GRESHAN

By ShnIndr12

785K 22.9K 1.9K

WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJ... More

HUKUMAN
Kantor I
Dimobil
Dapur
Ruang Osis
Morning Sex
Shani
Sister?
Sister? II
Threesome?
Polos?
Bar
Gracia
Sepupu
Sekretaris?
Mine
HUKUMAN II
Hanya Kamu
Kembali
Akhirnya
Step Sister
Step Sister II
Milikku
Backstreet I
Kantor II
Kantor III
Murid Baru
Backstreet II
Polos? II
Private Doctor
Gracia II
Murid Baru II
Gracia III
Keponakan Nakal
Keponakan Nakal II
Keponakan Nakal III
Aku Yang Salah
Nanya doang sih
Nanya sekali lagi
Calon Kakak Ipar
Info
Birthday Party
Malam tak terduga
Psychopath In Love
Psychopath In Love II
Psychopath In Love III
Di sebelah nggak ngerespon🗿
Info
Perjodohan
Perjodohan II
Perjodohan III
Pemberitahuan
Christmas
Guru Olahraga
Crazy!!
⚠️⚠️
Sugar Mommy
Sugar Mommy II
Step Mother
Info
Step Mother -2

Gracia IV

9.7K 392 31
By ShnIndr12

Happy Reading
Banyak Typo

Sudah sebulan semenjak kepergian Gracia hidup Shani benar-benar berubah. Sang papa yang menarik semua aset-asetnya dan sang mama yang sampai saat ini masih kecewa terhadap dirinya. Dan Naomi yang kekeh tak mau memberi tahu dimana keberadaan Gracia.

Sebulan sudah Shani mencari keberadaan Gracia namun ia tak berhasil menemukannya, tubuh yang dulunya terawat kini terlihat berantakan tak terurus. Kepergian Gracia membawa penyesalan terhadap dirinya.

Tak cukup sampai di situ, ia terpaksa keluar dari sekolah nya dan memutuskan untuk bekerja dikarenakan ia tak mampu membayar uang sekolahnya lagi. Hampir setiap malam Shani menangisi kepergian Gracia dan menyesali segala perbuatannya.

Bukti mengenai foto itu sudah ia temukan dan sudah ia serahkan kepada orang tua nya dan juga Naomi, meskipun begitu mereka tetap tidak mau membantu atau mengasih tau dimana keberadaan Gracia. Surat perceraian mereka juga sudah berada di tangan nya, namun ia tak mau menandatanganinya.

Seperti malam ini Shani kembali menangis di kamar Gracia. Ya, sebulan ini Shani tidur di kamar Gracia.

"Kamu di mana Gre, apa aku nggak ada harapan lagi untuk bertemu dan meminta maaf sama kamu. Sungguh, aku menyesal Gre, tolong kembali Gre. Setidaknya jika memang kamu nggak mau memaafkan dan kembali bersama ku, ijinkan aku bertemu sekali saja Gre."
.
.
.

Sementara itu di apartemen, tempat dimana Gracia tinggal. Saat ini dirinya tengah melakukan panggilan video bersama sahabatnya Anin.

"Lo nggak ada niatan balik Gre, gue kangen banget sama lo." Ucap Anin.

"Untuk sekarang gue belum bisa balik Nin, hati gue masih sakit." Balas Gracia dengan sendu.

"Gitu ya Gre. Semoga hati lo cepat membaik ya Gre." Ucap Anin. Anin sudah mengetahui permasalahan yang sedang di alami Gracia, Gracia sendiri yang cerita di tambah Shani yang selalu menanyakan keberadaan Gracia kepadanya.

"Iya Nin."

"Oh iya Gre, gue mau ngasih tau sesuatu sama lo dan lo pasti terkejut denger ini nanti."

"Ngasih tau apa Nin." Tanya Gracia penasaran.

"Asal lo tau Chika juga hamil dan dia nggak sekolah lagi, sama seperti lo dan Shani." Ucap Anin. Benar yang ia katakan tadi bahwa Gracia akan terkejut atas perkataannya.

"Tapi, Chika bukan hamil anak Shani dia hamil sama Aran yang sekelas sama gue. Ternyata mereka juga udah nikah Gre." Jelas Anin, yang mampu membuat Gracia merasa lega, ia pikir anak Chika itu anak Shani.

"Gre! Lo nggak mau nemuin Shani? Atau ngasih tau keberadaan lo." Tanya Anin namun Gracia hanya diam tak menjawab.

