Chateau de Wangxian

By bluesheart01

240K 26.6K 4.4K

penggalan kisah pendek Wangxian di era modern. Alternative Universe. disclaimer: I own nothing, whole charact... More

Meet Cute
Dark Circle
Fated
Flower Boy Wei Wuxian
Thorn Flower
LIMERENCE
love through the glasses
LAGUNA
piece of you
until we meet again
The Second Proposal
like the wind that blows
the untouchable
My Dear, Mr. Possessif
BAD
BOREDOM
on the way to home
Secret
abstrak
abstrak II
abstrak III
abstrak IV
abstrak V
Abstrak VI
abstrak VII
GABUT
Married With Stranger (GABUT part II)
On social media
Married With Stranger (GABUT III)
pretty boy
what if-
abstrak VIII
MARRIED WITH STRANGER (GABUT)
self assure
The Wind Blows
Abstrak IX
The Wind Blows II
abstrak X
vampire?
abstrak XI
CAGE
love
boy meet boy
boy meet boy 2
boy meet boy 3
boy meet boy 4
boy meet boy 5
boy meet boy 6
boy meet boy 7
boy meet boy 8
abstrak : another timeline
boy meet boy 10
Young Marriage (PDF-Sample Chapter)
boy meet boy 11
boy meet boy 12
boy meet boy : prelude

boy meet boy 9

1K 160 65
By bluesheart01

Habis review ulang tulisan-tulisan zaman jebot yang ditulis lebih dari satu dekade yang lalu, awal-awal terjun ke dunia tulis menulis dan sempet kaget sendiri ternyata dulu bisa ya nulis kayak gitu (●__●)

Sebuah kemunduran yang luar biasa (っ˘̩╭╮˘̩)っ

.
.
.

Tubuh berbalut selimut abu-abu itu masih dihinggapi gemetar. Bahkan meski sudah dihangatkan oleh segelas teh panas dan duduk didepan perapian kecil yang dibuat Huacheng Wei Wuxian masih belum bisa mengenyahkan rasa dingin yang seolah tengah mengoyak tubuhnya.

Terkadang iris abu-abunya mendelik pada si tersangka yang sepertinya baik-baik saja. Orang itu bahkan telah menanggalkan selimutnya dan pergi entah kemana, sama sekali tidak merasa bersalah karena telah membuatnya menggigil seperti orang bodoh.

Ditambah bisikan-bisikan disekitarnya yang seolah tengah merayakan nasib malangnya malah semakin membuat Wei Wuxian memberang.

Ingin sekali ia menyiramkan teh dalam cangkirnya ke wajah-wajah sialan itu.

"Xian Xian~"

Ah, ini lagi, si idiot yang sudah menarik atensi orang-orang bodoh itu sampai membuatnya dan Wangji dikerumuni layaknya tontonan, telinganya penuh dengan pekikan lebay dan rumor tidak jelas bahkan sampai mereka naik ke daratan omong kosong yang dikarang para idiot itu malah semakin melebar ke arah fantasi.

"Lihat apa yang kubawa!" Xueyang menghampiri Wei Wuxian sambil berlari kecil, ia menunjukan dua buah benda bulat berwarna ungu lalu menyurukannya pada Wei Wuxian yang terpaksa menerima benda itu meski dengan kernyitan didahi.

"Kenapa kau selalu membawa benda-benda aneh seperti ini?" Protesnya, namun tetap mengambil apa yang Xueyang berikan padanya dan mengamatinya.

Sepertinya itu jenis buah-buahan, benda itu memiliki cangkang tebal dan cukup keras.

"Kau harus mencobanya!" Xueyang terlihat bersemangat, ia bahkan sudah menyeret kursi untuk duduk disamping Wei Wuxian lalu meraih buah lainnya yang masih ada dipangkuan pemuda disampingnya.

Wei Wuxian semakin mengernyit melihat bagaimana Xueyang membuka buah itu, ia harus menggigitnya agar terbuka dan terlihatlah isi daging buah yang berwarna putih.

"Ta da!!!" Xueyang menunjukan buah yang telah ia kupas pada Wei Wuxian.

