Dont Watch Me Cry

By writterbae

471 98 43

"Miss Bae.." "Hmmm" "Apa orang tua miss menginginkan miss?" "Maksudmu?" "Aku tidak berharap di lahirkan miss... More

Prolog
DWMC - 1
DWMC - 2
DWMC - 3
DWMC - 4
DWMC - 5
DWMC - 6
DWMC - 8

DWMC - 7

31 5 5
By writterbae

Suzy baru saja keluar dari supermarket dengan menenteng 2 kantung belanjaan ketika rintik hujan mulai berjatuhan. Kaki jenjang nya berjalan sedikit tergesa untuk cepat mencapai mobil agar tidak terkena hujan.

Ia menghela nafas begitu menutup pintu mobil nya. Cuaca akhir-akhir ini sedikit tidak menentu, dan Suzy harus siap menghadapi hal hal seperti ini lagi. Suzy mengemudikan mobilnya membelah jalanan yang cukup lenggang, hujan semakin deras saat ia berhenti di lampu merah.

Kaca mobil nya cukup berembun, tapi tentu ia masih bisa melihat dengan jelas siapa pria muda yang menjadi bulan-bulanan beberapa pria bertubuh besar di persimpangan jalan.

Itu Deven.

Mata nya tidak salah lihat, ia melihat anak didiknya sedang di keroyok oleh setidak nya 4 orang pria bertubuh besar di bawah deras nya hujan. Panik, Suzy langsung membuka pintu mobilnya dan berlari tanpa memikirkan apapun.

"DEVEN!" Teriakan melengking nya cukup untuk membuat keempat pria yang sedang memukuli Deven menoleh bersamaan. Beberapa orang yang tadi nya hanya melihat aksi keji dari pinggir-pinggir toko itupun perlahan ikut menghampiri dan membantu Deven terbebas dari 4 pria berbadan besar itu, hingga keempat pria berbadan besar itu memutuskan untuk pergi begitu saja.

Suzy berlari menerobos hujan, tak memperdulikan jika pakaian nya basah. Ia menghampiri Deven yang sudah terlihat sangat lemas.

"Tolong, tolong bantu aku membawa nya" ucap Suzy pada beberapa orang yang mengerubungi Deven. Deven dipapah oleh 2 orang ke arah mobil Suzy. Suzy tanpa lupa memberikan ucapan terimakasih kepada orang yang membantunya, lalu ia bergegas mengendarai mobil ke kediaman nya.

Dengan bantuan petugas keamanan di lantai dasar, Suzy akhirnya bisa membawa Deven sampai di unit apartemen nya dengan selamat.

Badan Deven menggigil, ia sudah tak sadarkan diri sejak berada di dalam mobil. Karena tidak mungkin membiarkan Deven tertidur dengan baju basah akhirnya tidak ada cara lain, Suzy memberanikan diri membuka pakaian Deven yang basah kuyup lalu menyelimuti Deven dengan selimutnya yang paling tebal.

Sesudah nya, Suzy membersihkan diri, ia mengganti pakaian basahnya dengan pakaian yang lebih nyaman. Ia harus membeli beberapa pakaian untuk Deven, karena ia tidak mungkin membiarkan Deven bertelanjang seperti itu. Akhirnya Suzy kembali keluar dan meninggalkan Deven sendirian di apartemen nya.

Setelah 30 menit Suzy kembali dengan beberapa kaus dan 2 stel piama dan beberapa perlengkapan lainnya untuk Deven, ia memilih acak bahkan tidak memikirkan apa itu pas untuk Deven atau tidak. Yang dia fikirkan hanyalah bagaimana ia harus cepat kembali ke apartemen nya.

Ketika sampai dia apartemen, Deven masih tertidur lalu Suzy dengan hati hati memakaikan piama pada Deven tanpa memakaikan pakaian dalam nya. Terserahlan, yang penting Deven tidak lagi telanjang. Jangan tanyakan hal memalukan apapun pada Suzy sekarang, karena ia sudah membuang rasa malu nya sejak membuka seluruh pakaian Deven tadi. Entah lah bagaimana ia akan menjelaskan nya pada Deven ketika ia bangun, Suzy akan fikirkan itu nanti.

