Gate into the Unknown [END]

By Fadli_L

26.5K 4.4K 252

[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia... More

Intro by Author
01 - Dream Team
02 - Tantangan
03 - Pergi
04 - Misi
05 - Festival
06 - Penculikan
07 - Restu Siluman
08 - Latihan
09 - Kantor Polisi
10 - Pusaran Hitam
11 - Keberangkatan
12 - Rindu
13. Anak Baru
14. Family
15 - Memori
16 - Memori [2]
17 - Reuni
18 - Fight
19 - Identity
20 - Massacre
21 - Family Matters
TMI [1] - Character Profile
22 - Join Forces
23 - Blue eyes
24 - Victim
25 - Silent Killer
26 - Segel yang terlepas
27 - Dunia yang tersembunyi
28 - Dunia yang tersembunyi (2)
29 - Sunyi
30 - Kebenaran Pahit
31 - Hayu
32 - Organisasi Misterius
33 - Ranggaditiya
34 - Yang Mereka Cari
35 - Orang Asing
37 - Bakat tersembunyi
38 - Setetes Darah
39 - Bantuan dari Kegelapan
40 - Istirahat
41 - Anomali [1]
42 - Anomali [2]
Lelaki dengan pakaian aneh
Kisah Masa Lalu
Nyai Arkasa
Epilogue
Last Word dan Karya Berikutnya

36 - Para Tamu

352 65 6
By Fadli_L

Liana memberanikan diri melepas cincin dari jemarinya sambil berjalan menuju jendela. Ia menggengam cincin di tangan kiri lalu bersiap untuk membuka tirai. Ia menarik napas lalu membuka tirai jendela yang langsung disambut oleh bayangan sosok hitam bermata merah. Liana spontan berteriak dan menjatuhkan cincinnya. Gadis itu langsung merangkak mencari cincinnya tanpa memandang ke arah jendela. Setelah memakai cincinnya, Liana menutup tirai jendela lalu berlari kecil menjauhi jendela. 

Lita berlari masuk ruangan saat Liana sudah merangkul lengan Nanda karena ketakutan. Lita menatap ke arah adiknya, "Kenapa, ada apa?" tanya Lita kebingungan, dia sama sekali tidak melihat keanehan di ruangan itu. Raga terlihat mencoba menghubungi yang lain tapi hasilnya nihil. 

Raga langsung menghampiri Lita, "Minta semua orang masuk ke rumah dan tutup semua pintu. Aku akan memeriksa keadaan di rumahmu. Nanda, kamu di sini jaga Liana. Jangan pernah membukakan pintu ruangan ini pada siapapun." Gumam Raga. Ia langsung berjalan keluar dengan Lita yang mengikuti di belakang.

Raga langsung pergi menuju dapur dan sebagian besar pekerja keluarga Ranggaditiya sedang berkumpul di ruang istirahat. Raga menoleh pada Lita membuat gadis itu langsung berkata pada para pekerja, "Jangan ada yang keluar dari rumah, tutup semua pintu dan jendela. Sekarang."

Sebagian besar dari mereka terlihat bingung, tapi tetap melakukan apa yang diminta oleh Lita. Raga berjalan ke jendela terdekat untuk melihat keluar, matahari mulai terbenam dan ia tidak melihat makhluk hitam di sekeliling rumah. Lita masih mengekor di belakangnya, "jadi apa bisa kamu menjelaskan apa yang terjadi."

"Setelah mengecek seluruh sudut rumah aku akan menjelaskan."

Raga masih mengecek keluar dengan mengintip dari tiap sudut jendela yang ia temukan. Lita mengikutinya dalam diam. Setelah beberapa saat, beberapa pekerja Lita sudah berkumpul di tempat istirahat, mereka mendatangi mereka. 

Salah satu dari pekerja Lita angkat bicara, "Kami sudah menutup semua pintu dan jendela. Sebenarnya ada apa mbak?"

Lita melirik Raga sekilas, "Semua orang, istirahat saja dulu. Jangan ada yang pulang jika belum ada informasi dariku." 

Lita melihat Raga berjalan ke arah ruang tamu, tanpa banyak bicara ia langsung berjalan mengikutinya. Raga terlihat berdiri di tengah ruangan sambil mengamati jendela ruang tamu tengan keadaan tirai terbuka. Lelaki itu menghembuskan napas frustasi. Ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Kali ini panggilan itu diterima seseorang. Raga hanya berkata pendek, "Datanglah ke kediaman Ranggaditiya sekarang." ucap Raga kemudian mengakhiri panggilan.

Meski Lita tidak melihat apa-apa dia bisa menyimpulkan kalau Raga terlihat sedikit cemas dan ketakutan. "Raga, ada apa?"

"Kamu ingin tahu?"

Lita mengangguk. "Pejamkanlah matamu."

Lita menurut, ia merasakan jari Raga menekan bagian di tengah antara kedua matanya sekilas. "Buka mata perlahan dan persiapkan mentalmu."

Lita membuka mata perlahan seperti instruksi Raga, saat matanya benar-benar terbuka ia terkejut karena banyak sosok hitam bermata merah mengerubungi seluruh rumahnya, sosok itu terlihat seperti kain terbang berwarna hitam, tanpa bentuk yang jelas. Pergerakan mereka tampak seperti asap.

Lita terkejut tapi dia tidak sampai ketakutan. "Apa itu?"

"Kutukan." Jawab Raga pendek.

Lita menoleh pada lelaki di sebelahnya, "Apa????" 

"Penjelasannya panjang, tapi intinya mereka adalah kiriman orang lain untuk menyakiti target. Dan dalam kasus kita, adikmu adalah targetnya."

Lita sedikit terkejut.

"Aku juga belum tahu detailnya, tapi sepertinya itu bisa kita tanyakan pada adikmu. Kasus penculikan kemarin bukan kasus penculikan biasa." Jelas Raga sambil mulai berjalan kembali menuju ruang kerja Lita.

Lita mengikuti di belakang Raga, "Tapi apa dengan menutup pintu dan jedela bisa mencegah mereka masuk?"

Raga menjawab tenang, "Untungnya rumahmu dilindungi."

Sebelum Lita sempat bertanya lebih lanjut, mereka sudah sampai di ruang kerja Lita dengan Liana duduk masih berpegangan di lengan Nanda yang sedang berdiri. Lita berjalan ke arah jendela untuk melihat keluar. Seperti dugaannya, para makhluk hitam itu masih berterbangan di sekitar rumah mencoba untuk masuk.

"Liana, cepat jelaskan kenapa mereka mengincarmu?"

Liana melirik ke arah Raga dengan ekspresi ragu. "Aku akan ceritakan versi pendeknya." Jelas Raga sambil sesekali menatap ke arah luar.

"Adikmu terlibat dalam kasus penculikan yang tidak biasa. Ia jadi korban karena teman-temannya menjadi incaran seseorang. Untuk menyelamatkan adikmu, beberapa pihak kita menyerang markas si penculik dan yah ... bisa dibilang mereka menghancurkan beberapa tempat persembunyian si penculik. Hal itu tentu membuat si penculik marah, sehingga aku berasumsi kalau mereka adalah kutukan yang dikirim oleh si penculik. Mereka tidak bereaksi padaku atau padamu. Tapi ketika mereka melihat Liana, aku bisa merasakan amarah yang membara." Jelas Raga.

Lita mencoba mencerna ucapa Raga, tetapi banyak hal yang tidak dipahaminya. Informasi dari Raga seperti kepingan puzzle yang tidak lengkap.

"Jadi intinya makhluk hitam itu dikirim oleh pelaku penculikan?" Tanya Lita singkat.

Raga menjawab, "Setidaknya itu asumsiku."

"Apa, kita tidak bisa melaporkan penculik ini pada polisi?"

Raga menggelengkan kepala, "Lita ... kasus ini bukan kasus logis. Dan perlu kuingatkan untuk tidak mengumbar kejadian ini, atau detail kasus penculikan adikmu pada orang lain selain keluarga inti." Ucap Raga sambil menatap Lita serius.

Lita menghembuskan napas, "Lalu bagaimana keluargaku harus mengatasi gangguan seperti ini?"

"Itulah alasan kami ke sini. Selain untuk mengumpulkan informasi, kami juga akan menyediakan perlindungan untuk keluargamu. Juga, mata batin adikmu sudah terbuka, akan sulit untuk menutupnya lagi, kami akan memberikan pelatihan khusus padanya agar bisa beradaptasi dengan kehidupannya yang sekarang."

Liana mengamati kakaknya, "Tapi ... kenapa mata batin saya terbuka?"

Raga bergumam pelan, "Kejadian penculikanmu cukup untuk membuat mata batinmu terbuka. Akan aneh jika manusia tetap bisa normal jika sudah mengalami kejadian seperti kemarin."

Jendela mulai bergetar hebat, membuat semua orang menoleh. Tirai perlahan bergeser membuka sendiri dan menampakkan makhluk hitam di luar yang sudah membesar menjadi satu sosok yang tak berbentuk. Sepasang mata merah menyala kini sudah membesar seukuran bola basket masih melayang-layang menatap tajam ke arah mereka. Bulu kuduk Liana berdiri. Ia masih tidak bisa melihat apa-apa, tapi ia merasakan aura intens tepat di luar jendela. 

Lita menoleh ke arah Raga dengan ekspresi panik. "Kamu bilang rumah ini dilindungi kan? menurutmu berapa lama perlindungan itu bisa bertahan?"

Raga menggelengkan kepala. "Entahlah ..."

"Apa tidak ada hal yang bisa kulakukan?"

"Aku bisa bertarung. Tapi untuk sekarang aku tidak yakin bisa mengalahkannya sendiri." Jawab Raga dengan tatapan lurus ke arah si makhluk.

Hari sudah benar-benar gelap di luar. Raga bisa merasakan, kalau kutukan ini bukan kutukan biasa.

"Ilyas dan Deka sedang mencari orangtuamu." Ucap Raga pendek.

Liana memejamkan mata karena kepalanya tiba-tiba sakit. "Dan ... ke mana mereka pergi hingga penjaga keraton yang mencari mereka secara langsung."

"Tidak ada utusan keraton yang dikirim sebelum kami. Jadi besar kemungkinan orangtuamu diajak pergi oleh orang yang berpura-pura menjadi utusan keraton." Jawab Raga sambil menoleh untuk menatap lurus ke arah Lita.

Gadis itu terdiam menelan ludah. Berbagai macam pemikiran melintasi otaknya dalam waktu singkat. "Jangan bilang orangtuaku diculik." Sergahnya.

Raga menghembuskan napas, "Aku juga berharap begitu. Tapi, dengan kondisi saat ini, aku tidak bisa menjamin apa-apa."

Liana terlihat semakin ketakutan setelah mendengar ucapan Raga. Bibirnya bergetar karena isakan tangis yang tertahan. Rasa takut kembali memenuhi hatinya. Ingatan akan ruangan bawah tanah dengan tubuh manusia yang terbaring tak sadarkan diri kembali memenuhi kepala Liana. 

Tiba-tiba, jendela kembali bergetar keras mengangetkan mereka semua. Raga berlari mendekat untuk mengamati. Bulu kuduknya berdiri membuat Raga sadar bahwa makhluk itu memiliki aura yang mengitimidasinya.

"Nanda, bersiaplah." Ucapnya pelan.

Nanda kemudian menenangkan Liana sekilas, kemudian mengalihkan genggaman tangan gadis itu pada kakaknya.

"Apa jendelanya bisa pecah karena hantaman makhluk itu?" Tanya Lita sambil menarik adiknya ke dalam pelukan.

"Semoga saja tidak." Jawab Nanda sambil berjalan mendekat ke sebelah Raga.

Mereka berdiri siaga di dekat jendela. "Mas ... aku takut." bisik Nanda pelan.

"Apa kami boleh bersembunyi di tempat lain saja?" Tanya Liana pelan.

"Jangan. Akan lebih sulit untuk melindungi kalian jika makhluk ini benar-benar bisa menembus ke sini."

Sebelum mereka sempat bereaksi, jendela mulai bergetar kini dengan waktu yang lama. Kaca jendela berlahan mulai retak-retak dan selama sepersekian detik getaran sempat hilang tetapi kaca jendela tiba-tiba pecah berkeping-keping.

Makhluk dari luar itu tidak mengeluarkan suara, tetapi begitu kaca pecah, angin kencang masuk ke ruangan mendorong berbagai perabot bergeser hingga roboh.

Sebuah pedang terbuat dari asap mewujud di kedua Nanda dan Raga. Raga membuka jendela lalu melompat menyerang, meninggalkan Nanda berjaga di tempat.

"Mas Ragaa!!!" Adalah teriakan Nanda yang terkejut karena tindakan implusif Raga melompat menyerang.

*******************************************


Continue Reading

You'll Also Like

49.7K 8.6K 39
Jika hati bisa diajak berlogika maka hidup tidak mungkin serumit ini! Kisah Vanilla yang berusaha move on, namun bagaimana bila benang-benang masa la...
7.2M 374K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
326K 19.3K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
1M 77.8K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...