GRESHAN

By ShnIndr12

787K 22.9K 2K

WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJ... More

HUKUMAN
Kantor I
Dimobil
Dapur
Ruang Osis
Morning Sex
Shani
Sister?
Sister? II
Threesome?
Polos?
Bar
Gracia
Sepupu
Sekretaris?
Mine
HUKUMAN II
Hanya Kamu
Kembali
Akhirnya
Step Sister
Step Sister II
Milikku
Backstreet I
Kantor II
Kantor III
Murid Baru
Backstreet II
Polos? II
Private Doctor
Gracia II
Murid Baru II
Gracia III
Gracia IV
Keponakan Nakal
Keponakan Nakal II
Keponakan Nakal III
Nanya doang sih
Nanya sekali lagi
Calon Kakak Ipar
Info
Birthday Party
Malam tak terduga
Psychopath In Love
Psychopath In Love II
Psychopath In Love III
Di sebelah nggak ngerespon🗿
Info
Perjodohan
Perjodohan II
Perjodohan III
Pemberitahuan
Christmas
Guru Olahraga
Crazy!!
⚠️⚠️
Sugar Mommy
Sugar Mommy II
Step Mother
Info
Step Mother -2

Aku Yang Salah

10.1K 407 67
By ShnIndr12

Happy Reading
Banyak Typo

Shani Altara kerap di panggil Shani, seorang murid di sebuah sekolah swasta di kotanya. Memiliki wajah yang cantik dan juga tampan, bukan cuman itu, ia juga salah satu murid berprestasi di bidang akademik di sekolahnya. Banyak yang ingin menjadikan dia sebagai pasangan namun, dengan keras Shani menolak di karenakan dia sudah memiliki kekasih. Seorang gadis remaja yang mampu membuat dia bertahan hingga saat ini, pertemuan mereka yang terkesan cukup singkat tidak membuat Shani untuk tidak jatuh hati pada remaja itu.

Shania Gracia kerap di panggil Gracia adalah kekasih dari seorang Shani, memiliki wajah samping yang sangat sempurna dan senyuman yang mampu membuat orang betah berlama-lama mentap dirinya. Bukan cuman itu wajahnya yang teramat cantik kerap sekali membuat banyak orang iri.

Chiko Abimara yang kerap di panggil Chiko adalah kapten basket di sekolahnya, memiliki tubuh yang tinggi dan wajah yang tampan.

Frans Prasetyo yang kerap di panggil Frans adalah teman lama Gracia, mereka sudah berteman semenjak keduannya menginjakkan kaki di sekolah menengah pertama.

Shani Altara memiliki masa lalu yang cukup kelam, tak ada yang menggetahuinya termasuk Gracia. Shani tak mau menceritakan masa lalunya, ia tak sanggup untuk menceritakannya. Shani sendiri adalah seorang pasangan yang sangat posesif kepada pasangannya.
.
.
.

Pagi ini di depan gerbang rumah Gracia, terlihat Shani sudah menunggu Gracia untuk keluar. Bukannya ia tidak mau masuk, hanya saja Gracia melarangnya. Lima menit sudah Shani menunggu akhirnya Gracia keluar dengan seragam sekolah melekat di tubuhnya.

"Rok kamu kependekan. Ganti! Aku nggak suka." Ucap Shani setelah Gracia berada di dekatnya.

"Nggak kok Shan, perasaan kamu aja." Ucap Gracia yang merasa jika roknya tidak terlalu pendek, roknya memang berada di atas lutut tapi bagi dia itu tidaklah masalah.

"Ganti!" Tegas Shani tak menghiraukan ucapan Gracia.

"Nggak sempat Shan, waktu kita udah mepet banget ini. Ntar kita telat jadinya." Ucap Gracia menjelaskan.

"Ganti atau aku paksa." Shani yang masih dalam pendiriannya, melihat Gracia yang hanya diam saja. Shani turun dari motornya dan mengangkat tubuh Gracia ala bride style memasuki rumah Gracia.

Shanju selaku mama Gracia menatap heran sekaligus terkejut dengan kehadiran Shani dan Gracia.

"Loh Shan kok kalian belum berangkat? Itu juga, ngapain kamu gendong Gracianya." Bingung Shanju, Shani menurunkan Gracia lalu tersenyum ke arah Shanju.

"Rok Gracia kependekan tan, tadi aku suruh buat ganti tapi dia nggak mau makannya aku gendong." Balas Shani.

"Siapa yang nggak mau ha? Kan aku bilang nggak sempet lagi takut kita telat." Bela Gracia yang tak mau di salahkan.

"Telat dikit nggak pa-pa, kenyaman dan keamanan kamu yang paling utama. Kamu mau cowok-cowok di sekolahan kita lihatin kamu karena kamu pakai rok pendek." Jelas Shani.

