Serayu Senja

By Jeje_aaa

120 15 4

Menumbuhkan rasa dapat dilakukan setelah menikah, begitu katanya. Kalimat yang pernah diyakini oleh Aruna sam... More

[Bab 01; Menginjak Enam Tahun]
[Bab 03; Setelah Sekian Lama]
[Bab 04; Pemandangan Baru]
[Bab 05; Kembali Jatuh Hati]
[Bab 06; Maksud Pertemuan]
[Bab 07; Kabar Rumah Tangga]

[Bab 02; Tujuh Tahun Berlalu]

23 3 1
By Jeje_aaa

Penulis.

Derap langkah terdengar berisik di sepanjang koridor, tubuh kurus Aruna berlari secepat yang ia mampu. Ia menghabiskan seluruh tenaga hanya karena ingin lekas sampai di tempat yang dimaksud dalam telpon tadi. Tidak peduli berapa banyak orang yang tidak sengaja tertabrak, Aruna terus berlari hingga tubuhnya berhenti ketika sampai di depan pintu ruangan yang tertutup.

Di depan pintu, tepat di luar ruangan dan di hadapan Aruna, seorang wanita berusia di atas 50 tahun tengah menangis sejadinya. Berteriak memanggil satu nama yang mana membuat Aruna semakin cemas.

Dengan langkah yang terkesan ragu dan kaki yang terasa seperti dipaku pada ubin, Aruna berjalan mendekat.

Hasbi, ada di sana, menenangkan si wanita yang merupakan Ibundanya.

' Abi kecelakaan '

' Rumah Sakit Bumi Langit, ruang- '

Suara-suara yang ia dengar melalui telpon beberapa menit ke belakang kembali terngiang, bagaimana ia mendapat kabar tidak menyenangkan perihal sosok bernama Abi, yang kini tengah ditangisi.

Aruna sampai di hadapan Hasbi dan Ibunda. Begitupun Hasbi yang memberi tatap dengan kedua mata memerah dan wajah yang tak kalah padam dari Ibunda.

" M-mas Abi, mana? " Aruna tidak langsung mendapat jawaban dari Hasbi. Hasbi membopong tubuh berisi Ibunda untuk duduk pada kursi tunggu, lekas ia menghampiri Aruna yang berdiri dengan gemetar.

" Abi sudah pulang "
" Pulang? "
" Meninggal "

Seluruh tulang dalam tubuh Aruna rasanya seperti remuk seketika, namun ia masih berusaha untuk tetap berdiri dengan sisa tenaga yang ia miliki. Air mata tak berhasil ditahan dan mengalir dengan sendirinya.

Di tempatnya Aruna kehabisan kata untuk sekadar merasa tidak percaya dengan perkataan yang baru saja Hasbi lontarkan. Ia tidak melakukan apapun di tempatnya, bahkan tidak memilih untuk duduk dan menyingkir ketika pintu terbuka dan menampilkan satu ranjang yang tengah ditiduri oleh pria bernama Abi.

Ranjang yang didorong keluar itu terhenti karena Aruna yang memblokir jalan. Ia tetap berdiri di tengah dengan kedua mata jatuh menatap Abi. Wajah lelaki itu menderita banyak luka dan memar, bahkan kain putih yang menutupi tubuhnyapun tidak gagal menutupi rembesan darah yang menembus.

Ketika tangan Hasbi berusaha menuntun Aruna menyingkir, Aruna mengelak dan membanting tangan Hasbi. Ia masih berdiri dalam diam.

" Abi.. " hanya nama tersebut yang berhasil diucapkan oleh suara Aruna.

Hasbi kembali berusaha menuntun Aruna, kali ini lebih kuat sampai tubuh Aruna limbung namun berhasil menyingkir.

" Abi, Abi!! " pecah, tangisnya tak lagi bisa ditahan. Ia terus memanggil Abi dan  berniat untuk menyusul namun Hasbi menahan. Dengan kuat bahkan kewalahan Hasbi menahan tubuh Aruna yang terus berusaha untuk berlari menyusul Abi.

" Abi! "

*tes!

Tetes air mata yang jatuh dari pelupuk mata kiri membuat lamunan Aruna tentang kilas balik tersebut buyar. Raganya kini tengah berdiri di samping satu makam yang selalu terawat dan nampak cukup bersih meski terdapat beberapa rerumputan liar yang mulai tumbuh pada tepi makam.

Abiyasa Respati

Begitu kiranya nama yang terukir pada nisan usang yang mulai lapuk dimakan usia. Akibat sering terbasahi air hujan, kini warna asli kayu dari nisan tersebut sudah berganti, kehitaman dan sedikit kotor.

Terik matahari yang menyorot tepat pada wajah, tidak membuat Aruna mengeluh kepanasan ataupun menyingkir mencari tempat yang lebih teduh, ia kini justru berjongkok guna menabur bunga di sana.

" Hasbi bilang, hari ini ulang tahun pernikahan yang ke enam, itu artinya sudah tujuh tahun sejak kamu pulang mas " di sela ucapan, Aruna menyempatkan diri untuk mencabut rerumputan halus di tepi makam. Menyiram nisan dengan air mineral yang sempat ia bawa dari Cafe tadi.

Iya, Aruna tidak berbohong bahwa hari minggu ini ia perlu berkunjung ke Cafe tempat ia mengelola bisnis, namun ia tidak menghabiskan waktu di sana karena sudah berniat akan pergi ke makam Abi. Aruna lebih memilih menghabiskan waktu di makam Abi dibanding Cafe atau bahkan rumah sendiri, kasarnya.

" Maaf, karena sampai hari ini aku belum mampu untuk jatuh hati kepada Hasbi. Berusaha jatuh hati kepada Hasbi terlalu menguras tenaga, tapi aku tetap berusaha setiap hari kok mas.. "

" Aku akui, menikah dengan Hasbi hanya aku jadikan pelampiasan. Aku terlalu takut menerima fakta bahwa kamu sudah tidak di sini, jadi aku mau menikah dengan Hasbi karena berharap aku tetap bisa melihat diri kamu pada diri Hasbi. Tapi ternyata, hanya fisik kalian yang sama, lain-lainnya tidak. "

Betul, bahwa Abi dan Hasbi merupakan saudara kembar identik yang nyaris tidak memiliki perbedaan sama sekali selain dari karakter. Namun meski demikian, Aruna tetap hanya jatuh hati pada sosok Abi, tidak dengan Hasbi. Entah karena sudah menganggap Hasbi sebagai saudara sendiri sebelumnya atau karena alasan lain yang tidak disadari.

Abi memiliki perangai yang ceria, berbeda dengan Hasbi yang tampil lebih kikuk. Abi merupakan seorang social butterfly, tapi Hasbi, temanpun bisa dihitung jari.

Banyak hal dalam diri Abi yang mampu membuat Aruna jatuh hati setiap detik, namun semua usaha dan totalitas yang Hasbi lakukan untuk meluluhkan hatinya masih tetap tidak membuahkan hasil.

" Setiap kali aku berusaha untuk cinta pada Hasbi, selalu ada penolakan dalam diri aku. Aku heran deh mas, apa perasaan aku sudah ada di genggaman kamu seutuhnya? Sampai-sampai, gak tersisa untuk orang lain. Hahah, licik kamu mas "

Dua mata bernetra hitam tersebut kembali berkabut. Sebelum air mata benar-benar menetes, Aruna menutup wajah dengan kedua tangannya. Seolah merasa malu ketika menangis kini, khawatir ada yang memperhatikannya.

" Oh ya, hari ini aku masih dingin pada anak-anak. Senja dan Sore.. Aku merasa sangat bersalah sebetulnya setiap kali bertindak tegas tanpa tujuan, marah tanpa sebab yang berarti atau membentak tanpa permisi "

" Aku sayang mereka, secara utuh. Tapi aku paham bahwa tempramenku bisa melukai mereka, jadi aku lebih memilih untuk menghindar.. Aku takut dan gak mau mereka luka "

" Tapi akupun beberapa kali menyempatkan diri untuk menuruti keinginan mereka, mas. Mereka bilang mau cium tangan sebelum aku berangkat kerja dan sepulang aku dari kerja, kadang mereka manja dan ingin tidur satu ranjang dengan aku. Mereka lucu, harus ijin cuma untuk cium pipi aku, padahal mereka anak-anakku, dan berhak untuk cium aku kapanpun "

Kehilangan sosok Abi membuat Aruna jatuh dalam kesedihan yang terlampau dalam. Bahkan tujuh tahun masih belum cukup bagi Aruna untuk berhenti menangisi kepergian Abi. Semua terjadi terlalu tiba-tiba dan menyisakan jejak yang begitu parah.

