love me well

By hip-po

3.8K 636 431

"Love me well or leave me alone, you decide." Seharusnya, dari awal kita berani mengambil keputusan setelah s... More

prologue
1 | you're gonna be my best friend, baby
2 | prince on a white horse
3 | the beginning
4 | nightmare
5 | news that no one ever wants to hear
6 | challenge the devil
7 | not your fault
8 | we can't be friend
9 | bad news
10 | care less
11 | i wish i hated you
12 | stupid feelings
13 | intentions
14 | a change of heart
15 | you'd talk to her when we were together
16 | but you're still a traitor
17 | you'll never feel sorry for the way i hurt
18 | i just wanna know you better
19 | nobody gets me like you
20 | not fair
21 | am all alone
22 | everything has changed
23 | there's nothing you can't do
24 | city lights
25 | i gave into the fire
26 | step on up
27 | falling
28 | baby please dont go
29 | so close to being in love
30 | but in time our feelings will show
31 | problem
32 | too late
33 | we lost a lot of things in the fire
34 | by my side
35 | i dont wanna be okay without you
36 | call me friend but keep me closer
37 | this feeling's all we know
38 | i'm not the one meant for you
40 | you and no one else
41 | one fine day
42 | it's not living if it's not with you
43 | stand by you
44 | mixed feelings
45 | there something you should know
46 | that's why i let you in
47 | i will never know if you love me
48 | if i ain't with you i don't wanna be
49 | you're hiding something from me
50 | almost is never enough
51 | that's why i love you
52 | i don't want you to go
53 | head in the clouds
54 | something beautiful died
55 | my soul it gets sicker
56 | i gotta let you go i must
57 | i guess this is where we say goodbye
58 | tryna find a way back home to you again

39 | i know i'd go back to you

57 10 19
By hip-po

"Mau kemana?"

Suara serak itu membuat Aluna yang tadinya sedang bercermin berbalik, menatap Sagara yang masih berbaring di ranjang sembari menatapnya dengan mata sayu itu. Padahal Aluna berusaha melakukan semua aktivitasnya tanpa suara sedikit pun, tapi Sagara malah terbangun saat Aluna belum sempat pergi. Sementara Sagara terbangun dari tidurnya karna ia menggerakan tangannya ke sisi sebelahnya, tapi tak ada Aluna di sana. Makanya Sagara terbangun.

"Mau renang."

"Ganti bajunya."

Aluna mendengus. Sudah ia duga, pasti Sagara melarangnya. "Nggak ada orang, masih pagi juga."

"Ganti."

Walaupun sedikit kesal, tapi Aluna tetap berjalan menuju lemarinya, mengganti baju renangnya dengan baju renang yang sudah Sagara belikan kemarin-kemarin. Yang tidak terlalu ketat. Padahal Aluna sudah nyaman memakai baju renangnya yang lama. Tapi ia harus membiasakan diri untuk memakai baju renangnya yang baru. Sagara menarik selimutnya agar seluruh tubuhnya tertutupi kecuali mata ke atas. Matanya masih lurus menatap ke arah Aluna yang kini sudah keluar dari kamar dan masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian, Aluna kembali dengan baju renangnya yang baru.

"Gue renang dulu ya," Aluna tersenyum kecil, "lo tidur lagi aja. Nanti kita sarapan bareng."

Bareng. Satu kata yang sangat Sagara sukai.

"Iya," jawab Sagara, "hati-hati."

Selesai renang, Aluna langsung kembali ke unitnya. Aluna sempat mengintip ke dalam kamar, Sagara masih tertidur pulas. Buru-buru Aluna mandi agar ia bisa menyiapkan makanan untuk sarapan mereka berdua pagi ini.

Tak terasa, besok adalah hari pertama mereka UTS. Itu berarti, malam ini mereka harus belajar mati-matian bila tak ingin nilai di semester awal ini jelek. Akhir-akhir ini Sagara jadi sering menginap di sini, bahkan tidur di sampingnya. Aluna sama sekali tidak keberatan, tapi ia rasa jantungnya sudah mulai lemah karna tiap malam ia harus merasakan jantungnya berdebar sangat kencang saat Sagara melingkarkan tangannya di pinggangnya atau menenggelamkan kepalanya di lekukan lehernya.

Karna lebih sering bersama, Aluna jadi tau semua sisi Sagara. Mau itu yang baik ataupun paling buruk sekali pun. Tapi mungkin ada beberapa sisi Sagara yang lain Aluna belum tau. Masih banyak juga yang Aluna belum ketahui tentang Sagara.

"Aluna," panggil Sagara dari belakang tubuhnya, "pusing."