"Udah lah Gre, sana ganti rok kamu. Kan mama tadi udah bilang juga buat kamu ganti roknya." Ucap Shanju yang ikut menyuruh Gracia mengganti roknya, dengan wajah kesalnya Gracia pergi ke kamarnya untuk mengganti rok nya.

Setelah sedikit drama di rumah Gracia tadi, akhirnya Shani dan Gracia sudah berada di kelas mereka. Mereka memang telat namun itu bukan masalah buat Shani selaku cucu pemilik sekolah mereka. Setelah beberapa jam belajar, bel tanda istirahat berbunyi. Para siswa-siswi berhamburan keluar, lain halnya dengan Shani dan Gracia serta beberapa anak-anak yang lain masih berada di dalam kelas.

"Sayang aku ke kamar mandi dulu ya. Ingat jangan dekat-dekat sama orang lain apalagi cowok." Ucap Shani sebelum ia keluar yang di balas anggukan oleh Gracia. Tak berselang lama setelah kepergian Shani, Frans pun datang mendekati Gracia.

"Hay Cia." Sapa Frans, Cia adalah nama panggilan khusus buat Gracia semenjak keduanya berteman.

"Hay Frans, ada apa?" Tanya Gracia.

"Nggak ada, cumam mau nyapa kamu sekalian mau nanya."

"Nanya apa?"

"Nanti malam kamu free nggak, kalau free aku mau ajak kamu jalan-jalan." Ucap Frans menjelaskan tujuannya.

"Maaf Frans lain kali aja ya, aku ada acara malam ini." Tolak Gracia tak enak.

"Ouh ya udah, kapan-kapan mau ya."

"Akan aku usahain."

"Ya udah kalau begitu aku keluar ya." Ucap Frans yang di balas anggukan oleh Gracia, sebelum Frans keluar ia mengacak-acak rambut Gracia.

"Bye Cia." Ucap Frans bertepatan dengan kedatangan Shani, ia melihat rambut Gracia yang di acak-acak oleh Frans. Frans melewati Shani begitu saja saat ia hendak keluar.

"Oh, kamu udah mulai berani ya." Ucap Shani dengan tatapan tajamnya saat sudah berada di dekat Gracia.

"Jangan berlebihan Shan, Frans cuman ajak aku ngobrol." Ucap Gracia yang tidak tahu jika Shani melihat rambutnya yang di acak-acak oleh Frans.

"Yakin cuman itu, bukannya dia juga lakuin ini." Shani ikut mengacak-acak rambut Gracia yang sudah dirapikan sang pemilik rambut, bukan cuman mengacak-acak saja Shani menarik rambut Gracia sedikit kuat namun mampu membuat Gracia kesakitan.

"Aws,. lepas Shan, sakit."

"Ini belum seberapa, awas kalau aku lihat kamu deket-deket dengan orang lain selain aku." Ucap Shani melepaskan tarikannya, Gracia hanya bisa mengganguk mengiyakan ucapan Shani.

Setelahnya bel pun kembali berbunyi dan tak berapa lama kemudian guru pun masuk dan memulai pembelajaran. Selama belajar Shani dan Gracia hanya diam, mereka saling mendiamkan hingga bel tanda pelajaran sudah selesai berbunyi. Di parkiran pun keduanya diam, walaupun begitu Shani tetap memakaikan Gracia helm dan membantu Gracia naik.
.
.
.

Shani menghentikan motornya di depan rumah Gracia lalu ia turun dan membantu Gracia turun, tak ada kata yang keluar dari mulut keduanya, keduannya sama-sama diam. Setelah helm yang di pakai Gracia terlepas Shani langsung saja menaiki motornya lalu pergi dari sana.

"Huff,.. kamu terlalu posesif Shan." Helaan nafas keluar dari mulut Gracia. Ini bukan hal yang pertama buat mereka seperti ini. Shani selalu saja melarangnya untuk dekat-dekat dengan orang lain, Gracia juga harus memberitahu apa saja kegiatannya kepada Shani. Keberadaannya pun harus Shani ketahui, sama siapa dia pergi dan kemana ia pergi Shani wajib mengetahuinya. Jika saja Gracia lupa memberitahunya Shani akan marah terhadap dirinya bahkan Shani akan melakukan kekerasan seperti yang tadi.

Gracia menghempaskan tubuhnya di kasur empuk miliknya, suara notif dari hp nya seketika mengalihkan atensinya. Ia mengeceknya dan tersenyum saat tau siapa yang menchat dirinya.

Chiko💚
Hay sayang nya aku.
Nanti malam jadi kan?

Hay juga sayangnya aku
Jadi dong
Kamu jemput jam berapa

Sekitar jam 7an
Di tempat biasa kan aku jemputnya

Ouh
Iya sayang

Udah dulu ya
Aku mau nyuci motor dulu

Oke sayang
Semangat nyuci motornya

Pasti dong
See you sayang😚

Iya sayang😚

Gracia menutupi wajahnya lalu berteriak, Chiko selalu saja bisa merubah moodnya di saat dirinya dan Shani bertengkar. Jahat memang, namun Gracia sudah terlanjur nyaman dan merasa aman saat bersama dengan Chiko. Saat ini ia belum bisa memilih antara Shani dan Chiko, kedua orang itu berada di hatinya dengan posisi yang setara.

Jika Gracia merasa senang saat ini, lain halnya dengan Shani. Saat ini dirinya sedang melukai dirinya sendiri dengan menyayat tangannya menggunakan silet. "Shani bodoh." Runtuknya sembari menyayat tangannya.

"Kenapa lo nggak bisa nahan emosi lo sih bangsat." Umpatnya, setelah menyayat tangannya. Selalu seperti ini, jika ia tidak bisa mengontrol emosinya kepada Gracia maka dia akan menghukum dirinya sendiri dengan cara melukai dirinya sendiri.

"Maaf Gre, lagi-lagi aku ngekasarin kamu. Aku ngelakuin itu di luar kendali aku sayang, maafin aku ya, ku mohon jangan tinggalin aku." Lirih Shani hingga tak sadar air matanya keluar.

"Aku harus minta maaf sama Gracia." Ucap Shani, ia berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Shani memakai baju berlengan panjang untuk menutupi luka yang ada di tangannya, kali ini ia membawa mobilnya kerumah Gracia ia berniat untuk mengajak Gracia makan malam di luar. Shani tinggal di sebuah apartemen mewah dan ia hanya tinggal sendiri.
.
.
.

Sekitar jam 7 lewat Shani baru saja sampai di rumah Gracia, tadi ada sedikit kendala makanya ia sampai lebih lama. Shani menekan bel rumah Gracia dengan bucket bunga di tangannya dan tak lama kemudian pintu rumah Gracia terbuka yang di bukakan oleh Shanju.

"Malam tante," sapa Shani sembari menyalim tangan Shanju.

"Malam Shan, kamu mau ngapain."

"Aku mau ketemu Gracia tan."

"Loh,.. Gracia nggak ngasih tau kamu emangnya kalau dia keluar malam ini sama temannya." Bingung Shanju.

"Teman yang mana ya tan kalau boleh tau, Gracia nggak ngasih tau aku tan." Balas Shani.

"Tante nggak tau Shan, dia nggak ngasih tau lebih jelasnya tapi kata dia, ia pergi bareng teman ceweknya." Jelas Shanju.

"Oh gitu ya tan, Shani bisa tunggu Gracia sampe pulang kan tan." Ucap Shani.

"Kenapa tidak, justru tante mau minta tolong sama kamu buat nginep malam ini soalnya tante mau pergi nyusul papa Gracia di luar kota."

"Kamu mau kan nginep supaya Gracia ada temannya."

"Mau kok tan."

"Kalau begitu tante pergi ya."

"Iya tan, tante hati-hati ya."

Setelah kepergian Shanju, Shani menunggu Gracia pulang di kamar kekasihnya itu. Ia juga nencoba menghubungi nomor Gracia dan mengirim pesan ke pada kekasihnya itu. Namun tak ada balasan dari Gracia, membuat Shani berfikir buruk sekaligus marah. Mengapa Gracia tak menggabarinya, pikir Shani.

Hampir satu jam Shani sudah menunggu Gracia, Shani berniat untuk keluar dan berdiri di balkon kamar Gracia. Belum lama Shani berdiri sebuah motor terlihat memasuki rumah Gracia, mata Shani memicing melihat siapa yang datang. Shani di buat terkejut saat menggetahui siapa orang itu, mereka adalah Chiko dan Gracia. Mata Shani memerah menahan amarah saat ia melihat adegan yang mampu membuat ia emosi, Chiko mencium pipi Gracia sebelum pria itu pergi.

Shani masuk ke kamar Gracia, mematikan lampu dan naik ke atas kasur menunggu Gracia memasuki kamarnya hingga tak lama kemudian Gracia masuk dan menyalakan lampu.

"Shani." Kaget Gracia saat melihat keberadaannya. Shani tersenyum tipis lalu turun dari atas kasur, ia mendekati Gracia hingga Gracia berjalan mundur dan punggungnya menyentuh dinding.

"Dari mana aja kamu Gracia." Dingin Shani menatap Gracia datar.

"A-aku tadi keluar bareng temenku, cewek kok sayang." Ucap Gracia terbata, Shani tersenyum tipis di buatnya lalu mencekram dagu Gracia.

"Kamu tidak pandai berbohong Gracia." Dengan sekali gerakan Shani membalikkam tubuh Gracia dan mendorongnya ke atas kasur. Shani menindih tubuh Gracia dan menatap Gracia dengan tajam.

"K-kamu mau ngapain Shan." Tanya Gracia dengan takut. Shani mengelus pipi Gracia yang telah di cium oleh Chiko tadi.

"Kamu seneng ya? Pipi kamu di cium sama orang lain selain aku." Ucap Shani, Gracia dia dan terkujut ternyata Shani melihatnya.

"Tapi nggak pa-pa, selagi dia belum rasain tubuh kamu." Setelah mengatakan itu Shani langsung mencium bibir Gracia dengan kasar dan menuntut. Shani melumat bibir bawah dan atas Gracia, Gracia yang terlarut dalam permainan Shani membalas ciuman itu.

Satu tangan Shani meremas payudara Gracia yang masih terbungkus.

"Ahhh."

Desah keduanya di sela-sela ciuman mereka, merasa pasokan oksigen akan habis, Shani menyudahi ciumannya dan beralih pada leher Gracia. Menghisapnya dengan kuat meninggalkan tanda kebiruan di sana.

"Ahh Shannnn."

Mendengar desahan Gracia membuat Shani jadi lebih semangat untuk melanjutkan aksinya, tangannya satu persatu membuka kancing baju Gracia hingga terlepas meninggalkan bra coklat milik Gracia. Ia meremas payudara Gracia yang masih terbungkus bra, lalu tangannya meraba punggung Gracia mencari kaitan bra Gracia. Gracia mengangkat sedikit tubuhnya agar memudahkan Shani untuk membuka bra nya, bra itu terlepas dan Shani melemparnya begitu saja.

Shani menjilat, mengemut dan menghisap puting Gracia secara bergantian.

"Ahhh ahhh Shannn ouhh."

Tangan Shani turun kebawah, memasukkannya ke dalam celana Gracia hingga tangannya menyentuh vagina Gracia yang sudah basah. Ia memasukkan dua jarinya lalu menggerakkanya maju mundur.

"Ahh ahhh yeahh ahhh."

Suara desahan Gracia mengalum indah di telinga Shani, Shani yang sudah tidak sabar lagi membuka celana dan cd milik Gracia lalu membuangnya secara asal. Ia menurunkan resleting celana miliknya lalu menggeluarkan batang penisnya yang sudah berdiri tegang. Ia melumurinya dengan ludahnya sebelum ia memasukkannya ke vagina Gracia.

"Jleb."

"Ahhh."

Desah keduannya saat Shani memasukkan penisnya, ini bukan yang pertama buat mereka melainkan ini yang ketiga kalinya dan Shani lah yang sudah mengambil keperawanan Gracia.

Shani menggerakkan pingulnya, memaju mundurkan penisnya di dalam vagina Gracia yang di awali dengan tempo yang lambat hingga tempo yang cepat.

"Ahhh ahhh ahhh shhhh Shannn ouhhh."

"Ahhhh ahhhh ahhhh yeahhh."

"Ahhh shithhhh Grehhhh ouhh."

Shani semakin mempercepat gerakannya yang membuat Gracia mencapai puncak kenikmatannya untuk yang ke dua kalinya.

"Shan akuhh mauhh keluarhh lagi ahh."

"Aku juga Grehh."

Dirasa ingin keluar Shani mencabut penisnya dan menembakkan spermanya di atas perut Gracia. Setelah pelepasannya Shani mengarahkan penisnya kemulut Gracia.

"Hisap Gre." Ucap Shani namun Gracia menggeleng dan hal itu mampu membuat Shani marah dengan paksa ia menarik kepala Gracia dan nemasukkan penisnya ke mulut Gracia.

"Ahhh Grehh hangathhh ahhh."

Shani memaju mundurkan penisnya di dalam mulut Gracia.

"Glok."

"Glok."

Suara penis Shani yang bercampur dengan air ludah Gracia, Gracia memukul-mukul paha Shani saat merasa dirinya hampir kehabisan pasokan oksigen. Shani tak memperdulikannya ia terus memaju mundurkan penisnya sampai ia merasa akan keluar.

"Ahhh Gre akuhh keluarhh ahhh."

Shani mengeluarkan spermanya di dalam mulut Gracia dan menahan penisnya agar Gracia menelan cairannya, dengan terpaksa Gracia menelan cairan sperma Shani. Setelahnya Shani menggeluarkan penisnya dan memasukkan kedalam celananya lalu menaikkan resletingnya.

"Yang tadi belum seberapa ya Gre, aku masih bermain lembut. Jika aku melihat kamu bersama orang lain apalagi sampai mencium kamu, aku akan menghabisi orang itu dan memberikan hukuman kepada kamu yang jauh lebih kasar." Ucap Shani yang kini tengah berbaring di samping Gracia.

