GRESHAN

Por ShnIndr12

787K 22.9K 2K

WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJ... Más

HUKUMAN
Kantor I
Dimobil
Dapur
Ruang Osis
Morning Sex
Shani
Sister?
Sister? II
Threesome?
Polos?
Bar
Gracia
Sepupu
Sekretaris?
Mine
HUKUMAN II
Hanya Kamu
Kembali
Akhirnya
Step Sister
Step Sister II
Milikku
Backstreet I
Kantor II
Kantor III
Murid Baru
Backstreet II
Polos? II
Gracia II
Murid Baru II
Gracia III
Gracia IV
Keponakan Nakal
Keponakan Nakal II
Keponakan Nakal III
Aku Yang Salah
Nanya doang sih
Nanya sekali lagi
Calon Kakak Ipar
Info
Birthday Party
Malam tak terduga
Psychopath In Love
Psychopath In Love II
Psychopath In Love III
Di sebelah nggak ngerespon🗿
Info
Perjodohan
Perjodohan II
Perjodohan III
Pemberitahuan
Christmas
Guru Olahraga
Crazy!!
⚠️⚠️
Sugar Mommy
Sugar Mommy II
Step Mother
Info
Step Mother -2

Private Doctor

14.8K 415 17
Por ShnIndr12

Happy Reading
Banyak Typo







Di kamar yang di dominasi dengan warna gelap terlihat seorang dokter tengah mengobati pasiennya. Dokter itu adalah Gracia, wanita yang memiliki sikap baik,ramah dan mudah senyum.

Gracia sendiri adalah dokter pribadi dari seorang psikopat kejam, ia sudah hampir tiga tahun menjadi dokter pribadi psikopat itu. Psikopat berdarah dingin bernama Shani.

"Apa ini tidak sakit?" Tanya Gracia sembari membalut luka yang ada di telapak tangan Shani. Pertanyaan yang sama yang ia lontarkan jika Shani terkena luka setelah menghabisi nyawa orang yang mencari masalah dengannya.

"Buat apa Anda bertanya jika Anda akan tau jawabannya seperti apa." Balas Shani dingin.

"Jika memang tidak sakit mengapa Anda meminta saya untuk mengobati luka Anda." Balas Gracia, memang benar setiap kali Shani terluka dan Gracia bertanya tentang lukanya maka Shani akan menjawab jika ia tak merasa sakit sama sekali.

"Tidak usah banyak bicara cepat lakukan tugas Anda sebelum tangan Anda saya patahkan." Ucap Shani menatap tajam ke arah Gracia.

Gracia tentu saja takut dengan tatapan dan perkataan Shani. Shani tak pernah main-main dengan ucapannya. Pernah sekali ia lamban untuk membalut tangan Shani dan hal itu membuat Shani marah, pada saat itu tangannya di sayat oleh Shani karena ia lamban.

Flashback

Gracia yang baru saja tertidur harus bangun ketika seseorang mengetuk pintu kamar nya dengan kuat, ia pun membuka pintunya dan betapa kagetnya ia saat melihat Shani yang berdiri di depan pintu kamar nya dengan darah yang mengalir dari telapak tangannya.

"Tangan Anda kenapa?" Tanya Gracia dengan panik ia segera mengambil peralatan untuk mengobati tangan Shani.

Selang berapa menit Gracia keluar dari kamarnya menuju kamar Shani. Ya, mereka tinggal satu atap.

Gracia berdiri tepat di hadapan Shani, ia menarik tangan Shani yang terluka dengan pelan. Gracia membersihkan luka Shani secara perlahan menggunakan alkohol.

Gracia menerutuki dirinya ia lupa membawa perban yang akan membukus tangan Shani.

"Maaf Saya lupa membawa perban Saya ambilkan dulu ya." Ucap Gracia tanpa mendengar jawaban Shani ia segera pergi menuju kamarnya.

Tak lama kemudian Gracia kembali kemar Shani sembari membawa perban, Gracia pun langsung melanjutkan tugas nya yang mengobati tangan Shani.

Setelah selesai Gracia pun kembali merapikan alat-alat yang digunakan untuk mengobati tangan Shani. Ketika hendak keluar Gracia di tahan oleh Shani.

Posisi mereka saat ini saling bertatap-tatapan. Shani mendorong tubuh Graia ke atas kasur yang membuat Gracia terlentang. Shani mengambil pisau di atas nakas di samping tempat tidurnya.

"Anda mau apa?" Panik Gracia saat Shani mendekatkan pisau itu ke tangannya lebih tepatnya ke telapak tangannya.

"Kerja Anda terlalu lama saya tidak suka dengan orang yang lamban. Shani menarik tangan Gracia lalu menyayat tangan Gracia sekali gerakan, Gracia terhentak tanpa sadar ia berteriak kesakitan.

"Sekali lagi Anda lamban jangan salahkan Saya jika saya melakukan hal lebih dari ini." Ucap Shani meletakkan kembali pisaunya lalu pergi begitu saja meninggalkan Gracia yang memegangi tangannya.

.
.
.

Pagi harinya seperti biasanya Shani akan pergi ke kantornya sementara Gracia tinggal di rumah yang mirip istana itu. Shani tak membiarkan Gracia untuk keluar dari rumahnya, jika pun Gracia keluar maka harus bersamanya.

Bosan? Tentu! Hal itu lah yang dirasakan Gracia selama lima tahun ini. Semenjak ia menjadi dokter pribadi Shani ia tak pernah keluar sendiri dari rumah Shani. Jika saja ia nekad keluar dapat di pastikan jika ia akan terkena masalah dari Shani.

Mengapa ia tak kabur saja?

Percuma saja ia kabur jika nantinya Shani tetap dapat menemukannya dimana pun ia berada. Ia tak tau mengapa Shani sampai menahannya dirumah itu dan menjadikannya dokter pribadinya, padahal masih banyak di luaran sana dokter yang lebih pantas di banding dengan dirinya.

Sementara itu di tempat lain saat ini Shani sedang berada di ruanganya sembari fokus ke arah laptop nya. Hingga tak lama kemudian sekretarisnya datang membuat dirinya menghentikan sebentar kegiataannya.

"Maaf saya menggangu Anda Miss, saya hanya mau menyampaikan sebuah undangan pertemuan antara kolega-kolega perusahaan Miss nanti malam. Dan mereka meminta setiap orang membawa pasangannya masing-masing." Ucap Sekretaris Shani.

"Baik, kirim kan alamat tempat pertemuan itu di adakan." Jawab Shani.

"Baik Miss, kalau begitu saya ijin keluar Miss." Balas Sekretarisnya, Shani hanya menangguk.

Sepeninggalan Sekretarisnya Shani segera menyuruh bodyguard nya untuk membeli gaun dan langsung di serahkan kepada Gracia.

Ya, Shani akan mengajak Gracia malam ini.

.
.
.

Di kamarnya Gracia di kagetkan dengan kedatangan bodyguard Shani yang tiba-tiba datang dan memberikan dirinya sebuah dress.

"Miss Shani menyuruh Anda untuk memakai dress itu dan sebentar lagi beliau akan pulang, jadi Anda segera bersiap sebelum Miss Shani sampai." Ucap Bodyguard itu lalu pergi meninggalkan Gracia yang bingung, walaupun pegitu ia tetap melakukan apa yang di pesankan oleh Shani.

Gracia menuruni tangga dengan hati-hati, di bawah tangga itu sudah ada Shani yang menunggu dirinya. Shani terpaku akan kecantikan Gracia.

"Maaf sebelumnya apakah Saya boleh bertanya? Kita mau kemana?" Tanya Gracia yang membuat Shani tersadar.

"Nanti Anda pasti tau." Ucap Shani ia menarik tangan Gracia agar mengikutinya.

Shani menggengam tangan Gracia kali ini dengan lembuat, hal itu membuat kedua nya merasakan sesuatu yang Aneh pada diri mereka.

