Kisah Klasik [SLOW UPDATE]

By itsnovnov

4.7K 629 124

Mari berkenalan dengan Alva, Abiel, Alma, dan Arul dari Kisah Klasik mereka. Noted. Dilarang menyebarkan ceri... More

Prolog
1. A New Friend
2. Bertemu (kembali)
4. The Gift
5. Our Time
6. Ada ya?
7. Melukis
8. Konser
9. Ngamuk
10. Ck!
11. Pupus
12. Semakin rumit
13. Patahati
14. Perlahan
15. Lah kok?
16. Gas Semua
17. Menunggu
18. Tantrum

3. Bujukan

222 30 4
By itsnovnov

Enjoy♥️♥️♥️

******

Alma kesal. Sangat-sangat kesal sekarang. Dua sahabat baiknya itu seolah melupakan keberadaan Alma tadi. Dan yang paling membuat Alma kesal, Alva sampai sebegitunya berebut soal Abiel dengan Arul.

Tidak. Alma tidak menyalahkan Abiel sama sekali. Alma akui, Abiel itu cewek yang cantik dan manis. Alma yang sesama cewek saja betah melihatnya, apalagi cowok-cowok kardus seperti Arul dan Alva.

Di tambah lagi, omongan Arul yang sedari pagi tidak enak di dengar oleh Alma. Bisa-bisanya Arul bilang Alma iri pada Abiel!?

Alma bukan iri, hanya sedikit, cemburu.

Iya, cemburu. Kalian tidak salah baca. Alma tidak terlalu suka saat Alva menatap Abiel sebegitunya. Meski Alma belum yakin soal perasaannya, tapi Alma tahu kalau dirinya menyimpaan perasaan lebih pada Alva, cowok baik yang selalu menjadi tempatnya bertukar cerita.

Sayangnya, Alma masih tahu diri untuk tidak mengatakan hal itu pada siapapun, termasuk Alva dan Arul.

Saat ini Alma sedang duduk di markas AAA, yaitu rooftop rumahnya sendiri. Posisinya duduk sila dengan bantal segiempat di pangkuan yang sudah ia pelintir-pelintir untuk menguapkan rasa kesalnya.

Terdengar suara seseorang datang dan langsung mengambil posisi duduk di samping Alma. Tanpa menoleh pun Alma tahu kalau itu adalah Arul, cowok menyebalkan yang memperparah suasana hatinya tadi.

"Al, marah ya sama gue?"

Pake nanya. Apa tendangan Alma tadi kurang menjelaskan situasi?

"Al, kasian bantalnya kali lo pelintir gitu."

Dari pada Arul yang Alma pelintir?

"Yah, padahal gue niatnya mau beliin lo es krim cokelat kesukaan lo, sebanyak yang lo mau, Al. Tapi kalau lo marah gini, pasti lo gak mau nerima ya?"

Sialan memang Arul ini. Paling tahu kelemahan Alma.

Alma melirik Arul yang sedang menatapnya, dia masih diam, tidak langsung bersuara.

"Kenapa? Mau?" tanya Arul.

IYA! Tentu saja Alma mau!

Alma mengangguk dengan mata penuh harap. Semoga Arul tidak menjahilinya lagi kali ini.

"Tapi jangan marah lagi sama gue ya?"

Alma mengangguk lagi. Rasanya sedikit malu mengingat amarahnya bisa hilang hanya di bujuk es krim.

"Janji?" Arul menunjukkan kelingkingnya, mengajak Alma melakukan simbolis maaf-maafan mereka jika habis bertengkar sedari kecil.

Alma tersenyum, kemudian membalas uluran kelingking itu. Ia sedikit tertawa mengingat simbolis ini tetap mereka pakai meski sudah berumur 17 tahun.

Wajah Arul juga sudah mencair, tidak semenyebalkan tadi. Cowok itu tersenyum baik pada Alma. Dia bahkan mengusap kepala Alma yang tertutup hijab pelan.

Kadang, berada di antara Arul dan Alva membuat Alma merasa selalu menjadi putri kecil.

*****

"Maaf ya, Al, kalau omongan gue hari ini ada yang bikin lo sakit hati."

Arul mengucapkannya dengan tulus, bukan hanya sekedar untuk membujuk Alma. Ya, Arul sadar memang dia sedikit berlebihan tadi.

"Gue juga minta maaf, Rul, udah nendang kaki lo tadi. Sakit gak?" Akhirnya Alma bersuara.