"Maaf."

Hanya satu kata itu lah yang bisa Gracia keluarkan saat ini, ia merasa lelah mendapat gempuran tiba-tiba dari Shani.

"Kamu tidur, besok sekolah." Ucap Shani dan keduanya pun tertidur.
.
.
.

Sekitar jam 4 pagi Shani lebih dulu bangun daripada Gracia, ia berniat untuk pulang ke apartementnya untuk mengganti pakaiaannya.

"Sayang aku pulang dulu pulang dulu ya." Tak lupa Shani mencium kening Gracia sebelum ia pergi, ia juga menulis sebuah note untuk Gracia.


Setelah satu jam berlalu Gracia terbangun dari tidurnya, ia melihat kesamping tak ada lagi orang hal itu membuat dia bingung. Kemana Shani pikirnya, disaat dia ingin berdiri ia merasakan perih di vaginanya.

"Arghh, katanya main lembut tapi kok sampai sakit." Kesal Gracia mengigat perkataan Shani semalam, ia melihat ada sebuah note di atas nakas lalu ia membacanya.

"Oh pulang."

Setelahnya Gracia berjalan mengangkang ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya. Gracia sudah selesai dengan seragam sekolah nya ia mengecek ponselnya dan ia melihat ada pesan dari Chiko, setelah membalas nya ia pun turun kebawah tak lupa juga ia memberi kabar untuk Shani.

Gracia keluar dari rumah nya mendapati Chiko yang berdiri di dekat motornya, Gracia pun mendekatinya.

"Pagi tuan putri." Sapa Chiko yang mampu membuat Gracia tersenyum salting.

"Ihh lucu ih muka kamu memerah." Ledek Chiko yang membuat Gracia cemberut.

"Jangan lucu-lucu dong sayang, aku nggak kuat nih." Semakin digoda oleh Chiko pipi Gracia semakin memerah.

"Udah ihh, kita berangkat keburu Shani datang, dia juga mau berangkat bareng sama aku." Ucap Gracia agar Chiko tidak menggoda nya lagi.

"Iya-iya. Yuk kita berangkat." Chiko memakai kan helm kepada Gracia dan juga membantu menaiki motornya.

"Makasih sayang."

"Sama-sama sayang."

Kedua orang itu pun akhirnya pergi menuju sekolah hingga sepuluh menit kemudian Shani datang ke rumah Gracia. Beberapa kali Shani memencet bel rumah Gracia namun tak ada jawaban sehingga ia mengecek ponselnya hendak menelpon Gracia. Tapi niatnya di urungkan saat melihat pesan dari Gracia.

Dengan perasaan kesalnya Shani pun segera pergi ke sekolahnya, ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama akhirnya Shani tiba di sekolahnya, ia memarkirkan motornya lalu bergegas pergi menuju kelasnya. Sesampainya di kelas Shani tak mendapati keberadaan Gracia di sana, ia kembali mencoba menghubungi dan mengirim pesan ke pada Gracia. Namun tak ada jawaban maupun balasan dari Gracia, hal itu tentu membuat Shani berfikir yang tidak-tidak.

"Frans, lo lihat Gracia nggak." Tanya Shani pada teman lama Gracia yang satu kelas dengan mereka.

"Nggak, tumben-tumbenan lo nyari Gracia biasanya juga dia selalu ada di samping lo." Balas Frans heran, Shani tak memperdulikan balasan dari Frans ia memutuskan untuk mencari keberadaan Gracia. Shani mencari Gracia mulai dari kantin, rooftop dan ke semua penjuru sekolah namun ia juga tak menemukan keberadaan Gracia.
.
.
.

Sementara itu di toilet cewek yang letaknya cukup tersembunyi terlihat Gracia dan Chiko sedang berduaan, setelah mereka tiba di sekolah dan Chiko melihat tanda di leher Gracia yang lupa di tutupi remaja wanita itu, Chiko langsung saja menarik tangan Gracia ke toilet dimana mereka saat ini.

"Kamu habis ngapain sama Shani." Tanya Chiko menatap datar Gracia, Gracia yang di tatap seperti itu menunduk takut.

"Jawab Gracia dan lihat aku." Chiko mengangkat dagu Gracia agar melihat dirinya.

"Kalian baru ngelakuin itu kan? Secara jalan kamu juga aneh hari ini." Ungkap Chiko yang menyadari cara jalan Gracia, Gracia tak dapat berkata apa-apa.

"Diam berarti betul. Kamu tidak perlu takut aku nggak bakal apa-apain kamu kok, aku cuman nanya aja." Ucap Chiko dengan lembut, ia cukup sadar jika ia adalah selingkuhan Gracia makannya ia tak banyak menuntut pada Gracia.