Tangan Suzy terulur keatas permukaan kening Deven. Panas yang menyengat langsung merambat ke kulit telapak tangan nya. Deven demam. Akhirnya Suzy memilih untuk kembali menyelimuti Deven lalu beranjak ke dapur untuk membuat makanan. Deven harus minum obat agar demam nya turun.

Setelah berkutat cukup lama di dapur, Suzy kembali ke kamar, dilihat nya Deven yang masih tertidur. Wajahnya begitu pucat dengan robek di bibir dan memar di dekat mata. Baru luka itu yang terlihat jelas sekarang, entahlah Suzy harus segera memeriksakan Deven setelah ia bangun.

Cukup miris melihat Deven yang seperti ini, bahkan hasil pemeriksaan 2 hari lalu pun belum keluar, tapi kini Deven sudah harus menerima luka baru di tubuhnya. Jujur Suzy merasa kasihan sekali melihat Deven. Pemuda itu sangat konyol dan ceria jika di kampus, tapi entah apa yang di alaminya selama berada di luar kampus.

Tanpa sadar Suzy sudah mendekat dan duduk di pinggir ranjang, tangan nya terulur mengusap pelipis Deven yang hangat. Deven memberi respon kernyitan di dahi nya, mungkin terganggu karena Suzy menyentuh area memar di wajah nya.

"Deven, bagunlah"

Deven merintih kecil sebagai jawaban, ia masih setengah sadar ketika Suzy membantu nya bangun dan bersandar di kepala ranjang dengan menumpuk 3 bantal sekaligus untuk menopang Deven.

"Kamu harus makan dan minum obat agar demam mu turun" ujar Suzy dengan lembut. Deven tak menyahut, hanya mengeryit sambil tetap memejamkan mata nya.

Suzy dengan perlahan menyuapkan sesendok bubur ke arah bibir Deven, Deven merespon dengan membuka sedikit bibirnya.

"Ayo tidak apa apa, makan nya pelan pelan" ujar Suzy dengan sabar. Sampai sendok ke 7, Deven menggeleng tanda ia tidak mau lagi makan. Suzy tidak memaksa, lalu ia mengambil obat penurun panas berbentuk syrup

"Ayo ini minum obat mu, setelah itu kamu boleh tidur lagi" ujar Suzy. Deven menurut dan meminum obat dari sendok nya. Setelah itu Suzy kembali membantu Deven untuk tidur dan merapihkan selimut nya.


🌼🌼🌼


Pagi dengan cepat menyapa, Suzy tertidur di atas sofa dengan laptop di pangkuan nya yang sudah mati. Ia sedang memeriksa beberapa tugas mahasiswa nya semalam, tapi sepertinya ia kebablasan dan tertidur di sofa. Badan nya cukup pegal karena tidur dengan posisi tidak nyaman, tapi ia tetap memaksakan tubuhnya untuk bangun dan bersiap ke kampus.

Ketika membuka pintu kamar ia melihat Deven yang masih tertidur dengan nyenyak. Semalaman Deven tidak terbangun sama sekali, setelah minum obat ia tertidur lagi dan tak bangun sampai sekarang dan itu agak membuat Suzy cemas.

"Deven" panggil Suzy lembut. Suzy kembali memeriksa suhu tubuh Deven dengan punggung tangan nya. Demam nya sudah tidak setinggi semalam, tapi tetap masih panas.

"Deven kamu harus bangun dan sarapan" ujar Suzy lagi. Deven menggerakkan kepala nya lalu membuka matanya perlahan. Mata nya menyipit karena tidak siap dengan cahaya yang tiba-tiba masuk ke kornea mata nya.

"Saya akan buatkan sarapan sebentar lagi" ujar Suzy saat pandangan nya bertemu dengan Deven.

Suzy berlalu keluar kamar dan beralih membuat sarapan di dapur. Ia memilih membuat sup brokoli untuk sarapan sehat nya. Biasanya ia hanya akan membuat sandwich, tapi karena ada Deven yang sedang sakit maka ia memutuskan untuk membuat sup.

Ketika Suzy kembali ke kamar dengan semangkuk sup dan segelas air, ia lihat Deven yang kembali tertidur.

"Deven bangun dulu, kamu perlu sarapan dan meminum obat mu" ujar Suzy. Deven kembali membuka mata nya dan menoleh ke arah Suzy yang kini sedang menaruh nampan di atas nakas samping tempat tidur.