"Kau, yakin itu bisa dimakan?" Tanya Wei Wuxian ragu. Pasalnya, dirinya belum pernah melihat buah seperti itu. Dan mengingat betapa sembrononya Xueyang yang hampir memakan berry beracun dari hutan malah kian membuatnya enggan menerima buah aneh itu.

"Tenang saja, aku sudah menunjukannya pada Cheng Ge dan dia bilang buah ini bernama manggis. Rasanya sangat manis jadi kau harus mencobanya, ayolah~" anak itu merengek seperti bocah, menggoyangkan tubuh Wei Wuxian sampai membuatnya jengah sendiri.

Oh ya tuhan, kenapa dirinya harus mengenal manusia merepotkan seperti bocah didepannya?!

"Baiklah, berhenti merengek atau aku akan melempar mu ke sungai." Wei Wuxian merebut buah manggis yang telah Xueyang kupas dan mencicipinya masih dengan keraguan. Ia menggigit daging buah yang cukup alot dan mengecapnya lamat-lamat, sampai kemudian terkejut karena campuran rasa manis dan segar yang cukup asing dilidahnya.

"Bagaimana?" Xueyang bertanya penuh harap.

Wei Wuxian mengangguk kecil, kali ini ia mengambil satu daging buah utuh yang cukup besar dan menyesap sari-sarinya kemudian memuntahkan biji yang cukup besar kepermukaan tissue, "aku tidak bisa memakan dagingnya, semuanya hanya biji." Gerutunya, agak sedikit menyayangkan karena buah seenak ini tidak bisa dinikmati secara utuh.

"Kau harusnya menelan bijinya juga."

"Kau gila? Bagaimana jika aku tersedak?"

"Kalau begitu aku akan memberikanmu napas buatan dengan senang hati." Cengir Xueyang penuh harap, ekspresinya telihat sangat playful sampai membuat Wei Wuxian merinding ingin menyumpal mulut menyebalkannya dengan buah manggis yang masih utuh.

Belum sempat tangannya melayang untuk menampol wajah menyebalkan itu Lan Wangji sudah terlebih dulu menginterupsi. Pemuda jelmaan kulkas ratusan pintu itu tiba-tiba datang tanpa sepatah katapun sambil memberikan satu buah mangkuk entah berisi apa dengan uap panas yang menari-nari diatasnya, menguarkan aroma yang cukup menggugah.

"Ini bisa membuat tubuhmu lebih hangat." Katanya setelah melihat ekspresi sangsi Wei Wuxian, mungkin anak itu merasa heran dengan perilaku Wangji yang terasa berbeda dari biasanya.

"Qianbei, kau tidak memasukan racun atau semacamnya kan?" Tuduh Xueyang. Karena jika tidak salah ingat, senior didepannya ini adalah seseorang yang paling sering mencari masalah dengan Wei Wuxian.

Siapa yang tau dengan apa yang akan dilakukan manusia es itu pada sahabatnya, kan?

Semacam guna-guna mungkin? Mengingat adegan laknat yang tadi dia lihat saat disungai.

Wangji sendiri tidak terlalu tertarik untuk membalas tuduhan kekanakan Xueyang, ia masih menyodorkan mangkuk itu pada Wei Wuxian yang tak juga mengambilnya, "cepatlah, tanganku mulai pegal."

Wei Wuxian berdecak, ia mengambil mangkuk yang ternyata berisi cream soup lalu membauinya.

"Tidak ada racun didalamnya, kau bisa tenang."

Wei Wuxian mendengus mendengar nada datar menjengkelkan Wangji, ia mencicipi sup pemberian seniornya dan seketika rasa hangat terasa menyebar dari mulut hingga rongga pencernaannya. Sedikit banyak membuat rasa dingin yang sejak tadi menggerogotinya sirna perlahan-lahan.

"Xian Xian, aku juga mau mencobanya, aa~" Xueyang membuka mulutnya lebar-lebar, meminta Wei Wuxian untuk menyuapinya. Tanpa protes pemuda itu menuruti keinginan Xueyang, menyuapkan krim sup pemberian Wangji ke mulut Xueyang yang terbuka.

Dan disini, Lan Wangji, berdiri sambil memperhatikan adegan itu dengan perasaan tak karuan.

Entahlah, dia juga tidak mengerti dengan apa yang dirinya rasakan. Yang pasti saat ini ia ingin sekali menendang bocah petakilan itu menjauh dari sini.