" Di satu sisi, aku senang menikah dengan Hasbi karena dengan melihat Hasbi seolah aku melihat kamu, mas. Aku merasa bahwa kamu masih ada hanya dengan menatap Hasbi. Tapi di sisi lain, aku merasa sangat berdosa karena hanya menjadikan Hasbi sebagai pelarian dari hilangnya kamu mas.. Aku jahat, menganggap bahwa Hasbi adalah Abi.. "

" Aku belum punya hadiah untuk Hasbi, aku belum tau banyak tentang dia.. Tahun lalu, aku beri dia jam tangan, jadi gak mungkin aku beri dia hadiah yang sama tahun ini "

Hening kemudian. Aruna hanya menikmati hembusan angin yang membuat terik matahari tidak terlalu menyengat pada kulit.

Entah berapa menit sudah Aruna habiskan berdiam dan bercerita pada nisan yang tidak memberikan respon apapun, Aruna bangkit dan berjalan menjauh dari makam.

Sebelum ia mengendarai motor pribadinya, Aruna menyempatkan diri membuka ponsel guna memberi pesan pada Hasbi.

Keduanya tidak secanggung itu untuk sekadar berbagi pesan, meski hanya seperlunya saja dan tidak ada basa-basi atau apapun.

Selanjutnya Aruna mematikan ponsel dan lekas menuju tempat di mana ia bisa mendapatkan es krim yang dimaksud oleh Hasbi, sekaligus mencari hadiah lain yang lebih berharga dari sebuah es krim berperisa coklat mint.

Aruna tidak pelit, ia memberi beberapa banyak untuk suami dan anak-anak juga dirinya. Berharap tidak akan mencair sebelum sampai di rumah.

20 : 30

Tubuh tinggi Hasbi nampak tengah menutup pintu kamar anak-anak dengan perlahan dan penuh hati-hati. Setelah menyempatkan untuk makan malam bersama, Hasbi selalu memastikan anak-anak sudah tidur di bawah pukul sembilan malam.

Dua kaki jenjangnya berjalan menuju kamar pribadi, membuka pintu perlahan dan sukses mendapati Aruna yang tengah terduduk di atas ranjang dengan satu kotak di genggamannya.

Alih-alih memilih duduk bersama dengan Aruna, Hasbi menarik kursi kerjanya untuk ia duduki di samping ranjang yang lebih dekat dengan Aruna.

Dari samping ranjang, Hasbi meraih paperbag sebelumnya dan ia sodorkan kepada Aruna.

" Saya harap kamu suka " ucap Hasbi begitu paperbag sampai di tangan Aruna.

Arunapun melakukan hal yang sama, menyodorkan kotak hitam dengan pita keemasan yang melilit si kotak. Ragu, namun Hasbi tetap menerima dan berucap terimakasih.

" Kenapa kamu masih mau bertahan jadi suami saya, Bi? "

Seperti biasa, Aruna memilih untuk tidak menatap Hasbi, meski ia sempat melirik dan mendapati Hasbi yang memberi tatap fokus padanya.

" Saya nyaris tidak pernah melakukan tugas istri dengan sempurna, termasuk tugas sebagai Ibu. Yang seharusnya saya sapih anak-anak, malah saya kasih susu formula, yang seharusnya saya yang masak untuk kalian, justru kamu yang lakukan untuk kami.. Saya gak bohong ketika saya bilang hari ini perlu ke Cafe, tapi gak sepanjang hari di sana, hari ini saya juga ke makam Abi untuk berkunjung "

Aruna tidak sekuat itu untuk menahan tangis di hadapan Hasbi. Meski ia memilih mengalihkan pandangan lebih jauh dari Hasbi supaya Hasbi tidak melihat kondisi wajahnya ketika menangis kini.

