love me well

By hip-po

3.8K 641 438

"Love me well or leave me alone, you decide." Seharusnya, dari awal kita berani mengambil keputusan setelah s... More

prologue
1 | you're gonna be my best friend, baby
2 | prince on a white horse
3 | the beginning
4 | nightmare
5 | news that no one ever wants to hear
6 | challenge the devil
7 | not your fault
8 | we can't be friend
9 | bad news
10 | care less
11 | i wish i hated you
12 | stupid feelings
13 | intentions
14 | a change of heart
15 | you'd talk to her when we were together
16 | but you're still a traitor
17 | you'll never feel sorry for the way i hurt
18 | i just wanna know you better
19 | nobody gets me like you
20 | not fair
21 | am all alone
22 | everything has changed
23 | there's nothing you can't do
24 | city lights
25 | i gave into the fire
26 | step on up
27 | falling
28 | baby please dont go
29 | so close to being in love
31 | problem
32 | too late
33 | we lost a lot of things in the fire
34 | by my side
35 | i dont wanna be okay without you
36 | call me friend but keep me closer
37 | this feeling's all we know
38 | i'm not the one meant for you
39 | i know i'd go back to you
40 | you and no one else
41 | one fine day
42 | it's not living if it's not with you
43 | stand by you
44 | mixed feelings
45 | there something you should know
46 | that's why i let you in
47 | i will never know if you love me
48 | if i ain't with you i don't wanna be
49 | you're hiding something from me
50 | almost is never enough
51 | that's why i love you
52 | i don't want you to go
53 | head in the clouds
54 | something beautiful died
55 | my soul it gets sicker
56 | i gotta let you go i must
57 | i guess this is where we say goodbye
58 | tryna find a way back home to you again
59 | destiny decried

30 | but in time our feelings will show

62 15 11
By hip-po

Entah sudah berapa lama Aluna menatap box ponsel baru di hadapannya ini sembari memikirkan banyak hal. Apalagi ucapan Sagara tadi. Aluna membutuhkan ponsel karna ia harus mengabari Sagara. Kenapa seperti itu? Sebelumnya tak pernah seperti itu. Bahkan saat Aluna punya ponsel dulu pun, masalah berkabar itu tak pernah jadi masalah bagi mereka berdua. Tapi kini Sagara malah memberinya ponsel baru dengan seri yang terbaru juga. Ini seri yang baru keluar bulan lalu. Bahkan Yania dan Aqila belum memakai seri ini.

Apa yang terjadi kalau nanti tiba-tiba Aluna memakai ponsel ini? Baru terkena musibah dan ia sudah memakai ponsel dengan seri terbaru. Mungkin Merah Putih akan gempar dan akan menuduhnya karna mencuri ponsel milik orang lain.

Ah ya, saking sibuknya memikirkan ponsel baru ini, Aluna sampai lupa kalau malam ini Sagara menginap di sini. Aluna sama sekali tidak keberatan karna ini adalah apartemen Sagara, Sagara bisa datang kapan saja ke sini. Dengan langkah pelannya, Aluna berjalan menuju sofa, tempat Sagara tidur. Aluna tersenyum kecil menatap wajah Sagara yang sedang terlelap. Aluna tak mau munafik, tapi jujur, Aluna suka melihat wajah Sagara yang sedang terlelap ini. Tanpa sadar, tangan Aluna bergerak memperbaiki helai rambut Sagara yang menutupi wajah laki-laki itu.

"Mimpi indah, Sagara."

Pukul 5 pagi, alarm Aluna berbunyi. Dengan mata yang masih tertutup rapat, tangan Aluna bergerak memencet tombol agar alarmnya mati. Aluna meregangkan tubuhnya sebelum bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju dapur. Aluna menatap sofa yang sudah kosong. Sagara sudah pergi, ya. Aluna menghela nafasnya pelan, berjalan menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya sebelum akhirnya kembali ke dapur untuk membuat sarapan dan bekalnya.

Namun suara tombol pin apartemennya yang dipencet itu membuat jantung Aluna berdebar kencang. Apa ada orang yang mencoba untuk masuk ke apartemennya? Apalagi Aluna lihat diberita kalau ada orang yang suka menyelinap masuk ke dalam kost putri dan melecehkan perempuan di dalamnya. Dengan cepat Aluna mengambil pisau lalu mengarahkannya ke arah pintu. Saat pintu itu terbuka, detak jantung Aluna makin berdebar kencang.

"Ngapain lo nodong pisau gitu?"

Dengan gelagapan, Aluna menaruh pisau itu kembali ke tempatnya lalu tersenyum kikuk. "Kirain maling," ucap Aluna asal membuat Sagara tersenyum geli, "darimana?"

"Gym."