"A Yang! Cepat kemari dan bantu Gege!"

Teriakan Huacheng dari kejauhan sudah seperti nyanyian surga ditelinga Wangji. Bocah itu segera melap mulutnya dan meminum air putih yang sepertinya milik Wei Wuxian sebelum berlari tergopoh ke arah teriakan Huacheng.

Meninggalkan Lan Wangji dan Wei Wuxian berdua.

Wei Wuxian tampak tak terlalu peduli sepertinya, terlihat dia yang kembali menikmati sup dimangkuknya tanpa menghiraukan Wangji sama sekali.

"Bagaimana?" Tanya Wangji setelah keheningan cukup lama, kini ia sudah duduk dikursi yang tadi Xueyang tempati.

"Enak." Wei Wuxian hanya membalas singkat, "apa kau membuat ini khusus untukku?"

"Ya- a apa?"

Melihat Wangji yang tiba-tiba menjadi gugup membuat Wei Wuxian tertawa seketika. Oh, kenapa seniornya ini bisa bertingkah kikuk begini? Kemana image mengerikkan yang biasanya Wangji tunjukan dihadapan dirinya?

"Apa itu artinya tidak? Yah, tidak masalah juga sih. Kenapa juga kau harus membuat ini khusus untukku kan? Tidak seperti-"

"Aku membuatnya khusus untukmu."

Wow, sebuah pengakuan yang cukup mengejutkan.

Wei Wuxian bahkan sampai melotot tanpa sadar dan hampir menjatuhkan mangkuk ditangannya begitu mendengar pengakuan Wangji yang cukup frontal.

Mereka berdua saling menatap dalam atmosfir canggung, Wangji yang baru saja sadar dengan apa yang ia ucapkan seketika berdehem sambil mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Mungkin juga mempertanyakan akal sehatnya karena telah mengucapkan hal memalukan seperti tadi.

Tak jauh beda dengan Wei Wuxian yang segera melengoskan wajahnya, ia meletakan mangkuknya di meja terburu-buru lalu meneguk air putih dalam botolnya cepat.

Apa-apan dengan situasi sialan seperti ini? Rasanya aneh dan sangat mengganggu. Apalagi ketika sekelebat ingatan tentang kejadian tadi pagi ikut melintas di enaknya.

Perasaan Wei Wuxian semakin tidak karuan dengan debaran yang tiba-tiba saja mengguncang dadanya.

Hoy jantung! Santai dong!

"Kau cukup pandai memasak ternyata." Wei Wuxian angkat bicara setelah keheningan yang canggung diantara mereka. Dia tidak ingin terus-terusan terjebak dalam situasi seperti ini dengan Lan Wangji, maka dari itu ia hanya mengatakan apapun yang ada dikepalanya.

"Aku hanya memasak krim sup instan." Jawab Wangji, suaranya masih terdengar tenang seolah dia tidak merasa terganggu dengan situasi yang membuat Wei Wuxian tak karuan.

Padahal jika dilihat lebih teliliti kau akan menemukan daun telinga Wangji yang sudah berubah merah.

"Ah, aku sudah menebaknya sih."

"Maksudmu aku tidak pandai memasak?"

Wei Wuxian langsung menoleh ke arah Wangji dengan alis menukik heran, merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja Wangji katakan, "Qianbei, kenapa kau sepertinya terdengar jengkel?"

"Aku tidak jengkel."

"Lihat, kau seperti sedang merajuk."

"Kenapa aku harus merajuk?"

"Waaah, apa ini benar-benar kau?"

"Aku-"

kicep.

Wangji gelagapan, tidak tau apa yang harus ia katakan sekarang. Sistem kerja otaknya mendadak mengalami malfungsi. Susunan kalimat dikepalanya menjadi tak Koheren apalagi ketika melihat iris abu-abu juniornya semakin memicing.

Wangji seolah tengah dilucuti oleh tatapan Wei Wuxian. Ia merasa jika mereka berada dalam situasi ini lebih lama lagi, maka juniornya itu bisa membaca seluruh pikirannya dengan mudah.

Ck, apa yang sebenarnya kupikirkan?!

Lan Wangji frustasi sendiri.