Mengetahui Chiko yang tidak marah, Gracia pun memberanikan diri untuk menatap kembali Chiko dengan tatapan lembut nya.

"Aku pikir kamu akan marah sayang." Ucap Gracia.

"Nggak dong, tapi aku boleh kan ngerasain bibir kamu juga. Masa kamu cuman ngasihnya sama Shani doang." Ucap Chiko berlagak sedih.

Gracia tidak tau harus bagaimana, di satu sisi ia tidak ingin ada orang lain yang menyentuh bibirnya kecuali Shani, namun di sisi lain ia tidak tega melihat wajah memelas Chiko. Ini bukan yang pertama kalinya Chiko meminta, setiap kali Chiko meminta Gracia selalu menolak dan berakhir Chiko mencium pipinya.

Setelah berdebat dengan pikirannya, akhirnya Gracia menganguk ragu memberikan apa yang di inginkan oleh Chiko. Mendapat persetujuan dari Gracia, dengan perlahan Chiko memajukan bibirnya dan Gracia memejamkan matanya. Dan pada akhirnya bibir mereka bertemu, yang awalnya hanya menempel kini berganti dengan lumatan namun tak ada nafsu di sana.

Hingga pada akhrinya Chiko meminta lebih, ia melumat bibir Gracia dengan nafsu tangannya yang hendak meremas payudara Gracia harus terhenti kala sebuah dobrakan pintu terdengar.

"Brak."

Chiko dan Gracia sama-sama terkejut, dengan gerakan cepat Gracia mendorong tubuh Chiko agar menjauh. Keduannya tambah terkejut saat melihat siapa yang telah mendobrak pintu itu. Di sana, di depan pintu Shani berdiri dengan tangan yang mengepal dan tatapan tajam serta wajahnya yang memerah marah.

"Bajingan."

"Bugh."

Sebuah pukulan dari Shani mendarat tepat di perut Chiko yang membuat pria itu merintih kesakitan sekaligus memegangi perutnya. Tidak sampai di situ Shani kembali memukul tubuh Chiko dengan membabi buta, tak peduli akan teriakan Gracia yang menyuruh dirinya untuk berhenti, Shani terus memukul Chiko hingga berdarah-darah namun hal itu belum membuat dirinya puas.

"Mati lo anjing." Umpat Shani sembari memukul Chiko.

"Shani hentikan Chiko bisa mati." Gracia mencoba meraih dan menahan tangan Shani. Tapi tenaga Shani lebih kuat ia tak bisa menghentikan Shani, namun ia tak menyerah ia memeluk tubuh Shani dari belakang dan untung saja Shani berhenti.

"Kamu tenang ya Shan, Chiko bisa mati jika kamu pukuli dia terus." Ucap Gracia menenangkan Shani, Shani tak bergeming namun ia melebaskan pelukan Gracia secara kasar.

"Cih,. aku nggak nyangka kalau kamu semurah itu Gracia." Ucap Shani menatap Gracia sinis.

"Kamu sadar nggak sih kalau kamu itu sudah punya hubungan dengan orang lain, tapi kamu malah berhubungan lagi dengan orang yang berbeda."

"Otak kamu di mana, percuma kamu cantik dan pintar jika kelakuan kamu semurahan ini." Mendapat kata-kata seperti itu dari Shani seketika membuat hati Gracia sakit, ia tau ia salah tapi bukan berarti Shani bisa mengatai dirinya murahan.

"Apa jangan-jangan kalian udah sering ngelakuin itu. Hahahah aku nggak nyangka Gre."

"Apa aku masih kurang Gre, apa perlakuan ku selama ini kurang baik sama kamu."

"Kamu nggak salah nanya seperti itu Shan." Tanya Gracia tak habis pikir.

"Kamu, kamu yang buat aku jadi seperti ini. Kamu yang buat aku nyari kenyamanan bersama orang lain. Iya, aku tau aku salah tapi jangan pernah bilang aku murahan. Aku tak semurah itu." Ucap Gracia meninggikan suaranya.


"Berani kamu bentak aku hah." Ucap Shani dengan emosi mendekatkan tubuhnya ke Gracia. Dengan sekuat tenaga Gracia mendorong tubuh Shani.

"Kenapa tidak ha. Aku capek Shan, aku capek dengan sifat keposesifan kamu. Kamu selalu saja membatasi dengan siapa aku berteman, dan kemana aku pergi kamu harus tau sampai kegiatanku yang kulakukan kamu pun harus tau." Marah Gracia menggeluarkan unek-uneknya yang selama ini ia coba tahan.

"Aku butuh privasi Shan. Tidak semua harus kamu tau tentang kehidupanku Shan."