"Pusing?" tanya Aluna sembari berbalik, menatap Sagara yang sedang menidurkan kepalanya di meja makan, "sarapan dulu ya, abis itu minum obat."

Karna itu, Aluna jadi mempercepat pergerakan tangannya. Tapi Sagara malah mendengus, ia menatap Aluna yang masih sibuk memasak lalu kembali merengek. "Aluna."

"Iya, sebentar."

"Jangan sebentar," balas Sagara, "sekarang."

Aluna menaruh kedua tangannya di pinggangnya lalu berbalik menatap Sagara. "Kenapa, hm?"

"Peluk," Sagara menatap Aluna dengan tatapan memelas, tapi Aluna malah diam saja di tempatnya, "Aluna, peluk!"

Dengan jantung yang berdegup sangat kencang, Aluna mendekati Sagara. Sedetik kemudian, tubuhnya langsung didekap erat oleh laki-laki itu. Sagara memejamkan matanya nyaman, menenggelamkan kepalanya di lekukan leher Aluna, menghirup aroma strawberry segar dari sana. Sementara Aluna hanya diam di tempatnya, berusaha menormalkan detak jantungnya. Tangan Sagara bergerak mengarahkan tangan Aluna agar membalas pelukan Sagara. Sisi Sagara yang ini yang berhasil membuat Aluna ingin bersama Sagara terus. Kalau Aluna bisa memilih, seumur hidup pun Aluna sanggup tinggal bersama Sagara kalau Sagara hanya punya sisi yang ini. Bukan jahil apalagi emosian.

"Gue suka dipeluk sama lo," bibir Sagara bergerak di lehernya, membuat Aluna merinding seketika, "nyaman."

Aluna berdehem canggung. Ia tak tau ingin membalas apa. "Nanti malam belajar ya, besok udah UTS."

"Bareng?"

"Iya, bareng."

Seperti rencana mereka tadi, malam ini mereka sedang duduk saling berhadapan di ruang tengah dengan buku yang sudah berceceran di karpet. Besok mata pelajaran yang diujiankan adalah Biologi dan Matematika. Sagara kini belajar Biologi karna ia sudah paham materi Matematika yang akan muncul besok, sementara Aluna masih berkutat dengan matriks. Perasaan yang sering bolos sekolah itu Sagara deh, kenapa jadi Aluna yang susah untuk belajar?

Dari dua puluh soal, yang salah hanya dua, makanya kini Sagara sudah bangkit dari posisinya menuju dapur untuk mengambil minuman manis dari lemari pendingin. Kalau yang mengisi bahan makanan di apartemen ini adalah Aluna, tugas Sagara adalah mengisi lemari kosong dengan makanan ringan yang bisa ia makan saat sedang bosan. Kalau Aluna tak suka mengemil, makanya tubuhnya segitu-gitu aja. Kecil dan pendek. Kalau bersanding sama Sagara, Aluna seperti anak tk. Setelah meminum jus jeruknya, Sagara kembali duduk di samping Aluna, menatap soal yang sedari tadi belum bisa Aluna pecahkan.

"Jawaban lo salah semua."

Aluna membulatkan matanya terkejut, lalu berbalik menatap Sagara. "Serius? Satu pun nggak ada yang bener?"

Gelenggan dari Sagara membuat Aluna meringgis. Astaga, jadi daritadi Aluna ngapain saja kalau semua jawaban yang ia dapat ini salah. Aluna mendengus kesal, ia berbaring di atas kertas soal yang ia kerjakan lalu menatap Sagara yang sedang tersenyum geli. Enaknya punya otak encer seperti Sagara. Tanpa mengerjakan pun, Sagara sudah tau kalau jawaban yang ia dapat salah semua. Sagara ini beruntung dalam hal apapun. Otak, ekonomi, teman, apalagi wajahnya.

"Lo nggak bohongin gue kan?" tanya Aluna sembari menyipitkan matanya. Karna Sagara kini sudah mulai jahil, tak tau diajari oleh siapa.

"Ngapain gue bohong," jawab Sagara membuat Aluna memajukan bibirnya lucu, "nanti gue mau ke Dicky dulu ya."

Aluna mendonggak, menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 9 malam. "Udah jam 9, besok kan ujian."

"Iya, jam 12 gue pulang."

"Mau ngapain emangnya?"

"Ada urusan," Sagara menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah cantik Aluna, "lo tidur duluan aja. Jangan nungguin gue."

"Tapi pulang ya?" tanya Aluna yang dibalas anggukan oleh Sagara, "awas aja malah mabok."

"Nggak," Sagara tertawa kecil, "besok kan ujian."

Dari rambut, jemari Sagara bergerak menuju alis, hidung dan berakhir di bibir. Lalu perlahan wajah Sagara mendekat, membuat Aluna memejamkan matanya. Sagara tersenyum kecil melihat ekspresi Aluna sebelum mengulum bibir ranum itu. Jantung Aluna rasanya mau meledak sekarang, tapi bukannya mendorong tubuh Sagara agar menjauh, Aluna malah mengalungkan kedua tangannya di leher Sagara, mendorong leher Sagara.

"Slow down, naughty," Sagara tersenyum kecil sembari mengusap bibirnya yang berdarah karna digigit oleh Aluna.

Sementara Aluna tersenyum tidak bersalah dengan nafas yang memburu dan pipi yang memerah. Sagara kembali mengecup bibir Aluna sebelum bangkit dari duduknya mengambil jaket dan kunci motor. "Gue pergi dulu, jangan kemana-mana, belajar aja."

"Iya," jawab Aluna, "hati-hati."

Tongkrongan mereka dikejutkan oleh seseorang yang sudah lama ini jarang sekali muncul untuk ikut kumpul, tapi malam sehari sebelum ujian, Sagara malah memunculkan batang hidungnya. Bukan cuma Sagara, di sana juga ada Eric yang sudah keluar dari rumah sakit sekitar lima hari yang lalu. Walaupun belum pulih sepenuhnya, laki-laki itu tetap ngotot untuk ikut nongkrong, tak takut kalau tiba-tiba ada yang menyerang mereka lagi. Setelah bersalaman ala laki—saling menjabat tangan dan adu bahu, kini Sagara duduk di samping Eric lalu membakar rokoknya sebelum bercerita bagaimana kondisi coffee shopnya sekarang.

"Proses pembangunannya, enam sampai tujuh bulan katanya," ucap Sagara sembari meneguk es kopinya, "menurut lo itu lama atau cepet?"

Sultan memutar bola matanya berpikir. "Untuk ukuran coffee shop, itu termasuk cepet sih."

Sagara mengangguk. "Bagus deh kalau gitu."

"Terus gimana nasib uang lo itu?"

"Masih diproses," jawab Sagara, "gue jadi nggak enak. Gara-gara masalah gue, kalian semua malah ikut keseret."

"Lebay banget anjing, kayak sama siapa aja," ucap Louis memutar bola matanya malas.

"Louis mah demen kalo soal mukul-mukulin orang Gar," celetuk Sultan membuat Louis menaikan kedua alisnya.

"Btw Gar, itu bibir lo berdarah kenapa?"

"Kepentok."

"Mana ada anjir kepentok!" sambar Louis, "itu mah abis digigit sama orang."

Sagara lupa, kalau masalah beginian, mereka lah ahlinya. Sagara hanya pendatang baru.

"Siapa?" bisik Dicky teman-temannya yang lain membahas topik yang berbeda, "jangan bilang—"

"Aluna."

"Anjing," Dicky menutup mulutnya tak percaya, "lo beneran kepincut sama dia?"

"Ciuman doang," jawab Sagara, "kepincut apanya?"

"Eh btw Gar," Sultan menyalakan rokoknya lalu menghembuskannya perlahan, "lo lagi ada masalah sama Logan? Kok tuh anak nggak mau gue ajakin nongkrong bareng?"

Sagara menaikan bahunya sekilas. "Nggak tau. Sibuk kali dia sama temennya yang lain."

"Eh liburan semester ke Bali yuk? Mayan dua minggu."

Mendengar kata Bali, Sagara langsung melirik Dicky. "Bangkok aja."

"Boleh tuh," jawab Eric, "ajak Logan lah, Gar."

"Nanti gue ajak."

Ternyata, tak sampai jam 12 mereka di sana. Awalnya Eric yang ingin pulang lebih dulu. Tapi akhirnya mereka semua mutuskan untuk ikut pulang saja. Seperti biasa, Sagara tak pulang ke rumahnya, melainkan ke apartemen. Karna lebih sering di apartemen, Sagara jadi berpikir apa ia harus membawa bajunya yang lain ya agar ia tak bolak balik apartemen ke rumah hanya untuk ganti baju. Bajunya di apartemen juga hanya ada beberapa pasang saja. Mungkin Aluna juga sudah bosan melihatnya pakai baju yang sama terus.

Begitu pintu terbuka, Sagara langsung melepas sepatunya begitu saja dan melepas jaket dan baju kaosnya sebelum masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Bajunya bau rokok, jadi ia tak mau dimarahi Aluna lagi kalau masuk ke dalam kamar dengan baju yang bau rokok. Sagara juga sudah membersihkan diri agar setelah ini ia bisa langsung tidur.

"Belum tidur?" tanya Sagara begitu melihat Aluna masih berbaring membelakanginya sembari bermain ponsel, "nggak sampe jam 12 kan?"

"Sagara?"

Bukan, itu bukan suara Aluna. Melainkan suara Aqila dari ponsel Aluna. Ternyata mereka sedang video call. Dan Aqila melihat dengan jelas kalau Sagara masuk ke kamar Aluna dengan bertelanjang dada. Aluna yang panik langsung mematikan sambungan itu begitu saja. Dan ribuan pesan masuk dari Aqila ke ponselnya, membuat Aluna meringgis.

"Gimana dong?" tanya Aluna panik, "kita bakalan digosipin di sekolah ya?"

Berbeda dengan Aluna yang sedang panik, Sagara masih santai mengambil bajunya di dalam lemari lalu memakainya sebelum akhirnya ikut duduk di atas ranjang, samping Aluna.

Aluna berdecak, memukul lengan Sagara pelan. "Lo sih pulang nggak bilang-bilang. Mana nggak pake baju lagi. Aqila bakalan mikir yang aneh-aneh nggak ya?"

Sagara diam, tidak menanggapi ucapan Aluna. Laki-laki itu malah berbaring sembari menarik selimut hingga tubuhnya tertutupi sampai perbatasan leher. "Dingin, peluk dong."

"Ish Sagara!" kesal Aluna, "gimana dong ini?"

"Gimana apanya?" Sagara bertanya balik, "bilang aja kalo kita emang tinggal bareng."

Jawaban dari Sagara tak membantu apa-apa. Aluna malah makin panik melihat semua pesan yang Aqila kirimkan kepadanya.

Aqila: bilang ke gue kalau ini cuma mimpi!

Aqila: yang gue liat beneran Sagara?!

Aqila: JELASIN KE GUE SEKARANG JUGA ALUNA!

and 14 chats more from Aqila.

Sagara tersenyum geli melihat ekspresi Aluna yang benar-benar panik. Tangan Sagara terulur menuju pinggang ramping Aluna, menarik Aluna dengan lembut agar berbaring di sampingnya. "Jangan dipikirin, biar gue yang jelasin ke Aqila besok."

"Okey," jawab Aluna akhirnya, menaruh ponselnya di meja kecil samping ranjang sebelum akhirnya kembali berbaring menghadap Sagara, "kok pulangnya cepet?"

"Iya, gue juga bingung pada pulang cepet."

Aluna mengusap lembut pipi Sagara, lalu bergerak mengikuti garis wajah Sagara yang dibuat sangat indah oleh sang pencipta. Layaknya patung yang bisa dibuat sesuai keinginan semua orang dan bisa dibuat dengan proporsi yang sempurna, begitu juga dengan wajah Sagara. Rahang tegas, hidung mancung, semuanya dibuat dengan sempurna. Aluna sampai iri. Walaupun hidungnya juga mancung, tapi hidungnya tak setinggi milik Sagara.

"Liburan semester gue mau ke bangkok sama anak-anak," ucap Sagara, "lo nggak boleh ikut soalnya yang bakalan ke sana cowok semua."

"Wih, seru dong!"

"Sebelum itu, lo mau kemana?" tanya Sagara membuat Aluna mengenyit berpikir, "kita ke Labuan Bajo mau? Kemarin kan nggak jadi karna lo wawancara OSIS itu."

Alih-alih menjawab, Aluna malah tersenyum kecil. "Lo kok segitunya sama gue? Gue kan bukan siapa-siapanya lo."

Sagara terdiam cukup lama. Tak ada alasan Sagara melakukannya pada Aluna. "Karna gue mau. Jadi, lo mau ke Labuan Bajo?"

"Puncak aja gimana?"

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 134 15
Sebuah kehidupan yang menjadi impian banyak orang di luar sana, tanpa mengetahui bahwa sebenarnya itu hanya kehidupan yang terlihat indah di luar tan...
708K 10.2K 12
γ€Œ follow dulu sebelum baca 」 β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€β–€ ❝Darling, just remember this; don't fight fire with f i r e.❞ Seharusnya mungkin tidak seru...
2.2K 275 7
(UPDATE SETIAP KAMIS & MINGGU) Mangi sering dengar ia berpenampilan menarik. Cantik, lebih tepatnya. Mangi juga punya kehidupan putih abu-abu yang di...
157K 19.5K 36
[18+] "why do i pull you close and then ask you for space?" 03/09/22 - 26/06/22