Brak

Wei Wuxian berjengit terkejut ketika Wangji dengan tiba-tiba meninju meja kayu dihadapan mereka hingga terdengar suara retakan disusul benda-benda diatasnya yang berjatuhan ke atas rumput.

"Oy oy! Kau bisa menghancurkan mejanya, Qianbei!" Protesnya namun juga merasa takjub disaat bersamaan dengan tenaga Wangji yang sanggup membuat meja kokoh ini retak dengan hanya satu pukulan. Saat mengalihkan tatapan pada seniornya, Wei Wuxian seketika menahan napas.

Ey, menyeramkan.

Wajah dinginnya semakin terlihat suram saat ini.

Tanpa berkata apapun lagi Wangji berdiri dari tempatnya meninggalkan Wei Wuxian begitu saja.

Ekspresinya melongo melihat kepergian Wangji, "ada apa dengannya? Apa orang dewasa boleh selabil itu?"

Wei Wuxian benar-benar tak habis pikir.

.
.
.

Lan Wangji merasa kacau.

Ia mempertanyakan perasaannya yang ia pikir mulai bergerak ke arah yang tak seharusnya.

Kenapa?

Kenapa ia merasa begini pada Wei Wuxian?

Bocah bandel paling menjengkelkan yang pernah ia temui!

Bukannya tidak mengerti, hanya saja Wangji ingin menyangkalnya habis-habisan.

Dirinya, sama sekali tidak mengerti.

Apa hanya karena beberapa kalimatnya tadi malam?

Atau,

Karena dia mengingatkannya pada Bunny dalam beberapa poin?

Wangji tidak mengerti.

Ia tidak ingin memiliki perasaan seperti ini pada makhluk mengerikan seperti Wei Wuxian.

Tapi juga-

"Tidak, lupakan. Aku hanya menyukai Bunny."

Ia harus mengingat setiap perilaku kurang ajar bocah itu.

Tidak, bahkan dalam mimpi paling liarnya sekalipun tak seharusnya ia memiliki perasaan pada bocah Badung itu.

"Wangji, apa yang kau lakukan disana?"

Suara Huacheng terdengar dibelakang tubuhnya. Ketika ia berbalik, dirinya menemukan hampir semua peserta summer camp tengah menatapnya heran.

Dan saat ia menunduk, Wangji baru menyadari bahwa sejak tadi ia melamun diatas banner yang hendak dipasang oleh panitia summer camp untuk acara berburu harta Karun yang akan mereka lakukan tepat setelah sarapan.

Seketika ia merasa telah menjadi orang paling konyol karena ditatap sedemikian rupa oleh banyak orang, terlebih ketika telinganya menangkap tawa tertahan dari beberapa orang.

Apa kebodohan bisa menular?

Rasanya Wangji ingin pergi ke sungai dan menenggelamkan diri dibawah sana saat ini.

.
.
.

"Baiklah, sebelum kita memulai acara berburu harta Karun ada beberapa peraturan yang harus kalian patuhi." Salah seorang pembina berdiri dihadapan para peserta yang telah berbaris rapi lengkap dengan tas berisi peralatan yang mereka butuhkan selama acara ini berlangsung.

"Kalian akan mencari benda misterius yang telah ditandai pada peta yang nanti akan memandu kalian."

"Kalian bebas menjelajahi area hutan yang ada di peta, tapi ingat jangan sampai terpisah dari partner kalian masing-masing dan jangan mendekati area perbatasan hutan. Tanda biru yang mengelilingi jalur peta adalah batas kalian bisa bergerak bebas, selebihnya merupakan area terlarang, mengerti?"

"Yes, sir!" Suara mereka terdengar kompak.

"Setelah menemukan semua benda yang ada di peta, kembali berkumpul dititik ini. Semua peserta harus kembali ketempat ini jam tiga sore, mengerti?"

"Yes, sir!" Sekali lagi mereka menjawab serempak.

Pembina itu mengangguk puas, ia lalu meminta dua orang panitia untuk mengambil kotak yang terbuat dari kardus yang telah dihias sedemikian rupa serta terdapat lubang yang muat satu tangan untuk merogoh benda entah apa didalamnya.

Ia meminta panita tersebut untuk berkeliling ke setiap barisan peserta. Yang dibagi menjadi dua kelompok terpisah, barisan senior dan barisan junior, lalu meminta masing-masing dari mereka untuk mengambil sebuah lipatan kertas didalamnya.

"Kertas ditangan kalian yang akan menjadi penentu siapa yang akan menjadi pasangan kalian dalam menjalankan misi ini. Terdiri dari satu senior dan satu junior."

Para peserta mulai terdengar ricuh, mereka saling berbisik penasaran tentang siapa yang akan menjadi pasangan mereka. Berharap bukan seseorang yang merepotkan.

Atau malah mendapatkan partner mengerikan seperti Wei Wuxian, oh itu adalah mimpi buruk diatas mimpi buruk. Bisa-bisa mereka malah berakhir manjadi umpan bagi binatang buas.

Tapi, untungnya bocah itu tidak pernah ikut berpartisipasi dalam permainan ini. Setidaknya mereka bisa bernapas lega dengan fakta itu.

"Sekarang, buka kertas ditangan kalian dan jangan biarkan siapapun tau isi kertas milik kalian. Setiap Junior dan senior akan memiliki kertas yang sama, dan itu yang akan menjadi penentu kalian sebagai pasangan. Okay, dimulai dari sisi kanan barisan junior, satu persatu maju kedepan dan perlihatkan kertas milik kalian, mulai!"

Sesuai perintah, satu persatu dari mereka mulai berbaris kedepan, memperlihatkan isi kertas mereka lalu orang yang merasa memiliki isi yang sama akan ikut maju dan membentuk barisan baru bersama pasangan misi masing-masing.

Terlihat beberapa yang mengeluh karena mendapatkan partner yang tidak mereka harapkan. Seperti Wang Linjiao yang sudah mencak-mencak risih tak terima karena harus berpasangan dengan senior genit dan terkenal tukang tindas, Wen Chao.

Dan kebanyakan lainnya merasa antusias karena berpasangan dengan seseorang yang bisa mereka andalkan satu sama lain.

"Xueyang, rubah."

Dari barisan senior, Huacheng berjalan sembari mengacungkan kertas miliknya. Xueyang yang melihat itu langsung berjingkrak kegirangan dan langsung menghambur memeluk Huacheng yang hanya bisa tertawa maklum dengan tingkah hyper sahabat adiknya.

"Gege, aku sangat beruntung karena bukan tante-tante genit yang akan menjadi pasanganku!"

Bocah itu mengabaikan pelototan protes daei senior perempuan yang merasa tersinggung dengan kalimat kurang ajarnya.

Tapi memang apa pedulinya? Mereka kan memang mengerikan Dimata Xueyang, ckck

"Ssstt, jaga ucapanmu." Peringat Huacheng, Xueyang hanya membalasnya dengan cengiran tanpa dosa.

"Satu orang selanjutnya dari barisan senior maju."

Kini giliran Wangji, ia berjalan ke arah depan kemudian memperlihatkan kertasnya.

"Lan Wangji, kelinci."

Namun tak ada yang maju. Mereka yang masih berada dibarisan saling tatap, mencari seseorang yang memiliki kertas berisi gambar kelinci.

"Ah, andai saja aku yang memilikinya." Keluh beberapa gadis yang berharap bisa berpasangan dengan senior tampan seperti Wangji. Itu pasti akan menjadi momen paling membahagiakan. Dan siapa tau bisa menjadi gerbang awal menuju kisah cinta yang akan membuat siapapun merasa iri.

Hoy bangun, nak!

"Kelinci? Apa tidak ada yang memilikinya?" Sekali lagi pembina mengkonfirmasi, hampir ia memasangkan Wangji dengan yang lain saat Wei Wuxian berjalan dari barisan paling pojok ke arah depan, menyerahkan kertas berisi gambar kelinci yang sama dengan milik Wangji.

Semua orang yang ada disana terperangah.

Ini adalah sesuatu yang mengejutkan, mengingat bocah itu sama sekali tidak pernah ikut berpartisipasi dalam kegiatan semacam ini. Anak itu biasanya hanya akan menghabiskan waktu sendirian di tendanya, dan tak jarang melakukan hal-hal menyebalkan dengan menjahili barang milik peserta yang sedang melakukan misi sampai-sampai membuat mereka semua was was, menebak apa yang telah bocah itu lakukan sekembalinya mereka ke tenda.