"Bangunlah" Suzy membantu Deven bangun, Deven masih setengah sadar, ia masih tak mengerti dan tidak juga memikirkan kenapa ia bisa bersama Suzy sekarang. Ia hanya menuruti Suzy dan memakan sup nya dengan perlahan.

"Saya akan bersiap ke kampus, kamu habiskan sarapan mu dan minum obat nya supaya demam mu turun. Jika ada apa apa kamu bisa menghubungi saya dengan telepon rumah. Sisa sup masih ada di dalam panci jika kamu masih lapar" Deven yakin, itu kalimat terpanjang yang pernah Suzy katakan padanya. Deven mengangguk kecil sebagai jawaban. Setelah itu Suzy bergegas untuk bersiap datang ke kampus


🌼🌼🌼


Hari ini ada 4 kelas yang harus Suzy hadiri, dua diantaranya ia akan mengadakan kuis. Jika sesuai jadwalnya hari ini, Suzy mungkin seharusnya pulang pukul 3 sore, tapi sayang nya ia tidak tenang. Ia meninggalkan Deven sendirian di apartemen nya dengan kondisi yang bisa dibilang buruk. Maka dari itu Suzy malah memutuskam untuk izin setengah hari dan mengganti kelas nya hanya dengan memberi tugas pada mahasiswa nya.

Ketika melewati parkiran, Suzy melihat George dari jauh, ia lihat George sedang menggoda salah satu wanita bersurai coklat dengan kacamata yang bertengger di wajah oval nya.

"George!"

George refleks menoleh ke arah sumber suara. Suzy melambaikan tangan nya, meminta George untuk mendekat ke arah nya. George mengangguk lalu menggandeng tangan wanita yang di goda nya itu menghampiri Suzy. Wanita yang digandneg George terlihat sangat tidak nyaman dan mencoba melepaskan tautan tangan mereka.

Sayup-sayup Suzy mendengar sang wanita menggumam "lepas" pada George tapi George tetap tidak melepaskan genggaman nya.

"Ada apa Miss?" Tanya George ramah.

"Bisa saya meminta bantuan mu?"

"Boleh, bantuan apa Miss?"

"Bisa tolong kamu kemasi baju Deven yang ada di gudang?" Ucapan Suzy membuat Deven mengernyitkan dahi nya tipis.

"Hah? Untuk apa Miss? Deven sedang tidak ada Miss, aku bisa di amuk jika menyentuh barang barang nya"

"Saya yang akan bertanggung jawab jika Deven mengamuk. Jadi sekarang saya meminta tolong untuk kamu membawakan seluruh barang Deven. Saya akan menunggu di mobil" ujar Suzy mutlak. Mau tidak mau akhirnya George menuruti perintah Suzy, lalu setelahnya Suzy berjalan menghampiri mobil nya.

Sekitar 20 menit berlalu, Suzy melihat George membawa sebuah ransel. Gadis berkacamata itu masih setia di gandeng oleh George dengan wajah yang masih di tekuk, mau tidak mau Suzy mendengus kecil melihat kelakuan anak remaja itu.

Kaca mobil nya di ketuk oleh George ketika pemuda itu berdiri di samping pintu mobil nya, Suzy lantas membuka pintu dan menerima sebuah ransel dari George yang sudah pasti berisi semua perlengkapan Deven.

"Ini Miss, semuanya sudah kumasukkan kedalam ransel ini" ujar George sambil menyerahkan ransel.

"Terimakasih George" balas Suzy diiringi senyum tipis.

"Sama sama Miss" balas George lalu berbalik menjauhi mobil Suzy.

"George!" Suara Suzy lagi lagi mengintrupsi, hingga George menoleh.

"Ya Miss?"

"Wanita mu, jangan terlalu mengekang nya, dia terlihat tidak nyaman" ujar Suzy tiba-tiba.

George yang mendapatkan petuah dari dosennya itu terkejut, lalu setelah nya hanya menyengir membalas ucapan Suzy.

"Dia bukan priaku Miss" desis wanita disamping George, membuat George mendelik kesal.

"Kau kan sudah menjadi milik ku kemarin" balas George.

