aku minta bantuan Kak Arul buat belajar."

"Oh, jelas. Kalau soal gambar-menggambar Arul itu jagonya, Bil!" Alma ikut antusias.

Iya lagi. Tadinya Alva berniat menawarkan diri juga, siapa tahu Abiel akan lebih memilih Alva. Mungkin untuk tugas matematika, atau sejarah, atau apapun itu, asal jangan soal menggambar, Alva pasti bisa. Lebih jago dari Arul malah.

Sayangnya, Alva tidak bisa melakukan apa-apa.

Ternyata menemani Alma nonton konser merupakan kesempatannya untuk bersenang-senang juga.

"Bukannya Kak Alma juga jago ya?" Tanya Abiel pada Alma.

"Kata siapa?" Alma penasaran.

Loh, kalau bukan dari Alma, Abiel tahu dari siapa?

"Dari Kak Arul, waktu nganter aku beli alat lukis dia juga beli sketchbook kan buat Kak Alma,"

"Oh, jadi dia beli sketchbook nya sekalian nganter kamu, Bil? Kirain niat sendiri." Sindir Alma.

Alva hanya diam, memperhatikan semua yang terjadi di depannya.

Arul berdecak, "Ck, salah lagi gue."

"Hehe, canda, Rul. Lo inget buat beliin juga udah makasih gue, soalnya gue sendiri lupa."

Sebenarnya, sudah sedekat apa Arul dan Abiel?

******

Alma hampir saja tidak bisa menahan diri saat mendengar Alva menyanyikan lagu panah asmara tadi. Suaranya itu loh, bikin melting parah!

Tapi bukan Alma namanya kalau tidak pandai bersandiwara. Dan untungnya, satu-satunya manusia yang bisa menyadari kebohongan Alma itu memilih bungkam, meski sesekali dia melirik Alma saat bermain gitar tadi.

Sepertinya Arul tidak berbohong saat berkata akan tetap menutupi soal perasaan Alma.

Begitu mendengar Arul akan membantu Abiel belajar melukis besok, Alma bersyukur karena dia dan Alva tidak perlu mencari-cari alasan pada Arul perihal konser besok. Toh, Arul juga pasti akan sibuk.

"Rul, besok ajarin Abiel yang bener. Gambar yang bagus, sampai malem juga gak apa-apa. Jangan sampai gambar monas tapi bentukannya kaya lilin."

Arul tertawa terbahak, bahkan Abiel juga ikut tertawa. Alma sendiri langsung menyembunyikan diri di balik punggung Arul yang memang berada di sampingnya.

Tahu kenapa?

Karena yang di sindir Alma tadi adalah Alva. Dan Alva, langsung menatap Alma tajam.

"ALMA!!!"

Alva sudah bangkit dari duduknya, sepertinya berniat menyerang Alma. Buru-buru Alma semakin menyembunyikan diri di balik punggung Arul.

"Heh, mau apa lo?" Tanya Arul pada Alva.

"Awas, Rul. Bocah satu itu harus sedikit di kasih pelajaran biar gak asal kalau ngomong, apalagi ini depan Abiel!"

"Duduk lo. Teriak-teriak bocah, lo sendiri juga sama bocahnya." Tegur Arul.

"Tapi, Rul--"

"Duduk!"

Alma tahu, Alva pasti akan menurut pada Arul. Setelah itu barulah Alma berani menunjukkan wajahnya melalui pundak kiri Arul, meski posisi tubuhnya masih berada di belakang Arul.

"Awas lo, Ma." Ancam Alva.

Sementara Alma yang mulai menyandarkan dagunya pada pundak Arul hanya menjulurkan lidah dan mengolok-olok Alva. Beginilah Alma, selalu suka jika memancing keributan dengan Alva.

Sedangkan jika pada Arul, cowok itu lebih bisa menahan diri dan tidak akan balas menyerang Alma seperti Alva. Paling hanya gertakan singkat atau menatap tajam.

Dan sebenarnya, hal itu lebih mengerikan.

Arul sudah kembali membunyikan gitar, yang di sambut nyanyian oleh Alva dan Abiel. Sementara Alma masih mengatur nafas setelah puas tertawa tadi.

"Awas nyaman," bisik Arul pelan, tapi masih terdengar oleh Alma karena posisinya.

"Gue? Ke lo? Gak bakal."

Alma melihat Arul yang tersenyum tipis, "Kalau gue yang nyaman, gimana?"

Mustahil. Orang dia kentara sekali sedang mendekati Abiel.

Dasar cowok kardus!

******"

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
487K 53.1K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 327K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...