Bahkan sang pembina yang sejak tadi bawel memanggil ikut tertegun. Agak was was juga bagaimana nasib acara ini jika sampai anak ini ikut berpartisipasi? Ia berharap semoga Wei Wuxian tidak melakukan tindakan yang aneh-aneh.

Wei Wuxian yang menyadari Hujaman atensi dari berbagai sisi berdecak, iris abu-abunya berputar memindai semua orang yang ada disana dengan tatapan jengah, "Kenapa dengan wajah bodoh kalian? Tidak seperti aku akan melakukan sesuatu yang berbahaya."

Twitch

Bahkan ini belum mulai dan mereka sudah dibuat jengkel.

Wei Wuxian menyeringai melihat wajah pucat mereka, namun bahkan belum sempat dirinya mengucapkan kalimat lanjutannya tanpa diduga Lan Wangji sudah membungkam mulutnya dengan telapak tangan.

"Berhenti mengoceh." Katanya dingin..

Wei Wuxian merotasikan matanya dan menyingkirkan tangan seniornya kasar. Inginnya sih memaki, tapi ya sudahlah, bukan saat yang tepat untuk menghabiskan tenaga bermain bersama orang-orang idiot itu.

Setelah memastikan jika Wei Wuxian sudah jinak, pembina itupun memberi perintah agar para peserta segera masuk ke area hutan.

"Misi, dimulai!" Disusul dengan lengkingan Pluit yang memekakkan telinga.

Mereka berbondong-bondong masuk ke area hutan. Tampak sangat antusias bahkan sampai berlarian kecil ingin segera sampai ke lokasi pertama.

"A Xian, berhati-hatilah selama di hutan." Huacheng menghampiri adiknya dan mewanti-wanti, ia khawatir karena ini adalah kali pertamanya mengikuti kegiatan seperti ini.

"Gege, aku bukan anak kecil. Aku tau apa yang harus aku lakukan."

"Jangan sampai terluka atau nanti aku akan sangat sedih, Xianxian~"

Wajah Wei Wuxian seketika menjadi masam, "setiap hal yang keluar dari mulutmu benar-benar menjengkelkan. Pergi sana!" Kakinya mencoba menendang Xueyang namun bocah itu berhasil berkelit dan kini malah mengejek dibalik punggung Huacheng.

Putra kedua Wei hanya bisa menggaruk pelipisnya maklum kemudian menyeret Xueyang pergi, "Wangji, tolong jaga adikku, ya?" Pintanya sambil lalu.

Wangji melirik Wei Wuxian yang juga tengah menatapnya, "apa? Jangan memperlakukanku seperti anak kecil!" Protesnya galak sambil hendak merebut peta ditangan Wangji, namun pemuda itu langsung mengangkat kertas ditangannya tinggi-tinggi.

"Hoy, aku juga mau lihat petanya!" Ia berjinjit, kadang sampai melompat-lompat kecil demi bisa meraih benda itu.

Sialan, kenapa seniornya bisa setinggi ini sih? Apa dia sering makan tiang atau semacamnya?

"Aku seniormu, aku yang memutuskan siapa yang akan membaca peta." Ujung telunjuk Wangji mendorong dahi Wei Wuxian menjauh.

"Apa katamu? Hey, ini diskriminasi namanya!!"

"Apanya yang diskriminasi? Kau tidak dengar tadi kakakmu bilang apa?"

"Kubilang jangan memperlakukanku seperti anak kecil!"

Namun Wangji hanya mengabaikan protesan juniornya. Pemuda itu melenggang begitu saja meninggalkan Wei Wuxian yang terperangah ditempatnya berdiri.

"Woah, kenapa kau sangat menjengkelkan, ya?" Sindir Wei Wuxian sambil menyusul langkah seniornya yang sudah cukup jauh.

Wangji fokus membaca peta digangannya, kadang meatanya berkeliling mencari arah, lalu kembali ke peta. Tak jarang juga mereka mundur dan berbelok ke arah berlawanan dari jalan yang tadi mereka ambil.

Sementara Wei Wuxian hanya bisa mengekor, percuma proteslun hanya akan dianggap angin lalu.