"Jangan terlalu memaksa nya George" ujar Suzy lagi. Lagi lagi George hanya tersenyum kecil lalu menangguk singkat dan berlari menjauhi Suzy dengan menyeret gadis malang itu.

Suzy menggelengkan kepala melihat tinglah George, lalu memutuskan untuk mulai melajukan mobilnya menuju apartemen.

🌼🌼🌼

Yang ditakutkan Suzy benar- benar terjadi. Ketika ia masuk ke dalam kamar, Suzy melihat Deven yang menggigil hebat dengan wajah yang begitu pucat. Tiba-tiba kepala Suzy menjadi blank, ia panik dan tak tahu harus melakukan apa.

"Deven? Deven sadarlah!" Tepukan cukup keras Suzy layangkan kearah lengan Deven. Deven tak menghiraukan, ia masih terus menggigil dan terlihat seperti tak sadarkan diri.

Dengan kalut Suzy berlari keluar dari unit apartemen nya, bahkan ia tak menutup kembali pintu unit nya. Ia ingin meminta bantuan petugas keamanan untuk membawa Deven ke rumah sakit. Tapi sial, lift yang di tunggu nya kenapa terasa begitu lambat. Tapi begitu bunyi 'TING' pada lift berbunyi, Suzy dengan cepat melesat masuk ke dalam lift hingga ia menabrak dada bidang yang lumayan keras di hadapan nya sehingga membuat nya terjatuh.

"Maaf" ujar Suzy sambil berusaha bangkit, tiba-tiba sebuah tangan terulur di hadapan nya, Suzy mendongak dan mendapati tetangga apartemen nya yang juga merangkap menjadi dokter yang memeriksa Deven tempo hari berdiri di depan nya.

"Dokter Yoo!" Seru Suzy semangat. Suzy menerima uluran tangan Gong Yoo dan berujar terimakasih setelah nya.

"Nona Bae, anda terlihat terburu-buru" ujar Gong Yoo.

"Dokter saya sedang butuh bantuan, Deven menggigil hebat dan saya tidak punya seseorang untuk dimintai bantuan mengangkat Deven ke mobil. Saya ingin membawanya ke rumah sakit" mendengar nama pasien yang beberapa hari pernah di periksanya itu, Gong Yoo lantas mencoba menenangkan Suzy.

"Saya akan bantu, ayo!" Suzy menggumam terimakasih saat Gong Yoo berkata akan membantu nya, lalu dengan melesat Suzy memimpin jalan ke arah unit apartemen nya.

Ketika kembali, Deven sudah lebih tenang tetapi peluh membanjir seluruh permukaan kulit nya. Gong Yoo langsung memeriksa denyut nadi di tangan Deven. Suzy menunggu di ambang pintu, ia masih sedikit syok krena melihat Deven yang menggigil hebat tadi.

"Saya akan meresepkan obat, kondisi Deven sekarang baik baik saja. Tapi jika terjadi sesuatu seperti tadi, anda bisa menghubungi saya dan kita akan bawa Deven ke rumah sakit" Ujar Gong Yoo. Suzy mengangguk dan berjalan menghampiri Gong Yoo.

"Terimakasih Dokter Yoo"

"Sama sama. Mari, saya masih ada sedikit urusan" Suzy membungkuk sedikit lalu mengantar Gong Yoo sampai ke pintu, setelahnya ia kembali ke kamar dan duduk di samping Deven.

Dengan telaten, Suzy mengelap peluh yang memenuhi dahi Deven dengan sapu tangan yang sebelum nya ia ambil di laci lemari nya. Perasaan bersalah langsung muncul di benak nya, seandainya tadi dia memutuskan untuk tidak ke kampus, mungkin Deven tak akan mengalami hal seperti ini.

"Maaf karena meninggalkan mu Deven" lirih Suzy

🌼🌼🌼

HAI👋

APAKABAR KALIAN GAES?

Lapak ini kayaknya udah jamuran deh, hehehe.

Aku bener2 kena writer block jadi baru bisa lanjut lagi cerita ini. Maaf ya😁

Yang udah lupa sama ceritanya, boleh di baca lg dr part 1🤣

See you next time guys.

Continue Reading

You'll Also Like

48.7K 7.6K 44
Rahasia dibalik semuanya
310K 23.7K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
97.8K 16.7K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote