Kisah Klasik [SLOW UPDATE]

By itsnovnov

5.3K 638 124

Mari berkenalan dengan Alva, Abiel, Alma, dan Arul dari Kisah Klasik mereka. Noted. Dilarang menyebarkan ceri... More

Prolog
1. A New Friend
2. Bertemu (kembali)
3. Bujukan
4. The Gift
6. Ada ya?
7. Melukis
8. Konser
9. Ngamuk
10. Ck!
11. Pupus
12. Semakin rumit
13. Patahati
14. Perlahan
15. Lah kok?
16. Gas Semua
17. Menunggu
18. Tantrum

5. Our Time

221 34 9
By itsnovnov

Enjoy❤️❤️❤️

******

Persentase semangat Alva hari ini bertambah menjadi 10000%. Tadi pagi, saat menjemput Abiel untuk berangkat sekolah bersama, Alva di suruh memanggil "Umma" pada Ibunya Abiel! Dan yng menyuruhnya adalah Umma itu sendiri.

Ya, meskipun sikap Abi nya Abiel tidak se-welcome Umma, tapi Alva merasa ini sudah cukup. Lagipula, ini kan baru permulaan. Alva masih memiliki banyak waktu kok untuk berusaha.

"Lo mau kemana, Va? Kantin kan sebelah sana?"

Alva tahu, Arul pasti kebingungan karena Alva justru belok ke kiri setelah mereka menuruni tangga, padahal kantin ada di sebelah kanan.

"Jemput Abiel, bukannya emang kita punya rencana buat ngajak dia istirahat bareng?" Alva mencoba mengingatkan Arul.

"Gak usah repot-rep--"

"Lo gimana sih, Rul? Kelas Abiel kan deket, tuh udah keliatan dari sini. Masa iya lo bilang repot?"

Seperti biasa, Arul menatap dengan tatapan jengahnya itu pada Alva.

Kalau soal tatapan, Arul itu nomor 1 pokoknya. Mau tatapan tajam, tatapan ingin tahu, tatapan apapun, dia juaranya.

"Liat noh, belakang lo. Itu yang gue maksud lo gak usah repot-repot."

Menurut, Alva memiringkan arah hadap nya, sehingga bisa melihat apa yang di maksud oleh Arul.

Ada Alma, bersama Abiel.

Ternyata Alva kalah start oleh Alma.

Tidak apa-apa, masih banyak waktu lain untuk berusaha.

"Yok, ke kantin!" Terdengar suara Alma begitu semangat.

Alma dan Abiel sudah jalan lebih dulu, di ikuti Arul dan Alva di belakang.

"Kalian cari meja aja, biar gue sama Arul yang beli makan. Mau apa?" tanya Alva pada dua cewek berhijab di depannya.

"Gue biasa ya, Va! Bil, mau apa?" Alma yang pertama kali menjawab.

"Euhh, samain aja deh, Kak. Tapi jangan pedes-pedes ya kalau makanan nya pedes,"

"Minumnya?"

"Air mineral aja."

Alva mengangguk mengerti, kemudian mengajak Arul menghampiri Ibu kantin.

"Caper lo keliatan, Va."

Alva mendelik dengan perkataan Arul barusan.

"Caper apaan? Gue gak caper."

Ya memang Alva tidak merasa mencari perhatian siapa-siapa. Alva hanya mencoba berbuat baik pada Abiel, memangnya salah?

"Bullshit lo."

Dih, Arul ini kenapa?

*****

Arul berdecak kesal ketika teman-teman di kelasnya sibuk membicarakan soal-soal ulangan harian tadi. Bagi Arul, apa yang sudah terlewati ya sudah, jangan di bahas lagi. Apa mereka ini tidak cape membahas ateri yang itu-itu saja sedari pagi?

Menambah waktu belajar di rumah saja kadang Arul malas.

Ajaibnya, Arul yang seperti ini justru bisa masuk kelas pilihan, dengan siswa-siswsi yang memiliki jiwa kompetitif, seperti Alva misalnya.

Oh, jangan lupakan Alma juga.

"Rul, lo puya perkiraan gak nilai lo nanti berapa?" tanya Alva, si manusia yang ingin selalu lebih unggul dari Arul.

"Yang jelas lebih besar dari lo."

"Emang semalem lo belajar?"

"Gue belajar atau nggak, nilai gue selalu lebih bagus dari lo kali."

Bel pulang berbunyi, Arul langsung membuka jas almamater yang membuatnya tidak bebas itu, menggantinya dengan jaket seperti biasa.

"Terserah lo. Gue ke kelas Abiel dulu, kasian kalau dia nunggu."

Alva yang hanya memasukkan buku ke dalam tas, segera bangkit dan pergi meninggalkan kelas.

Jangankan ingin berkata 'Hati-hati' pada Alva, sekedar tersenyum pun Arul malas.

Arul menuruni tangga, dan tiba di koridor lantai 2, jajaran kelasnya Alma. Cewek yang tadinya sedang berjalan bersama temannya yang lain itu langsung berlari menghampiri Arul.

"Arul!!!"

Biasanya, kalau Alma memanggil Arul semanis dan tersenyum selebar itu, pasti sedang ada maunya.

Tapi Arul memilih untuk pura-pura tidak tahu.

"Tadi siapa?" Tanya Arul dengan nada sedikit mengintimidasi.

Masalahnya teman yang tadi berjalan bersama Alma adalah cowok. Arul tentu harus meneliti siapa saja cowok-cowok yang berada di sekitar Alma.

"Loh, itu kan Deri. Lo lupa?"

Deri? Oh, Deri yang pernah menjadi teman sebangku Alma waktu kelas 10 ya? Yang dulu Arul usir?

Iya, dulu Arul pernah mengusir Deri dan mengganti teman sebangku Alma menjadi Sopia.

"Ngapain lo bareng-bareng dia?"

"Namanya juga temen sekelas, Rul. Wajarlah kalau bareng-bareng. Lagian kenapa sih lo segitunya setiap kali ngeliat gue deket cowok? Lo gak naksir gue kan?"

Arul menatap sinis pada Alma. Dia memang peduli, tapi bukan berarti Arul cemburu. Kalau sudah waktunya dan Alma menemukan cowok yang baik, Arul pasti setuju.

Tapi bukan sekarang-sekarang.

"Kaya gak ada lagi cewek aja sampai gue harus naksir sama lo."

"Yeh, gue juga ogah kali sama lo. Lo sama cowok yang gue suka itu jauuuuh banget sikapnya."

Arul mendelik, "Cowok apa tadi? Cowok yang lo suka?"

Seolah baru sadar bahwa Alma keceplosan, cewek itu langsung salah tingkah sendiri. "Nggak, lo salah denger kali. Maksud gue, tipe cowok yang gue suka."

Bohong. Alma sedang berbohong sekarang.

"Lo tau, Ma? Dari semua anggota tubuh, ada satu hal yang gak bisa lo ajak bohong. Mata,"

Alma cemberut, membuat Arul semakin yakin bahwa Alma berbohong tadi.

"Jadi, siapa cowok yang lo suka itu?"

"Nanti deh, gue ceritain. Tapi lo harus beliin gue telor gulung di tempat streetfood ya? Gue lagi pengen banget telor gulung."

Dia yang keceplosan, dia juga yang berbohong, eh Arul yang di suruh traktir.

"Hm. Awas lo gak jujur."

******

Tadi, saat perjalanan pulang, Alva mengajak Abiel mampir ke salah satu cafe yang pernah di tunjukkan oleh Kak Arul. Tentunya Abiel tidak mengatakan itu pada Alva, Abiel hanya mengikuti ajakan Alva.

"Kamu harus coba cheese cake di cafe itu sih, Bil. Enak banget buat ngemil sore-sore gini."

Itu kata-kata Alva yang membuat Abiel tidak bisa menolak ajakannya. Memang, sesuka itu Abiel pada cheese cake.

"Tempatnya enak ya, Va? Aesthetic juga, kayanya bagus buat foto-foto." seru Abiel sambil memandangi sekitar cafe.

Posisi mereka duduk di lantai 2, dengan posisi meja yang bisa melihat ke lantai 1 secara langsung.

"Ide bagus, nanti kapan-kapan kita ke sini lagi, tapi jangan pake seragam ya."

Abiel mengacungkan jempol pada Alva, "Siap!!"

Alva ini, tipe cowok yang manis dan mengayomi lawan bicaranya. Beberapa kali Abiel di buat kagum dengan tutur kata sopan yang di lontakan Alva.

Abiel tahu, bahwa berbicara sopan adalah hal yang di lakukan dalam bersosial, makanya Abiel juga selalu berusaha berbicara sesopan mungkin.

Tapi, entah kenapa dia sendiri masih tidak percaya bahwa cowok seperti Alva bisa berbicara sopan juga.

"Bil, kamu belum pernah ke markas ya?"

Abiel ingat pernah di ceritakan soal markas AAA, atau yang sekarang berganti menjadi The Aces. Markas itu berada di rumah Kak Alma. Tapi memang sejauh ini Abiel belum memiliki kesempatan untuk main ke sana.

"Belum, Va. Lagian kayanya kalian juga belum kumpul lagi di sana, kan?"

"Iya, emang kemarin aku sama Arul abis ada ulangan, jadi gak ngumpul dulu. Tapi kayanya nanti malem kita ngumpul, kamu ikut ya?"

Abiel mengangguk, "Nanti aku coba izin dulu sama Abi."

"Perlu aku bantu supaya di izinin?"

Baik sekali. Padahal seingat Abiel, Abi nya itu kurang bisa bersikap baik pada teman-teman cowok Abiel. Hanya ada beberapa yang bisa lolos seleksi nya untuk mendapat perlakuan ramah.

Kadang, Abiel gemas sendiri pada Abi nya.

"Gak usah, Va, nanti aku izin sendiri aja."

"Kenapa? Pasti kamu pikir Abi kamu galak ya?"

Kok Alva bisa tahu? Jangan-jangan...

"Alva, tadi pagi Abi baik kan waktu ketemu kamu?"

Tadi pagi saat Alva datang menjemput, Abiel masih berusaha menghabiskan sarapan nya.  Sedangkan Abi nya pergi bekerja dan otomatis bertemu lebih dulu dengan Alva.

"Baik kok, Abi kamu baik, Bil. Cuma sedikit tegas aja. Tapi menurutku wajar, kamu kan anak perempuan satu-satunya, cantik banget juga, wajar kalau Abi bersikap kaya gitu."

Abiel jadi tidak enak. Padahal Alva sudah sangat baik pada Abiel.

Tapi, kalau pada Alva saja Abi nya begitu, bagaimana dengan Kak Arul kemarin? Apa perlakuan Abi sama?

Abiel harus menanyakan ini nanti.

Eh, Abiel baru sadar. Tadi Alva bilang apa?

Abiel cantik?

******

Senyum Alma tidak pernah pudar sedari ia tiba di depan roda penjual telor gulung yang di impikannya itu. Maaf kalau Alma lebay, tapi memang Alma sedang se-mau itu pada jajanan satu ini.

"Jangan deket-deket, Al, itu minyak panas."

Alma tidak menjawab teguran Arul, dia memang suka memperhatikan setiap pedagang yang menyiapkan pesanannya. Tipe yang selalu ingin tahu dan ingin lihat. Jadi, harap di maklum ya.

Mungkin benar. Manusia tidak akan pernah menurut sampai hal buruk terjadi. Seperti Alma sekarang. Baru beberapa detik lalu Arul menegur Alma, minyak panas dari wajan itu menyiprat ke sana sini, membuat Alma sedikit memekik karena terkejut.

Tepat saat itu juga Arul maju dan menghalangi tubuh Alma, membuat Alma seolah terlihat bersembunyi di belakang Arul.

"Ada yang kena, Al?" Arul memeriksa tangan Alma, yang memang tadi berada tepat di dekat wajan.

Untung hanya sedikit yang mengenai Alma, hingga tidak sampai menimbulkan cedera.

"Maaf, neng, emang suka nyiprat minyaknya. Jangan terlalu deket ya nunggunya. Neng nya gak apa-apa?" Tanya penjual telor gulung itu.

"Gak, gak apa-apa, Mang. Saya juga minta maaf ya," Alma tidak ingin memperbesar masalah. Toh ini juga salahnya, Alma takut Arul justru mengamuk jika Alma tidak mengatakan hal itu.

"Lo di belakang gue aja, Al." Ucap Arul, sambil tetap menyembunyikan Alma di belakang punggungnya.

Alma hanya menurut. Cowok itu masih bersikap baik saja sudah lebih dari cukup.

Setelah selesai, Alma dan Arul memilih duduk di sebuah tempat duduk yang di sediakan oleh pemerintah di kawasan ini. Ide bagus, sehingga tempat jajan ini terlihat lebih tertib.

"Nih minumnya,"

Kapan Arul membelikan es lemon yakult itu untuk Alma? Perasaan dari tadi mereka bersama-sama.

Tapi biarlah. Alma tetap menerima minuman itu dengan senang hati. Minuman kesukaannya.

"Jadi, siapa cowok yang lo suka, Alma?"

Ish, Arul ini. Makan juga belum, sudah ditanya-tanya duluan.

"Gak bisa makan dulu emang, Rul?"

"Tinggal jawab, Al, gak sampai 30 detik buat lo sebut satu nama."

Iya sih. Tapi Alma masih ragu. Takut Arul akan meledekinya. Apalagi sampai mengatakannya langsung pada Alva. Bisa-bisa Alma langsung mati di tempat.

"Tapi lo janji ya jangan ngember? Jangan banyak omong lo nanti?"

"Emang siapa sih? Gue kenal?"

"Jawab dulu, Arul! Lo bisa janji gak soal ini gak akan bocor ke siapa-siapa? Termasuk Alva."

"Ck. Iya, iya."

"Awas ya lo bohong, gue pecat jadi ojek gue lo."

"Ribet banget sih nyebut nama doang?"

"Cowok yang lagi gue suka itu," Alma menggantungkan ucapannya, di iringi wajah Arul yang terlihat semakin penasaran.

"Alva."

*******

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Continue Reading

You'll Also Like

801K 58.8K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
2.1M 98K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
HER LIFE By hulk

Teen Fiction

7.4M 364K 64
Sudah terbit di Glorious Publisher. Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya...
288K 11.1K 40
"bego ini obat perangsang bukan antimo" #lapakbxb Top : gamma Bot : nelv (mpreg) (BxB)