"Kau yakin kau bisa membaca peta?" Akhirnya ia buka suara karena mereka tak kunjung mendapatkan sesuatu, sementara dari kejauhan Wei Wuxian sudah mendengar teriakan selebrasi dari beberapa kelompok yang tampaknya berhasil menemukan sesuatu.

"Kyaaaaa!!!!!"

"Jiao Jiao, peluk aku, aku akan menyingkirkan bangkai musang itu untukmu!"

Dari balik semak-semak Wei Wuxian melihat adegan menjijikan antara Wang Linjiao dan Wen Chao, ditambah pekikan cempreng milik gadis itu yang seperti hendak menghancurkan telinganya.

"Oy! Jika ingin berbuat mesum sebaiknya lakukan saja ditempat lain!" Teriak Wei Wuxian, seketika dua orang itu langsung memalingkan wajah padanya.

"Tutup mulutmu bocah!"

Wei Wuxian menyeringai kecil, apalagi ketika mihat sesuatu menggeliat dipakaian gadis menor itu.

"Wow, ternyata kau suka mengoleksi ulat, ya?"

Dan setelahnya, pekikan yang lebih dahsyat menggema di hutan luas itu.

Wang Linjiao pingsan menghantam dedaunan kering dibawahnya, dan Wen Chao yang hanya cengo memandang gadis itu.

Wei Wuxian tertawa hebat.

Oh, ternyata acara seperti ini cukup menyenangkan.

Beda lagi dengan Lan Wangji, ia menahan diri untuk tidak mengkasari Wei Wuxian dan memilih untuk menyeret bocah itu menjauh dari sana.

"Oy oy! Apa yang kau lakukan?! Kau pikir aku kucing sampai diseret begini?!" Ia menepuk-nepuk kerah pakaiannya dimana Wangji menyeretnya, namun seniornya sama sekali abai.

"Setidaknya saat disini jangan membuat orang lain jengkel." Titah Wangji tegas.

"Aku bahkan tidak melakukan apap-"

Wei Wuxian tak melanjutkan sanggahannya saat merasa cengkraman di kerah bajunya kian erat, "baiklah, tuan senior. Apapun yang kau katakan." Setelahnya barulah Wangji melepas cengkeramannya.

"Uhuk, ah, kau benar-benar senior yang mengerikan!" Wei Wuxian mengusap bagian area lehernya yang terasa sakit, cengkraman orang itu memang tidak main-main.

Wangji sama sekali tidak mempedulikan gerutuan junior badungnya itu dan memilih fokus pada jalur peta yang sedang coba ia terjemahkan.

Lan Wangji merupakan sosok yang sangat pintar, itu adalah fakta yang jelas. Tapi jika itu menyangkut sesuatu yang menyangkut alam bebas dan semacamnya ia harus mengatur ulang kembali isi otaknya.

Selama ini dirinya selalu dikurung dibalik dinding-dinding tembok yang tinggi, tidak pernah menjelajah dunia luar selain apa yang ia baca dan tonton dari beberapa tayangan.

Dan sekarang, ketika ia memiliki kesempatan untuk merasakan langsung petualangan alam bebas yang selama ini hanya menjadi angan-angannya seketika ia merasa buntu.

Meskipun peta ditangannya tampak sederhana, Dimata Lan Wangji itu terlihat seperti rangkaian rumus yang harus dipecahkan.

"Hey tuan senior, apa kau menyadari sesuatu?"

Wangji mengangkat wajahnya dari peta yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya, menatap Wei Wuxian yang tampak sangat bosan.

"Apa?"

Wei Wuxian tak langsung menjawab, melainkan mengacungkan telunjuknya pada sebuah pohon berdahan rendah didekat mereka.

"Kenapa dengan pohon itu?" Wangji sama sekali tidak memahami apa maksud juniornya itu, apa dia ingin tidur di atas sana?

Wei Wuxian seketika sweatdrop melihat ekspresi Wangji yang tampak polos menyerempet bodoh.

Apa dia boleh menghajar seniornya?

Pemuda itu menarik pita merah yang melingkar di dahan pohon lalu menunjukannya tepat ke wajah Wangji yang langsung mundur secara refleks, "kita sudah melewati tempat ini sebanyak tiga kali!! Aku bahkan menandainya dengan benda ini!!" Wei Wuxian memekik gemas, hampir saja membuat Wangji terjungkal akibat jarak wajah mereka yang terkikis.