"Lumayan, Al. Kayanya patah tulang gue," Arul mengusap kaki kanan yang tadi di tendang Alma.

"Dih, ada ya patah tulang tapi bisa duduk sila begitu?"

Benar juga. Arul salah ambil posisi awal rupanya.

"Maaf nih, Al. Tadi marah lo itu, beneran gara-gara iri sama Abiel?" tanya Arul, kali ini lebih hati-hati.

"Ya ampun, Rul! Gue lupa malah ninggalin Abiel tadi! Gimana ya? Gue gak enak sama Abiel."

Eh, rupanya Alma tidak sadar ya saat meninggalkan Abiel tadi?

Ternyata benar, emosi itu bisa membuat seseorang melupakan semuanya.

"Udah gak usah di ambil pusing, ada Alva juga di sana. Tinggal bilang aja ke dia suruh anter Abiel pulang."

Meskipun Arul lebih setuju kalau Arul yang mengantar Abiel.

"Tapi, Rul--"

"Al, udah ya? Abiel juga pasti ngerti. Mending sekarang lo jawab pertanyaan gue."

"Nggak lah, kan gue yang ngajak Abiel gabung sama kita. Masa iya gue iri?"

Arul lega mendengarnya. Mungkin tadi Alma hanya sedang emosi, jadi bisa semarah tadi. Mungkin.

"Syukurlah, tapi kalaupun iya, lo gak usah takut kali, Al. Lo itu tetep Alma kecil yang jadi prioritas gue sama Alva."

Arul tidak bohong. Meski Arul sering menjahili Alma, Arul tetap akan ada di baris terdepan untuk cewek itu dalam keadaan apapun.

"Iya, gue tau kok, Rul. Oh iya, besok kan gue bagian sama Alva, lo sama Abiel aja berangkat sekolahnya. Nanti kita ganti-gantian tiap hari."

Hm, Arul sih mau-mau saja. Senang malahan. Tapi balik lagi, Abiel mau atau tidak.

"Gue sih, oke aja. Cuma Abiel nya mau gak?"

"Nanti gue tanyain deh."

"Lo mau ke rumah Abiel lagi?"

Alma menggeleng, "Tinggal di chat aja. Gue udah mutualan tadi. Kalau dia mau, sekalian gue masukin ke grup AAA."

Semoga Abiel mau.

Arul bangkit dari duduknya, lalu melirik Alma yang masih betah di posisinya.

"Jadi gak, Al?"

Terlihat Alma yang kebingungan, wajahnya yang ekspresif membuat Arul ingin mengabadikannya di foto. Lucu soalnya.

"Kemana?"

"Katanya mau es krim?"

Dalam sekejap Alma sudah berdiri dan siap untuk pergi.

"Siap-siap ya, Rul. Gue rasa bakal ngabisin isi dompet lo nih."

Arul pasrah.

******

Alva masih betah bersama Abiel di rooftop. Meski cukup banyak obrolan yang mereka bicarakan, Alva masih bisa menangkap raut cemas di wajah Abiel.

"Kamu lagi mikirin sesuatu ya, Bil?" Alva memastikan.

Abiel menggeleng, "Nggak kok."

"Jangan bohong. Gak banyak orang yang bisa bohong di depan aku, termasuk kamu."

Abiel tidak langsung menjawab, setelah beberapa saat, barulah cewek itu kembali bersuara.

"Alv- Eh, Kak Alva, itu Kak Arul pasti jadi minta maaf ke Kak Alma kan?" tanya Abiel.

Alva tertawa. Tidak terhitung ke berapa kalinya ini Abiel keceplosan akan menyebut namanya tanpa embel-embel 'Kak'.

Padahal Alva juga tidak keberatan kalau harus di panggil nama oleh Abiel. Nanti juga lama-lama berganti menjadi sayang.

"Alva juga gak apa-apa kali, Bil. Senyamannya kamu aja. Soal Arul, pasti jadi kok. Dan harus kamu tau, biar mereka sering berantem, tapi Arul itu gak pernah gagal soal bujukin Alma."

"Berarti kamu sering gagal?"

Alva? Gagal membujuk Alma?

Bertengkar saja tidak pernah.

Paling hanya terbawa oleh Arul, seperti tadi.

"Aku gak pernah berantem kali sama Alma. Tim cinta damai." Alva sedikit menyombongkan diri.

"Mm, gitu. Syukurlah, kasian Kak Alma kalau di usilin terus kalian berdua."

"Nanti nambah kamu juga kayanya, Bil. Soalnya kamu kan anggota baru, pasti bakal lebih sering di usilin sama Arul nanti."

"Anggota baru? Emang udah resmi di terima ya?"

"Dengan Alma ngajak kamu ke sini juga artinya udah acc, Bil. Di sini itu banyak anak SMA yang seumuran, tapi susah nyari yang sefrekuensi. Makanya kita pasti sedikit pilih-pilih. Jadi, ngeliat respon kita bertiga ke kamu kaya gimana, kamu pasti tau kan jawabannya?"

Abiel terlihat mengangguk mengerti, "Tapi yang tadi kata kamu Kak Arul bakal sering usilin aku, kayanya nggak deh. Sejauh ini dia baik kok."

Hh, belum tahu dia sifat asli Arul.

"Ya semoga aja."

Suara ponsel Alva berbunyi, pesan masuk dari Alma yang menyuruh Alva mengantar Abiel pulang.

"Biel, aku ketitipan suruh anter kamu pulang kata Alma, gak apa-apa kan kamu pulang sama aku?"

Abiel mengangguk, "Gak apa, ini juga aku baru dapet chat dari Kak Alma."

"Aku sih yakin, Bil, Arul udah berhasil bujuk Alma sekarang."

*****

Sekarang, Abiel tengah menikmati indahnya pemandangan langit sore sambil berjalan menuju rumahnya bersama Alva. Awalnya Alva menawarkan untuk mengantar menggunakan motor, tapi langsung Abie tolak. Dia lebih suka berjalan kaki seperti ini, toh rumahnya juga masih berada di blok yang sama.

"Kamu suka baca, Bil?"

Abiel sedikit mendongak untuk melihat wajah Alva. Entah karena Abiel yang pendek, atau Alva yang tinggi, atau memang karena dua-duanya.

Tapi, meski untuk ukuran cowok, Alva ini sudah termasuk tinggi. Lebih tinggi dari Kak Arul, padahal Kak Arul juga sudah tinggi jika di bandingkan Abiel.

"Suka, tapi gak terlalu. Cuma beberapa buku yang menurutku seru. Aku prefer ke nonton sih."

"Munugkin kapan-kapan kamu bisa mampir ke perpus di rumahku, ada beberapa buku yang seru yang menurut aku bisa di baca orang-orang awam yang gak terlalu suka baca."

Perpustakaan di rumah sendiri?

Luar biasa Alvaro ini. Dia pasti sangat suka baca.

"Buku yang tadi pagi kamu baca, itu aku suka. Dulu sempet punya bukunya waktu awal terbit, tapi ilang gak tau kemana."

"Oh iya? Kalau kamu mau, besok aku bawain bukunya buat kamu."

Eh, maksudnya Alva mau memberi buku itu untuk Abiel? Itu kan buku yang benar-benar terbatas!

"Jangan, Va. Itu susah loh nyarinya, malah udah gak ada lagi di store. Padahal baru terbit 2 tahun."

"Gak apa-apa. Aku udah sering baca juga."

"Ya kan kamu, keluarga kamu yang lain gimana?"

Terdengar Alva yang sedikit tertawa, "Masih ada buku yang lain, Abiel. Jangan di tolak ya?"

Meski ragu, pada akhirnya Abiel mengangguk.

"Kalau aja besok bukan jadwalku berangkat bareng Alma, aku pasti udah ngajak kamu berangkat bareng."

"Maksudnya? Kamu sama Kak Arul giliran berangkat sama Kak Alma?"

Hm, benar-benar persahabatan yang erat.

Alva mengangguk, mengiyakan. "Tapi gak apa-apa, lusa aku pasti jemput kamu pagi-pagi. Bolehkan?"

Abiel menimbang sejenak. Pergi ke sekolah bersama teman tentunya lebih menyenangkan di banding di antar oleh sopir. Lagi pula, Alva kan masih tetangga, pasti Abi mengizinkan.

"Boleh."

*****

Pemberitahuan :
Mulai sekarang percerita punya jadwal up di masing-masing hari ya. Untuk jadwalnya bisa di cek di sinopsis. Terimakasih.

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Buat yang bisa menghargai aja😊

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 56.5K 25
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.7M 133K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
1.6M 116K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.7M 77.8K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...