" Saya cinta kamu, Aruna. Dan waktu enam tahun sudah lebih dari cukup untuk menumbuhkan rasa sayang dalam diri saya, untuk kamu juga untuk anak-anak. Saya lakukan semuanya, supaya kamu tetap ada dalam hidup saya.. Maaf karena saya egois, memaksa kamu untuk tetap bersama saya hanya demi kepuasan diri saya sendiri.. "

Perayaan ulang tahun pernikahan yang sepatutnya berjalan dengan romantis dan penuh kasih, justru berbanding terbalik dengan rumah tangga Hasbi dan Aruna, selalu saja dibanjiri tangis dan pertanyaan-pertanyaan serupa, yang entah kenapa selalu Aruna tanyakan setiap tahunnya, dan Hasbipun seolah tidak pernah lelah menjawab dan menjelaskan.

" Aruna, kalau memang kamu sudah tidak ingin bersama saya, kamu boleh bilang. Mungkin memang saya gagal membuat kamu jatuh hati selama ini, hati yang kamu miliki hanya untuk Abi, yang kamu inginkan adalah Abi. Saya paham, kamu mau menikah dengan saya hanya karena kamu bisa melihat fisik Abi dalam fisik saya, ya kan? Kamu merasa seperti melihat Abi.. Saya paham Aruna, sangat paham "
" Iya, semua yang kamu ucapkan betul, saya ini jahat Bi, menjadikan kamu pelarian. Maaf karena saya buat kamu luka "
" Saya yang menciptakan luka itu sendiri, saya yang tetap memaksa untuk jatuh hati kepada kamu semakin dalam, saya yang salah "

Keduanya sibuk dengan tangis dan saling menyalahkan diri masing-masing. Hasbi menyeka air mata dengan kasar karena merasa malu. Ia lekas berdiri, menarik tubuh Aruna untuk ditinggali kecupan di pucuk kepalanya.

" Saya tidur di kamar anak-anak malam ini, supaya kamu istirahat lebih nyaman. Jangan terlalu lama menangis, nanti kepala kamu sakit.. Tolong panggil saya kalau kamu butuh bantuan "

Harapan untuk dibutuhkan tetap ada, Hasbi berharap Aruna akan meminta bantuannya dalam hal sekecil apapun, seperti membuka tutup botol yang masih tersegel atau meraih benda di atas lemari yang terlalu tinggi untuk ukuran tubuh Aruna. Termasuk berharap bahwa Aruna akan meminta Hasbi tidur di sampingnya saja, namun hal tersebut rupayanya tidak terjadi, Aruna terlalu sibuk menangis.

Pintu kamar tertutup dengan sopan, membuat Aruna semakin merasa sedih. Ia memeluk kedua lutut dan menyembunyikan kepala di antara lengan dan kakinya. Ia tersedu, merasa sangat sakit dalam dadanya.

" ...kalau memang kamu sudah tidak ingin bersama saya, kamu boleh bilang. " kalimat tersebut ternyata mampu menyakiti hati Aruna dengan telak. Seharusnya Aruna merasa senang karena ia tidak harus lagi berusaha untuk jatuh hati pada sosok Hasbi, tapi Aruna terluka mendengar Hasbi berkata demikian.

Rasanya seperti, Hasbi sudah menyerah, namun ia menunggu Aruna yang memutuskan.

🦅

Good morning all👋🏻

Lagi suka lagu apa akhir-akhir ini?

Aku lagi suka lagu Give me your forever by Zack Tabudlo dan Universe by Thuy. Aku juga suka lagu Jiwa yang bersedih by Ghea Indrawari💕.

Tapi masih tetep dia sih yang aku suka setiap hari, hewhew.

J.

Continue Reading

You'll Also Like

77.2K 14.3K 27
Lisa terus mendapatkan pesan-pesan penipuan dari nomor yang berbeda-beda ke ponselnya, dari yang tidak merasa terganggu, lama kelamaan Lisa menjadi m...
81.3K 12K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
219K 20.3K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
67.4K 192 5
FEM HYUCK! KARYAKARSA ONLY! JOROK BANGET! MINOR DNI! MARKHYUCK AREA "Kisah aca dan selingkuhannya, sopir angkot langganan aca ke pasar, abang malik"