"Kamu tadi nanya kan apa perlakuan mu kurang baik selama ini."

"Ya, perlakuanmu selama ini kurang baik Shani. Kamu sering berbuat kasar sama aku, bahkan kamu tega melukai aku. Jadi? Apa aku salah nyari kenyamanan dan keamanan bersama orang lain, di saat aku tidak mendapatkannya dari kekasihku sendiri hah." Shani diam, ia sadar memang selama ini ia sudah berbuat kasar kepada Gracia.

"Maaf,. tapi aku ngelakuin itu semua ada alasannya. Aku takut jika aku tidak ngelakuin itu sama kamu, kamu bakal ninggalin aku. Aku nggak mau Gre." Ucap Shani.

"Bodoh! Kamu bodoh Shani, justru dengan
kamu ngelakuin itu, bakal buat aku pergi dan ninggalin kamu."

"Nggak Gre, kamu nggak boleh ninggalin aku." Ucap Shani menggelengkan kepalanya.

"Nggak Shan, cukup sampai disini aja hubungan kita. Aku nggak mau nerusin lagi, aku nggak mau menjalin hubungan lagi sama kamu, aku pengen bebas, bebas melakukan apa saja yang ingin aku lakukan tanpa ada kekanggan." Balas Gracia. Cukup, cukup sampai di sini saja hubungannya dan Shani. Ia terlanjur capek dengan kelakuan Shani.

"Nggak Gre, aku nggak mau."

"Tapi aku mau Shan."

"Ayo kita akhiri ini baik-baik." Ucap Gracia.

"Nggak Gre, aku tau aku yang salah di sini tapi aku nggak mau pisah dari kami Gre. Aku masih sayang dan cinta sama kamu Gre." Tolak Shani.

"Tapi aku nggak cinta lagi sama kamu Shan, sekarang aku cintanya sama Chiko dan aku akan menjadikan dia satu-satunya orang spesial di hatiku."

"Kamu bercanda kan Gre, kamu nggak mungkin kan cinta sama dia." Ucap Shani menunjuk ke arah Chiko yang terduduk lemas.

"Kenapa nggak mungkin, selama aku berada di dekatnya aku selalu merasa nyaman dan aman. Tidak seperti saat aku berada di dekat mu, saat berada di dekatmu aku merasa risih dan takut akan sikap keposesifan dan sikap kasar kamu." Balas Gracia ia hendak membantu Chiko untuk berdiri.

"Gre kamu serius mau akhiri hubungan kita." Tanya Shani berharap Gracia tidak serius akan perkataan nya tadi.

"Ya, aku serius Shan. Mari kita akhiri ini semua." Jawab Gracia yang sudah berhasil membantu Chiko berdiri.

"Baik jika itu mau kamu, mari kita akhiri ini semua. Aku tau aku yang salah tapi aku ngelakuin itu semua karena aku takut kamu ninggalin aku, namun aku salah."

"Mungkin gara-gara rasa traumaku selama ini yang membuat aku seperti ini, rasa trauma di tinggal oleh orang yang aku sayang."

"Aku trauma di tinggal Gre, di saat aku masih berusia 8 tahun kakakku pergi dipanggil tuhan. Dan satu tahun kemudian mama ikut pergi karena depresi, mama pada saat itu belum bisa ikhlasin kepergian kakakku."

"Aku mencoba ikhlas karena masih ada papa di sampingku, tapi sikap papa mulai berubah setelah dua bulan kepergian mama. Papa lebih sering menghabiskan waktu di luar, hingga pada akhirnya aku mendapat kabar ternyata papa sudah menikah lagi dan ia tidak mau membawaku tinggal bersamanya."

"Setelah mendapat kabar itu, hidupku hancur Gre, bahkan aku sempat bunuh diri tapi Tuhan belum mengizinkan aku untuk mati. Oma datang dan mengajakku tinggal bersamanya, aku mau. Setelah tinggal bersama Oma, hidupku mulai membaik tapi itu tidak bertahan lama. Oma yang umurnya tidak muda lagi harus ikut di panggil Tuhan."

"Setelah kepergian Oma hidupku kembali hancur, aku tidak punya semangat hidup lagi. Kamu ingat kan kejadian beberapa tahun yang lalu, kejadian dimana kita pertama kali bertemu. Kamu Gre, kamu yang menghentikan aku saat aku ingin lompat dari jembatan itu."

"Kamu memelukku memberi ketenangan kepadaku lewat pelukanmu, dan itu berhasil. Aku kembali tidak di izinkan Tuhan untuk mati dan itu lewat kamu. Setelah bertemu dengan mu hidupku perlahan membaik, hingga pada akhirnya aku menyatakan perasaan ku sama kamu dan kamu menerimanya."