Shani dan Gracia pun pergi dengan Shani sendiri yang menyetir, selama perjalanan tak ada yang berbicara, hanya keheningan yang menemani perjalanan mereka.

Hingga tak lama kemudian akhirnya mereka sampai di sebuah restaurant bintang lima. Shani membuka pintu untuk Gracia, lalu menggulurkan tangannya.

"Terimakasih." Ucap Gracia menyambut uluran tangan Shani, Shani pun hanya mengangguk. Gracia menggandeng tangan Shani memasuki restaurant itu. Selama perjalanan banya orang yang menatap mereka.

"Akhirnya Anda datang juga Miss Shani." Ucap Frans salah satu kolega bisnis Shani.

"Hmm." Shani hanya berdehem menanggapi perkataan Frans, ia berlalu menyapa beberapa kolega-kolega nya yang lain meninggalkan Frans yang pandangannya yang tak pernah lepas dari Gracia.

Shani meninggalkan Gracia sendiri karena ia ingin ketoilet.

Sepeninggalan Shani, Gracia sedikit merasa risih akan pandangan orang-orang yang sedari tadi memperhatikannya. Frans yang tak jauh dari nya memutuskan untuk menghampiri Gracia.

"Saya boleh duduk disini?" Tanya Frans.

"Silahkan."

"Kenalin saya Frans." Ucap Frans mengulurkan tangannya.

"Gracia." Jawab Gracia menjabat tangan Frans sebentar.

"Saya perhatikan dari tadi kamu merasa risih ya? Mau ikut saya kesana." Ucap Frans menunjuk salah satu tempat yang tidak ramai hanya ada dua orang saja.

Gracia pun mengiyakan ajakan Frans, ia berpikir hal itu lebih baik lagian ia masih bisa melihat Shani dari sana.

.
.
.

"Kamu kekasihnya Miss Shani ya?" Tanya Frans yang kini sudah menjauh dari keramaian.

"Tidak saya hanya dokter pribadinya Miss Shani". Balas Gracia.

"Iya kah? Saya pikir kamu kekasihnya Miss Shani."

"Mau minum?" Frans memberikan segelas alkohol kepada Gracia. Gracia menerimanya sedikit ragu.

Frans tersenyum saat Gracia meminum alkohol itu, sebenarnya ia sudah menyuruh seseorang untuk menyampur alkohol itu dengan obat perangsang.

"Kenapa Gre?" Tanya Frans pura-pura tidak tahu saat ia melihat Gracia yang sudah mulai kepanasan.

"Maaf Saya ketoilet dulu." Ucap Gracia yang langsung pergi meninggalkan Frans, sungguh ia sangat merasa panas saat ini.

Frans tersenyum licik mengikuti Gracia ke kamar mandi, sesampainya di kamar mandi Gracia langsung saja membasuh wajahnya.

"Ini kenapa panas sekali." Racau Gracia.

"Perlu bantuan Gre?" Tanya Frans yang tiba-tiba datang membuat Gracia terkejut.

"Mengapa Anda disini." Ucap Gracia dengan tegas.

"Stt,...Saya tau kamu pasti butuh bantuan saya makanya saya nyusul kamu." Frans mulai mendekat ke arah Gracia, membuat dokter pribadi Shani itu mundur.

"Sial!! Anda pasti sudah mencampur sesuatu ke minuman saya." Ucap Gracia menatap tajam ke arah Frans.

"Hahahaha, itu memang benar." Gracia terus mundur sampai punggungnya bersentuhan dengan dinding.

"Anda jangan macam-macam ya." Sentak Gracia namun Frans tidak peduli. Kini Frans sudah berhasil mengurung Gracia dengan kedua tangannya.

"Lepas." Gracia berusaha mendorong tubuh Frans namun tenaga nya tak cukup untuk mendorong tubuh Frans.

Di saat Frans ingin memcium bibir Gracia tiba-tiba dari arah belakang ada yang memukul punggungnya.

"Ahk,.."

"Siapa yang berani-beraninya mukul saya." Ucap Frans, ia membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memukul dirinya.