Aluna diam, ia memperhatikan punggung Sagara yang tak tertutup oleh selembar kain pun. Wah, seperti tubuh model iklan protein otot. "O-okey. Nggak pake baju?"

"Kenapa emangnya?" tanya Sagara sembari berjalan menuju dapur—ke arah Aluna juga. Berhenti tepat di hadapan Aluna, membuat Aluna langsung mundur hingga tubuhnya menyentuh lemari pendingin di belakangnya. Tapi bukannya menjauh, dengan senyum jahilnya, Sagara malah semakin mendekat ke arah Aluna.

"Sagara," panggil Aluna pelan sembari berusaha untuk menjauhkan tubuhnya dari Sagara. Jangan terlalu dekat, Aluna takut kalau Sagara bisa mendengar detak jantungnya yang berdebar sangat kencang sekarang.

"Hm?" sahut Sagara masih dengan senyum jahilnya. Tapi karna takut tawanya lepas, Sagara akhirnya membuka pintu lemari pendingin, mengambil air dari sana lalu menjauh dari Aluna.

"Kirain udah pulang," ujar Aluna pelan sembari berusaha menutupi rasa canggungnya dengan berpura-pura mencari bahan makanan di lemari pendingin, "kenapa gym subuh-subuh gini? Nggak capek?"

"Nggak," jawab Sagara setelah meneguk airnya, "tidur gue nyenyak malam ini."

"Biasanya emang nggak nyenyak?"

"Akhir-akhir ini nggak tenang."

Aluna mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Banyak pikiran," jawabnya sembari memasukan bajunya yang sudah basah dengan keringat itu lalu memakai baju kaos yang masih bersih, "di sini ada gym sama kolam renang yang bisa lo akses dua puluh empat jam."

"Oh ya? Gue baru tau," ujar Aluna sembari menaruh sayuran yang sudah ia cuci di satu wadah. Ia berbalik, menatap Sagara yang sedang memasukan barang-barangnya ke dalam tas sekolahnya, "udah mau pulang? Nggak sarapan bareng dulu di sini?"

"Menunya apa?"

Aluna ragu menjawabnya, karna bahan makanan yang tersisa di apartemennya hanya sayur. "Sayur sop?"

Aluna tau betul kalau Sagara tidak suka makan sayur. Sagara hanya suka kentang, itupun digoreng bukan disop. Menunya sangat sederhana, berbeda jauh dengan di rumahnya. Apapun yang ingin Sagara makan, chef keluarganya pasti bisa membuatnya kapan pun itu. Tapi walaupun begitu, Sagara kembali menaruh tasnya di sofa dan duduk di kursi meja makan.

"Ayo sarapan bareng."

Jam istirahat, Aluna yang sudah lama ini tidak menginjakan kaki di kantin lagi, siang ini berada di kantin bersama Aqila dan Yania. Di hadapannya ada sushi untuknya, rice bowl salmon mentai untuk Yania dan Aqila memesan nasi goreng seafood. Sushi di hadapannya ini bukan dibeli pakai uangnya, melainkan Aqila. Tadi, saat Aluna hendak membayar, Aqila sudah lebih dulu menempelkan kartunya dan pembayaran berhasil. Lalu Aqila kabur begitu saja dan menutup telinga saat Aluna mengatakan bahwa ia akan mengganti uang Aqila.

"Gue denger Rhea ketauan keluar dari kosnya Fatur pagi ini dan ke sekolah bareng-bareng."

Entah mengapa, tapi Aluna yang sedang memakan sushinya tiba-tiba tersedak mendengar apa yang Aqila ucapkan. "Emangnya kenapa?"

"Kenapa apanya Na?" Aqila bertanya ulang, "ya jelas mereka pasti udah tidur bareng. Dan pasti udah sampai itu."

"Kenapa gitu? Siapa tau yang cowok tidur di sofa, yang cewek tidur di kasur?"

Aqila tertawa mendengarnya. "Mana ada yang kayak gitu jaman sekarang, Na. Kalau mereka keluar dari ruangan yang sama, udah jelas mereka habis HS."

"Bener," Yania menimpali, "lagian yang kayak gitu tuh udah biasa. Dulu temen SMP gue bahkan tinggal sama pacarnya di kontrakan."

"Serius? Anak SMP udah kayak gitu?"

"Dua rius!"

Mendengar itu, Aluna jadi terdiam sebentar. Selama ini, dunia mana yang Aluna tinggali sih? Kenapa dunianya berbanding terbalik dengan Aqila dan Yania? Saat Aluna terkejut mendengar berita itu, mereka malah biasa saja sembari membicarakannya dengan nada yang santai. Tapi serius, tidak semua orang seperti itu. Mungkin ia dan Sagara contohnya? Malam ini mereka tidur di satu ruangan yang sama, tapi tak ada hal-hal yang mengerikan terjadi pada mereka. Tidur mah, tidur saja. Aluna di kamar, Sagara di sofa, tak ada masalah.

Aluna menghela nafasnya lega. Untung saja tak ada yang tau kalau Aluna itu tinggal di apartemen mewah dekat sini. Berarti gawat, kalau ada yang tau. Beritanya pasti akan menyebar dengan cepat di Merah Putih kalau ada yang tau Aluna tinggal di sana. Mereka pasti berpikir kalau ia ini simpanan pejabat kaya yang diberi fasilitas mewah. Tapi kalau mau dipikir-pikir, benar juga ya, Aluna seperti simpanan pejabat yang biasanya ada di sinetron-sinetron. Di kasih fasilitas yang mewah dan juga hidup enak setelah musibah menimpanya. Kalau begini, Aluna jadi berubah pikiran dan tak mau memakai ponsel yang Sagara berikan. Karna takut disangka simpanan pejabat kaya betulan.

Senggolan di tangannya membuat Aluna sadar dari lamunannya. "Kenapa?" tanya Aluna sembari menatap Yania di sampingnya.

"Sagara, manggil lo," jawab Yania sembari menunjuk Sagara yang sedang menatap ke arah mereka.

Buru-buru Aluna menghampiri Sagara yang berada di koridor dekat pintu masuk kantin. Aluna menampilkan senyum khasnya. "Kenapa?"

"Mana hp lo?" tanya Sagara langsung pada intinya, "chat gue nggak masuk."

"Masih di apart," jawab Aluna, "gue nggak mau pakai hp itu. Itu keluaran terbaru, gue takut disangka simpenan pejabat."

Sagara yang tadinya ingin marah, kini tak bisa menyembunyikan senyuman gelinya saat mendengar ucapan Aluna. Apa katanya tadi? Simpanan pejabat? Hanya karna memakai ponsel seri terbaru?

"Jangan aneh-aneh, pake hp itu biar lo bisa dapet kabar dari gue."

"Iya deh," jawab Aluna akhirnya, "emangnya kabar apa?"

"Hari ini ngapain?"

Aneh, kenapa Sagara menanyakan jadwal padanya?

"Hari ini Taekwondo kan? Gue bawa kok pakaian Taekwondo lo."

Sagara mengangguk. "Abis itu ngapain?"

"Siapa? Gue?" tanya Aluna yang membuat Sagara menghela nafasnya kasar, "abis itu gue mau belanja perlengkapan apartemen sih. Sapu lidi, panci, masih banyak lagi. Kenapa? Mau ikut?"

"Mau."

Sampai sekarang, Aluna masih tak percaya kalau ia akan belanja perabotan apartemennya dengan Sagara. Bahkan setelah selesai Taekwondo pun, Sagara yang menanyakan apakah jadi membeli perabotan apartemen. Aluna kira, Sagara tak serius saat di kantin tadi, tapi buktinya mereka sudah berada di salah satu toko pusat furnitur dan perlengkapan untuk memenuhi kebutuhan rumah. Sagara sudah memakai pakaian biasa, sementara Aluna masih memakai seragam sekolah yang hanya ditutupi oleh sweater cropnya saja.

Lima menit berada di sana, Aluna dan Sagara masih berjalan beriringan untuk mencari barang yang ingin Aluna beli. Di menit selanjutnya, Sagara sudah melangkah ke arah yang lain. Entah kemana, tapi yang jelas Aluna masih fokus pada tujuannya untuk mencari barang-barang yang ia butuhkan di apartemen. Pertama, Aluna mencari alat pembersih seperti sapu dan lain-lain. Setelah itu barulah ia beralih menuju perlengkapan dapur. Ia butuh teflon anti lengket dan juga beberapa alat makan seperti gelas, piring, dan sendok. Karna stok di apartemen kurang karna sekarang Sagara juga sering datang dan makan bersama.

Saat sedang sibuk mencari alat makan, Sagara datang dengan boneka di tangannya. "Mau nggak?"

Aluna mengernyit bingung. "Buat apa?"

"Buat nemenin tidur?"

"Nggak," tolak Aluna langsung, "pasti mahal. Taruh lagi."

Ucapan Aluna membuat Sagara jadi melihat harga yang tertera untuk satu boneka beruang ukuran kecil itu. Dua ratus ribu, tidak mahal. Kenapa Aluna tidak mau ya?

Setelah mengembalikan boneka itu, Sagara yang sudah selesai mengelilingi toko ini pun kembali ke Aluna. Ia hanya berdiri di samping Aluna sembari menatap Aluna yang sedang membaca deskripsi produk, entah apa yang dibaca. Kalau butuh mah, beli saja. Kenapa harus repot-repot dibaca.

"Ada yang bisa dibantu?"

"Ah iya, ini Kak, ada ukuran yang lebih kecilnya nggak ya?" tanya Aluna sembari memberikan teflon itu pada pegawai di sana, "yang anti lengket ya Kak."

"Baik, akan saya bantu carikan."

Pegawai tadi pergi mencari barang, sementara Aluna beralih pada barang yang lain. Sagara menghela nafasnya, ia sudah mulai bosan berada di sana. "Abis ini mau kemana?"

Aluna beralih menatap Sagara. Ia tersenyum kecil. "Mau ikut lagi? Ini aja udah bosen."

"Nggak bosen," sanggah Sagara cepat, "abis ini makan mie ayam?"

"Lo mau makan mie ayam?" tanya Aluna yang dijawab dengan anggukan oleh Sagara, "oke, kita makan mie ayam."

Pegawai yang tadi datang membawa telfon yang sama dengan ukuran yang lebih kecil. "Ini ya Kak?"

"Iya bener ini," jawab Aluna sembari menaruh teflon itu ke dalam troli.

"Sekalian gelasnya juga Kak?" tawar pegawai itu, "cocok banget untuk pasutri baru."

Mendengar itu, Aluna dan Sagara sama-sama melihat gelas yang ditawarkan oleh pegawai itu. Gelas dengan desain yang sama dengan tulisan mom and dad di sana. Reflek Aluna tertawa melihatnya dan langsung menggeleng pelan. "Bukan pasutri Kak. Kita masih SMA."

"Eh maaf Kak, saya nggak tau. Kirain pasutri, soalnya cocok," ujar pegawai itu.

"Gue ke sana dulu," ucap Sagara yang langsung pergi dari sana.

Selesai dengan alat makan, hal terakhir yang ingin Aluna beli adalah handuk. Bukan untuknya, tapi untuk Sagara. Tak ada alasan, hanya karna Aluna kasihan saja pada Sagara. Masa sehabis gym tak mandi dulu? Malah langsung memakai baju seperti tadi pagi.

Setelah berhasil mendapatkan handuk, Aluna berjalan mengelilingi toko ini, mencari keberadaan Sagara yang entah dimana. Mungkin sudah keluar duluan, pikir Aluna membuat Aluna mendorong trolinya menuju kasir. Namun langkahnya berhenti saat mendengar suara mesin capit boneka yang sepertinya dimaini oleh seseorang. Aluna melangkahkan kakinya, lalu menghela nafasnya kasar saat melihat siapa yang memainkan mesin capit itu. Sagara.

"Sagara," panggil Aluna pelan, "ayo, gue udah selesai."

"Lo mau yang mana?" tanya Sagara tak menghiraukan perkataan Aluna.

Aluna memicingkan matanya, menatap semua boneka yang berada di sana lalu menunjuk boneka berbentuk singa. "Itu yang singa!"

Percobaan pertama, kedua dan ketiga gagal. Hal itu membuat Aluna mendengus. "Udah ayo, nggak bakal berhasil."

"Bentar," ucap Sagara sembari berusaha mendapatkan boneka itu. Sebenarnya ia sudah bermain di sini cukup lama. Mungkin ia sudah menghabiskan uangnya sebanyak harga boneka tadi. Tapi laki-laki itu masih saja kompetitif untuk mendapatkan boneka yang di dalam sana.

Walaupun sudah malas, tapi Aluna tetap memperhatikan Sagara yang belum mau menyerah. Matanya membulat saat pencapit itu berhasil mencapit boneka singa dan membawanya ke lubang yang berada di sebelah kiri bawah.

"Ayo jangan jatuh lagi," ucap Aluna sembari memperhatikan mesin itu bergerak dan melepas boneka itu saat tepat berada di atas lubang itu, "yeay!"

Saking senangnya, Aluna sampai melompat kegirangan, menunggu Sagara yang sedang mengambil boneka singa itu dan menyodorkan boneka itu padanya. "Buat gue?"

"Buat lo."

"Thank you Sagara."

Makin ke sini, makin dekat saja mereka, sampai melupakan fakta bahwa mereka hanyalah sebatas bos dan pesuruh saja.

Continue Reading

You'll Also Like

4.2K 106 47
TW // 18+ physical violence, bullying, harsh word, drugs. "Ya Alan, aku cinta sama kamu, gimana caranya untuk membuktikan hal itu?" tanya Ajeng denga...
2.3K 294 9
Bagaimana jika kamu tiba-tiba didekati playboy yang terkenal di kampus? Vania Anindyta Clarie, menyarankan hal ini untuk kamu; 1. Menghindar, 2. Pura...
113K 668 1
Cerai? Siapa yang mau. Dimadu? Apalagi. Namun bagi Renata, lebih baik cerai daripada dimadu. Membiarkan pelakor masuk ke dalam rumah tangganya deng...
7.6K 263 7
Kisah tentang pohon yang sendiri.