"Tapi caraku memperlakukanmu tidak baik sehingga kamu merasa risih dan takut samaku, dan berakhir kamu mengakhiri hubungan kita."

"Dan ini." Shani membuka hoodie miliknya dan juga seragam sekolahnya meninggalkan sport branya. Gracia menatap ngeri ketubuh Shani yang terdapat banyak luka sayatan.

"Setiap luka yang ada di tubuhku ini adalah bentuk hukuman yang aku lakukan sendiri di saat aku tidak bisa menahan emosiku dan berakhir kasar sama kamu."

"Gre, maaf jika selama ini aku belum bisa jadi pasangan yang baik buat kamu. Aku terima jika kamu memang mau mengakhirinya, semoga Chiko lebih baik dari pada aku." Selama Shani berbicara tak ada air mata yang keluar dari matanya hanya ada tatapan kosong.

"Kalau begitu aku keluar ya Gre dan Chik, gue minta maaf udah mukulin lo. Gue titip Gracia ya." Setelah menggatak itu Shani keluar meninggalkan Gracia dan Chiko yang menatap Shani dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Shan." Lirih Gracia menatap sendu punggung Shani yang mulai menghilang.

"Gre kita bisa ke uks nggak, tubuh ku sakit semua."

"Eh,. maaf Chik." Gracia pun membawa Chiko keluar dari toilet itu menuju uks dengan perasaan yang tak karuaan.

Jika Gracia dan Chiko berada di uks, lain hal nya dengan Shani. Saat ini ia sedang berada di atas rooftop sekolahnya, ia berdiri tepat di tepi, ia merentangkan tangannya menghirup udara banyak-banyak.

"Bohong rasanya jika aku ikhlas mengakhiri hubungan kita Gre."

"Lebih baik aku yang ninggalin Gre daripada aku yang ditinggal lagi. Selamat tinggal Gracia." Setelah  mengatakan itu Shani menjatuhkan dirinya dari atas rooftop itu.

Terdengar suara benturan yang cukup keras di beberapa sudut sekolah itu, seketika orang-orang yang berada di kelas berhamburan keluar yang penasaran akan suara benturan itu. Gracia yang berada di uks pun mendengarnya, ntah mengapa jantungnya berdetak lebih cepat tanpa memperdulikan Chiko ia keluar ikut mencari sumber suara itu.

Deg

Gracia mematung melihat tubuh Shani yang tergeletak tak berdaya dan berlumuran darah, dengan langkah yang berat ia mendekati tubub Shani.

"Shani." Lirih Gracia air matanya pun keluar membanjiri pipinya.

Shani yang masih memiliki kesadaran, menatap Gracia dan tersenyum tipis. "Selamat tinggal sayang." Ucap Shani dengan suara yang amat pelan, dan setelah mengatakan itu kesadaraannya menghilang.

"Shani,.. bangun Shan. Bangun sayang jangan tinggalin aku, hikss hikss."

"Aku bohong Shan, aku masih mencitai mu Shan. Bangun sayang, ayo kita mulai dari awal hubungan kita hikss hikss Shan." Tangis pilu seketika menghiasi sekolah itu.

"Kamu yang sabar ya Gre, Shani sudah pergi." Ucap salah satu guru mereka yang memeriksa denyut nadi Shani.

"Nggak Pak, Shani nggak mungkin ninggalin aku hiks bangun sayang." Gracia mencoba memegang tubuh Shani.
.
.
.

Di sini lah Gracia sekarang, di sebuah pemakaman yang masih baru. Tertulis nama Shani Altara di sana.

"Shan, kamu jahat, kenapa kamu ninggalin aku secepat ini, hiks hiks."

Dan pada akhirnya Shani memilih untuk meninggalkan, ia sudah lelah di tinggalkan. Hidupnya yang perlahan membaik karena kehadiran Gracia harus hancur lagi, di saat ia menggetahui fakta jika Gracia telah menduakaannya dan berakhir Gracia mengakhiri hubungan mereka.

End.

Kabur 🏃🏃

Continue Reading

You'll Also Like

74K 1.7K 5
[Slow Update] ‼️⚠️FUTA WARNING⚠️‼️ ‼️⚠️18+ WARNING⚠️‼️ ‼️⚠️(GXG) ⚠️‼️ Ini wp banyak adegan itunya Kalo gasuka skip aja 100000000000% FICTIO...
303K 9.3K 64
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
141K 273 9
Gadis polos yang terjerumus suasana malam club, menceritakan cerita seorang influencer yang terkenal dikalangan remaja berusia 16 tahun. cerita lengk...
44.7K 4.4K 21
18+ Akan ku penuhi seluruh sarafmu dengan kenikmatan hingga kita menegang dan terbakar hangus.. Kita akan terbang, menuju puncak surga terindah didun...