"Miss Shani." Ucap Frans terkejut. Ia menelan ludah secara kasar saat melihat tatapan tajam dan dingin milik Shani yang di layangkan kepada dirinya.

Tanpa aba-aba Shani menarik kerah baju Frans membawanya ke luar dari toilet itu, di ikuti Gracia dari belakang yang masih berusaha menetralkan rasa panas yang ada di tubuhnya.

Brak

Shani mendorong tubuh Frans ke meja yang ramai akan orang, ia mengeluarkan pistol miliknya mengarahkannya kepada Frans.

"Siapa yang sudah berani memberikan minuman kepada pasangan saya?" Tanya Shani dingin menatap ke sekeliling restaurant itu.

"JAWAB! Sebelum saya tembak mati kalian semua yang ada disini."

"S-saya Miss dan saya di suruh sama bapak Frans." Jawab salah satu pelayan yang ada di situ.

Dor

Pelayan itu langsung di tembak oleh Shani membuat orang yang ada di dalam restaurant itu panik dan ketakutan.

"Jangan ada yang bergerak atau saya bakal tembak satu-persatu di antara kalian." Ucap Shani, semua orang yang tadinya ribut seketika diam. Mereka sangat mengenal Shani.

"Dan Anda berani sekali Anda menggangu pasangan saya." Shani menginjak tangan Frans yang masih tergeletak di lantai.

"Arghh,...Ampun Miss."

"Saya minta maaf."

Shani tak memperdulikan ucapan Frans ia mengangkat kursi yang ada di sampingnya, lalu memukulkannya ke tubuh Frans berkali-kali.

Shani juga mengambil botol alkohol lalu memukulkannya ke wajah Frans, serpihan kaca alkohol itu ia ambil lalu ia goreskan ke wajah Frans. Shani tak memperdulikan beberapa teriakan dari sekitarnya, ia terus menyiksa Frans hingga wajah Frans di penuhi luka.

Bukan cuman wajah Frans saya yang Shani sayat, tangan, perut dan dada Frans juga Shani sayat menggunakan serpihan botol alkohol yang ia pecahkan tadi.

Tubuh Frans kini sudah di penuhi darah dan luka-luka, Shani menyelesaikan kegiatannya dengan menikam jantung Frans menggunakan garpu.

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu bergidik ngeri melihat perbuatan Shani.

Shani melirik ke arah Gracia yang masih berusaha menahan gejolak nafsunya.

Shani berjalan mendekati Gracia, ia menarik tangan Gracia membawa dokter pribadinya itu keluar.

.
.

Sungguh Gracia tak tahal lagi, dirinya ingin menuntaskan segala nafsu nya. Tanpa berpikir panjang ia menarik tangan Shani yang sedang memegang stri. Saat ini mereka masih berada di dalam mobil.

"Pliss kali ini saja bantu saya." Ucap Gracia lirih menatap mata Shani.

Setelah mengucapkan itu ia membawa tangan Shani untuk menyentuh payudaranya yang masih terbungkus.

"Jangan disini kita cari hotel." Balas Shani menarik tangannya dari genggaman Gracia. Lalu ia segera menjalankan mobilnya untuk mencari hotel.

Kini keduanya sudah berada di kamar hotel, Gracia langsung mendorong tubuh Shani ke kasur. Saat Gracia hendak mencium bibir Shani, Shani menahan wajahnya.

"Anda yakin mau melakukan ini?" Tanya Shani.

"Saya yakin, Saya nggak tahan lagi." Jawab Gracia, matanya memerah menahan nafsu.

"Emhh."

Gracia melumat bibir Shani penuh nafsu, bukan Shani namanya jika ia tak bisa mengimbangi ciuman Gracia. Ia pun membalikkan badan Gracia menjadi Gracia yang di bawah.

Ciuman Shani turun ke leher jenjang milik Gracia, ia menghisap kuat leher Gracia meninggalkan tanda disana. Tangannya tak tinggal diam ia meremas payudara Gracia yang masih terbungkus.

"Ahhhh."

Suara desahan lolos dari mulut Gracia, Shani kembali melumat bibir Gracia. Tangganya turun ke paha Gracia, menyibak dress yang di pakai Gracia. Shani merobek dress yang di kenakan Gracia dan membuangnya secara asal.

Shani menatap kedua payudara Gracia yang masih terbungkus, tangannya meraba punggung Gracia mencari kaitan bra.

klik

Bra itu di buang asal oleh Shani, Shani langsung melumat payudara Gracia.

"Ahhh Shann."

Shani dibuat tambah bersemangat karena suara desahan Gracia, tangannya meraba vagina Gracia yang sedikit basah.

"Shhh ouhhhh."

Shani memainkan vagina Gracia dengan dua jari tangannya, menari-nari di vagina Gracia.

Ciuman Shani turun ke perut Gracia, menjilat dan menghisapnya.

Shani menyampingkan cd yang masih di pakai oleh Gracia, lidah nya ia majukan menyentuh bibir vagina Gracia.

"Ahhh shannn ouhhh."

Shani menjilat klistori Gracia, membuat sang dokter mendesah kenikmatan. Shani membuka gesper yang ia pakai membuangnya secara asal, ia juga membuka resleting celananya, menurunkan celananya sebatas paha.

Ia juga menurunkan cd yang ia pakai sampai lutut, ia turun dari atas kasur menarik pinggul Gracia agar sejajar dengan penisnya yang sudah mengacung tegak.

Jleb

"Ahkk awshh."

Dengan sekali gerakan Shani memasukkan penisnya ke vagina Gracia, darah mengalir mengenai sprei.

Tanpa membiarkan Gracia menetralkan rasa sakitnya, Shani langsung menggerakkan pingulnya. Memaju-mundurkan penisnya kedalam vagina Gracia.

"Ahhhh fuckhhh Graciahhhh ahhhh."

"Ouhhh yeahhhh ahhhhhh."

"Ahhhhh ahhhhh Shhhhhh."

Tangan Shani sesekali meremas payudara Gracia yang ikut bergoyang sesuai dengan hentakan yang di berikan Shani.

"Ahhhh akuhhh mauhh keluarhhh ahhh."

Shani menambah kecepatan gerakannya.

"Ahhhhh akuhhh keluarhhh ahhh."

"Ahhhh Shanhhh."

Selagia Gracia menikmati pelepasannya Shani membuka pakaiaan nya. Ia kembali naik dan menyuruh Gracia menungging.

Jlebb

"Ahhhhhh."

Shani kembali memasukkan penisnya ke vagina Gracia, menggerakkan nya dengan cepat.

"Ahhhhh ahhhh ahhhh ahhhh."

"Ouhhhh Graciahhhh kauhhh sungguhhh nikmathhh ahhh."

Shani mersasakan jika ia akan keluar, ia menambah kecepatannya, memaju-mundurkan pinggulnya.

"Ahhh akuhh mauhh keluarhh lagihh ahhh."

"Saya jugahhh ahhhh."

"Ahhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhh."

Keduannya sama-sama menuju puncak kenikmatan, Shani mengeluarkan spermanya di vagina Gracia.

Shani merebahkan tubuhnya di samping Gracia.

" I love you my private doctor!" Ucap Shani tepat di telinga Gracia.

Sampai situ ajah

End.

Seguir leyendo

También te gustarán

11.7K 1.7K 40
Prolog. Kenyataannya sebuah persahabatan antara dua pria dengan satu wanita, hanyalah sebongkah batu bara yang mudah terbakar. Persahabatan yang suda...
272K 4.4K 6
berisi oneshoot two-shoot greshan 21+ Full sex | public sex, mohon jadi pembaca yang bijak 🙌 Ini fiksi jangan bawa bawa kehidupan nyata member. 🔞🔞...
23.6K 4.6K 34
"Malam ini tidak," katanya, menolak tawaran teman-temannya. "Aku tidak bisa lagi melakukannya," susulnya. "Aku dijodohkan, dan menerimanya. Dengan se...
136K 11.4K 42
Genre:bxg Rate:18+ Note: GAK USAH DIBACA. Thanks!