"Gre, Shani emang salah dan ia juga sudah menyesal. Tapi Gre, gue kasihan sama dia. Hidupnya nggak keurus lagi Gre semenjak lo pergi, dia seperti mayat hidup sekarang Gre."

"Orang tuanya juga nggak ada yang peduli sama dia, bahkan papanya narik semua aset-asetnya dan sekarang dia kerja di sebuah cafe yang gaji yang tak seberapa Gre."

"Gue tau karena dia kerja di cafe temen gue Gre. Tiap dia datang nanya keberadaan lo sama gue, dia selalu nangis dan mohon-mohon Gre."

"Izinin gue ya Gre, buat ngasih tau keberadaan lo ini. Gue nggak tega Gre ngelihat dia."

"Jangan Nin, gue belum siap ketemu sama dia. Gue masih kecewa Nin, udah dulu ya Nin gue mau istirahat." Tanpa mendengar balasan dari Anin, Gracia langsung mematikan panggilannya.

"Aku nggak yakin Shan, perubahan kamu saat ini karena aku. Perubahan kamu bukan karena aku Shan tapi karena Chika yang sudah ninggalin kamu." Monolog Gracia yang tak percaya dengan apa yang di katakan Anin tadi.
.
.
.

Pagi ini Shani pergi ke cafe tempat ia bekerja dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Wajahnya yang pucat dan matanya yang bengkak karena terlalu lama menangis.

"Shan muka lo pucat banget, lo istirahat aja deh." Salah satu teman kerjanya menyadari keadaan Shani.

"Nggak usah Nan gue nggak pa-pa." Ucap Shani yang sedang merapikan meja-meja di dalam cafe.

"Iya udah deh, tapi kalau lo nggak kuat lagi. Lo bisa istirahat biar gue aja yang ngerjain bagian lo." Ucap Jinan rekan kerja Shani.

"Iya Nan, terimakasih." Balas Shani yang di balas Jinan dengan anggukan.

Sepulang kerja, Shani mampir terlebih dulu di rumah Naomi. Sampai saat ini ia masih berusaha bertanya dimana keberadaan Gracia.

"Kamu mau ngapain lagi sih Shan, kan mamah sudah bilang Gracia nggak ngebolehin mamah untuk ngasih tau kamu." Ucap Naomi, sebenarnya ia kasihan dengan keadaan Shani. Ia tidak menyangka jika kepergian Gracia membuat Shani seperti ini, awalnya ia tak percaya akan kata-kata Shani yang mengatakan kalau dia menyesal. Tapi setelah melihat perjuangan Shani membuat Naomi percaya, sebenarnya ia belum menceritakan keadaan Shani kepada Gracia.

"Mah, tolong ma, kasih tau Shani dimana keberadaan Gracia mah. Shani tau, Shani salah, jahat, nggak punya hati dan bodoh. Tapi apa salah, jika Shani ingin tau keberadaan Gracia mah yang sampai saat ini masih sah jadi istrinya Shani mah." Ucap Shani dengan suara yang bergetar.

"Aku cuman mau ketemu sama Gracia mah, terserah dia mau maafin atau enggak mah." Lanjutnya.

"Maaf Shan tapi ini sudah keputusan Gracia. Sebaiknya kamu pulang, kamu pucat banget Shan." Ucap Naomi menyuruh Shani untuk pulang.

"Iya mah, Shani pulang tapi Shani akan datang lagi kesini besok." Dengan sedikit sempoyongan Shani pergi dari rumah Naomi, Naomi menatap iba ke arah Shani. Sebenarnya ia ingin memberitahu keberadaan Gracia namun sang anak sampai saat ini masih kekeh tidak mau Shani mengetahui keberadaannya.
.
.
.

Baru saja Shani membuka pintu rumah nya, ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Sedari tadi ia sudah menahan sakit di kepala dan seluruh tubuhnya.

Bertepatan dengan itu pula perasaan Gracia gelisah, ia tidak tau mengapa.

"Kok aku khawatir sama Shani ya." Batin Gracia yang teringat dengan perkataan Anin tadi, yang memberitahukan jika Shani tak baik-baik saja.

"Apa aku tanya mama aja ya? Aku tanya mama aja deh." Gracia menelpon Naomi untuk menanyakan tentang Shani.

"Halo ma." Ucap Gracia setelah panggilannya terhubung.

"Iya Gre, kenapa? Kok kamu kek khawatir gitu."  Balas Naomi yang menyadari kekhawatiran Gracia.

"Ma Shani masih nanyain keberadaan aku?" Tanya Gracia.

"Masih sayang, kenapa kamu nanya itu apa kamu udah mau ngasih tau dimana keberadaan kamu."

"Bukan ma, aku hanya ingin tanya keadaan Shani ma. Dia baik-baik aja kan ma."

"Kamu khawatir?" Gracia diam tak menjawab perkataan Naomi, ia bingung mau menjawab apa di karenakan ia malu.

"Shani nggak baik-baik aja Gre. Hidup nya berantakan Gre semenjak kamu pergi."

"Nggak mungkin ma, itu bukan karena aku itu gara-gara Chika ma."

"Kamu mau dengar sesuatu nggak nak."

Tanpa mendengar jawaban dari Gracia, Naomi langsung melanjutkan kata-katanya. Naomi menceritakan kejadian semenjak kepergian Gracia, Naomi juga menceritakan tentang kebenaran foto yang dilihat Gracia malam itu.

"Jadi mama minta kamu pikirin lagi keputusan kamu ya Gre, mama yakin Shani benar-benar berubah itu gara-gara kamu bukan gara-gara Chika." Ucap Naomi setelah ia selesai menceritakan apa yang terjadi.

"Tadi juga dia datang dengan keadaan yang memprihatinkan Gre, wajah nya pucat banget dan jalannya juga sempoyongan Gre."

"Iya ma, akan aku pikirin lagi."

"Kalau begitu udah dulu ya, mama ada tamu." Ucap Naomi yang mendengar suara bel berbunyi.

"Iya ma." Balas Gracia, Naomi memutuskan sambungan telepon mereka dan melihat siapa yang datang ke rumah nya.

"Lo Ve? Kamu mau ngapain?" Tanya Naomi kepada Veranda yang datang ke rumah nya.

"Mi, apa Gracia belum juga mau ngasih tau keberadaannya." Ucap Veranda.

"Shani masuk rumah sakit Mi dan dia terus manggil-manggil nama Gracia Mi. Jika memang Gracia nggak mau pulang biar kami yang nyamperin dia kesana Mi. Aku nggak tega Mi ngelihat keadaan Shani Mi." Veranda menahan air matanya yang ingin keluar.

Veranda yang pada saat itu memutuskan untuk pergi ke rumah anaknya di kejutkan dengan keadaan Shani yang tergeletak di pintu. Dengan terburu-buru Veranda segera membawa Shani ke rumah sakit, dokter mengatakan jika Shani terkena tipes dan kekurangan asupan makanan dan air. Sehingga membuat tubuh Shani lemah.

"Trus keadaan Shani sekarang gimana Ve." Tanya Naomi yang ikut khawatir.

"Seperti yang ku bilang tadi Mi, Shani terus manggil nama Gracia dalam keadaan tidak sadarkan diri." Jawab Veranda.

"Astaga, kamu yang sabar ya aku bakal bujuk Gracia agar dia mau pulang." Ucap Naomi.

"Makasih ya Mi, kalau begitu aku pulang ya. Aku mau ke rumah sakit buat nemenin Shani." Ucap Veranda.
.
.
.

"Ma." Panggil Shani dengan pelan ia sudah sadar.

"Kamu sudah sadar sayang, maafin mama sayang, mama nggak ada di saat kamu kesulitan." Ucap Veranda, Shani menggeleng lemah.

"Mama nggak salah, jadi mama jangan minta maaf." Bantah Shani dengan suara pelan.

"Kamu mau apa biar mama ambilin sayang."

"Shani nggak mau apa-apa ma, Shani mau tidur lagi ya ma. Badan Shani sakit semua ma."

Veranda menatap Shani dengan tatapan sendu miliknya, ia tidak tega melihat keadaan Shani. Seharusnya ia tidak mengabaikan sang anak, bagaimana pun kesalahan Shani seharusnya ia tak melakukan itu.

"Mama janji Shan, mama akan paksa Gracia buat ketemu atau kasih tau kebenaran dia Shan." Ucap Veranda pelan sembari mengelus kening Shani yang sampai saat ini masih terasa panas.

Pagi harinya Shani bangun dan tak melihat keberadaan sang mama di ruangan rawatnya. Namun tak lama kemudian sang mama masuk dengan keadaan yang sudah berganti pakaian di ikuti Kinal di belakang nya.

"Kamu udah bangun sayang, maaf mama tadi ninggalin kamu. Mama tadi pulang dulu sekalian ngambil baju ganti mama." Ucap Veranda mendekat Shani.

"Iya ma, nggak pa-pa." Balas Shani ia melihat kearah Kinal yang ikut melihat dirinya.

"Papa masih marah sama Shani ya." Shani menatap Kinal dengan tatapan sendu.

"Nggak papa nggak marah kamu, maafin papa ya udah mukulin kamu dan maafin papa gara-gara kesalahan papa dimasa lalu kamu jadi mengalami ini." Ucap Kinal yang memegang tangan Shani yang tengah di infus.

"Ini bukan salah papa, ini salah Shani pa."

"Pa Shani bisa minta tolong?"

"Apa Shan, bilang sama papa tapi kalau soal Gracia papa nggak bisa Shan." Ucap Kinal, Shani tersenyum.

"Bukan itu pa, Shani cuman mau minta tolong papa buat ambilin surat perceraian aku sama Gracia di rumahku pa dan kalau papa nggak keberatan aku mau minta tolong lagi buat papa anterin surat itu nanti sama mamah Naomi.". Ucap Shani yang sudah mulai menerima keputusan Gracia yang ingin bercerai dengan, ia ingin melepas Gracia dan mengikhlaskan Gracia mencari kebahagiaannya bersama orang lain.

"Papa mau kok Shan, ya udah kalau begitu papa pergi ya." Ucap Kinal yang do angguki oleh Shani.

"Papa hati-hati ya." Ucap Shani.

"Iya nak."

Sepeninggalan Kinal, Veranda menatap kearah Shani yang melamun.

"Kamu yakin Shan." Tanya Veranda yang ragu akan keputusan Shani.

"Iya ma Shani yakin, Shani nggak mau nahan Gracia lama-lama. Gracia juga pasti ingin mencari kebahagiaannya bersama orang lain kan ma."

"Kalau itu sudah jadi keputusan kamu, mama dukung sayang."

"Ma kalau nanti Shani resmi cerai dengan Gracia, Shani ijin pergi ke Jepang ya ma." Ucap Shani yang membuat Veranda terkejut.

"Hah!! Kenapa tiba-tiba Shan, kamu mau ninggalin mama." Ucap Veranda sedih.

"Nggak ma, aku pengen lanjutin sekolah aku di sana dan aku akan pulang jika study ku sudah selesai ma." Balas Shani tersenyum.

"Apa pun itu, mama dukung sayang. Tapi kamu janji pulang ya."

"Iya ma Shani janji."

.
.
.

Lebih dari satu jam akhirnya Kinal kembali ke rumah sakit membawa permintaan Shani tadi, namun ia tak sendiri ada Gracia dan Naomi di belakang nya.

Ya, setelah Veranda pulang Naomi segera menghubungi Gracia dan menceritakan keadaan Shani. Hal itu tentu membuat Gracia panik dan khawatir, ia langsung memutuskan untuk pulang malam itu juga. Untuk saja janin yang ada di perutnya kuat.

Kinal lebih dulu masuk sementara Gracia dan Naomi menunggu di balik pintu sembari mendengarkan perbincangan dari dalam kamar Shani.

"Ini Shan suratnya, kamu yakin dengan keputusan kamu." Tanya Kinal memastikan.

"Iya pa Shani yakin. Biar Gracia bisa lepas dari aku dan ia bisa cari kebahagiaan yang tidak ia dapat dari aku pa." Jawab Shani yakin.

"Tapi jika Gracia ada disini dan menyuruh kamu agar tidak menandatangani surat itu." Ucap Kinal yang masih mencoba meyakinkan Shani.

"Gracia nggak mungkin ada disini pa, dia marah dan benci sama Shani pa. Mana mungkin ia bisa tiba-tiba ada disini." Elak Shani yang bersiap-siap untuk menandatangani surat perceraian mereka, namun belum sempat ujung pulpen itu menyentuh kertas suara Gracia menghentikan niatnya.

"Aku ada disini Shan." Ucap Gracia yang mampu membuat Shani dan Veranda terkejut.

"Ini beneran kamu Gre." Shani tak percaya akan keberadaan Gracia saat ini.

"Awh." Shani merintih saat ia mencoba bangun dari tidur nya, ia memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Eh kamu jangan banyak gerak dulu Shan, kamu masih sakit. Iya ini aku Gracia." Ucap Gracia yang sudah berada di samping brangkar Shani. Kinal dan Veranda keluar meninggalkan Shani dan Gracia di dalam, membiarkan mereka menyelesaikan masalah mereka. Gracia membantu Shani duduk.

"Kamu apa kabar Gre, kamu baik-baik aja kan." Tanya Shani.

"Iya aku baik." Balas Gracia tersenyum ke arah Shani.

"Oh iya, maaf aku belum menandatangani surat perceraian kita. Pasti kamu datang kesini buat minta itu kan tapi kamu tenang aja ini aku mau menandatanganinya kok." Ucap Shani yang berusaha menahan air matanya agar tidak keluar, ia masih tidak menyangka jika Gracia ada di dekatnya sekarang.

"Kamu yakin?" Gracia menahan tangan Shani yang ingin menandatangani surat perceraian mereka.

"Tadinya aku yakin tapi setelah lihat keberadaan kamu keyakinan ku itu berkurang, namun setelah aku ingat lagi kesalahan aku yang sudah keterlaluan sama kamu aku jadi yakin lagi buat melepas kamu. Kamu berhak mendapatkan kebahagiaan yang tidak bisa kuberikan sama kamu." Ucap Shani menatap Gracia dalam.

"Kamu belum minta maaf Lo Shan sama aku, masa kamu mau menandatangani surat itu begitu saja." Balas Gracia.

Shani meletakkan surat perceraian mereka di atas kaki nya lalu memegang satu tangan Gracia, ia menatap dalam mata Gracia.

"Aku tau aku salah, bodoh, egois, tidak tau diri dan jahat sama kamu, dan mendapatkan kata maaf dari kamu itu tidak pantas ku dapatkan. Tapi meskipun begitu, aku Shani Indira meminta maaf kepada kamu Shania Gracia. Terserah kamu mau percaya atau tidak dengan perkataan ku kali ini yang jelas aku nyaman dan suka sama kamu."

"Aku sudah lama nyaman dan suka sama kamu Gre, tapi karena keegoisan dan ke gengisan ku membuat kamu menjauh dari aku." Ucap Shani.

"Gre maafin aku ya." Ucap Shani dengan tulus.

"Aku sudah maafin kamu kok Shan." Ucap Gracia tersenyum lembut.

"Makasih Gre, makasih." Ucap Shani tanpa sadar ia mencium tangan Gracia, mendapatkan perlakuan seperti itu memang Gracia tersenyum bahagia.

"Iya sama-sama Shan, jadi kamu yakin mau lanjutin tanda tangan surat itu." Tanya Gracia lagi, membuat Shani mengalihkan pandangannya ke arah surat yang ada di kakinya. Ia mengambil surat itu dan merobek nya.

"Nggak aku nggak mau, aku mau nya kamu."

"Kamu mau kan mulai dari awal bersama aku. Kamu mau kan tetap menjadi istri Shani Indira." Ucap Shani menatap Gracia penuh harap, Gracia mengangguk. Ia sudah melupakan semua perbuatan Shani kepada-nya.

"Iya aku mau Shan."

"Infusnya bisa di lepas nggak sih Gre."

"Jangan ngadi-ngadi ya Shan, lagian kamu mau ngapain."

"Aku mau peluk kamu Gre, aku kangen sama kamu."

"Iya udah, biar aku aja yang peluk kamu." Gracia memeluk tubuh Shani dibalas Shani dengan satu tangan.

"Makasih Gre, makasih kamu masih mau bersamaku dan memaafkan ku. Terus disamping ku ya Gre, kalau aku ada salah tolong tegur dan kasih tau aku ya Gre." Ucap Shani di pelukan Gracia.

"Iya Shan." Balas Gracia.

Orang tua mereka yang mendengar semua perkataan keduanya tersenyum bahagia. Akhirnya kedua anak mereka kembali bersatu dan kali ini mereka bersatu dengan keadaan yang lebih baik.

End.

Dah sampai situ ajah kalau mau dilanjut lagi mending buat new story aja yang bukan oneshoot atau two shoot.

Sebenarnya di sini hujan tapi saya buat happy end, tapi nggak pa-pa deh lain kali sad end.

Masih mencari Gc khusus Greshan.

Continue Reading

You'll Also Like

19.1K 1.5K 34
tentang hyunsuk yang menyukai jihoon secara ugal - ugalan "jihoon mau jadi pacarku gak?" - hyunsuk "ogah" - jihoon disclaimer!! fiction boyslover co...
354K 19.1K 20
[VOTE AND COMMENT] [Jangan salah lapak‼️] "Novel sampah,gua gak respect bakal sesampah itu ni novel." "Kalau gua jadi si antagonis udah gua tinggalin...
49.5K 1.1K 8
Beby punya Shania. Shania punya Beby. Intinya gitu dah! 18++ Dibawah umur tidur dulu sama emak, besok kalo uda 18 tahun boleh baca ini. Oksip.
Terlambat By nis

Short Story

243K 10.2K 9
"Sekarang gue sadar, lo gak pernah mau gue ada di hidup lo." -Dea "Sekarang gue sadar, lo yang selalu ada di hidup gue." -Dylan Copyright © 2016 by...