"Benarkah?"

"Oh ya tuhan!" Wei Wuxian menepuk kepalanya frustasi.

"Berikan petanya padaku!"

"Tidak, ayo lewat sini." Wangji sama sekali tak menghiraukan racauan jengkel juniornya, Wei Wuxian mengikuti Wangji sambil uring-uringan.

"Hoy tuan senior-"

Kalimat Wei Wuxian tiba-tiba terpenggal. Buru-buru tangannya meraih ransel Wangji dan menahannya agar tidak melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi.

"Ada apa la-"

"Sstttt!" Telunjuk Wei Wuxian menyegel bibir Wangji, ekspresinya tampak was-was dengan tatapan awas memindai sekeliling mereka.

"Ada apa?" Wangji kembali bertanya, ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kini dilakukan juniornya itu, namun begitu ia tetap menurut ketika Wei Wuxian menarik tubuhnya untuk merunduk dibalik semak-semak.

"Apa yang-"

"Diam." Bisik Wei Wuxian gemas.

Tak lama kemudian, barulah telinga Wangji bisa menangkap suara dengusan napas kasar yang ganjil. Disusul retakan dahan pohon kering yang terinjak didekat mereka.

Wangji melirik Wei Wuxian, seolah bertanya tentang apa yang terjadi.

"Babi hutan." Ujar Wei Wuxian dengan suara yang semakin kecil, dan jawaban itu sukses membuat kedua mata Wangji membulat terkejut.

B-babi hutan?

Bukankah hewan itu sangat berbahaya?!

Kenapa bisa ada babi hutan di area hutan tempat berkemah seperti ini?!

"Sepertinya kita sudah masuk ke area terlarang." Wei Wuxian seolah bisa membaca pikirannya.

Hal itu membuat hati Wangji seketika dirundung rasa bersalah dan penyesalan, ia merasa bertanggung jawab karena telah membuat mereka mengalami hal ini.

"Hey tuan senior, mundur perlahan-lahan. Tetap membungkuk dan jangan sampai menimbulkan suara yang bisa menarik perhatian hewan itu, mengerti?"

Wangji tak memiliki pilihan selain menurut, ia mendengarkan perintah Wei Wuxian, mengikuti juniornya yang sudah bergerak lebih dulu.

Satu langkah

Dua langkah

Tiga langkah

Mereka hampir berhasil keluar, Wangji bisa melihat jalan setapak lain yang bisa mereka jadikan sebagai tempat pelarian.

"Wei-"

Krak!

Mereka berdua terkejut, Wei Wuxian seketika melirik kebagian kaki Wangji yang baru saja menginjak dahan pohon hingga menimbulkan suara cukup keras.

"Oh tidak." Wajah Wei Wuxian memucat.

Hewan buas berbadan besar dengan dua taring mencuat dari mulutnya sudah menyadari eksistensi mereka dan sepertinya bersiap menyeruduk mereka sampai mati.

"Lari!!"

Wangji menggenggam tangan Wei Wuxian erat, berlari dari kejaran babi hutan yang cepat sampai hampir menyusul mereka.

Wangji panik, ia tidak menemukan jalan yang bisa mereka gunakan untuk melarikan diri.

Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah menerobos semak-semak yang cukup tinggi didepan mereka.

Secara refleks, Wangji meraih Wei Wuxian kedalam pelukannya lalu melompat melewati semak-semak itu.

Tubuh keduanya berguling, Wangji berusaha melindungi kepala Wei Wuxian agar tidak terbentur.

Ia pikir, dirinya sudah mengambil keputusan yang salah, untuk kesekian kalinya.

Tubuh kedua orang itu berguling menuruni jurang yang untungnya tidak terlalu curam, namun tidak dangkal juga.

Pakaian mereka sudah lusuh.

Hal terakhir yang Wangji ingat sebelum kegelapan merenggutnya adalah suara erangan Wei Wuxian, juga usapan lembut dipipinya.

Apa mereka akan mati dengan cara konyol seperti ini?

Terlebih, ini akibat kesalahan Wangji sendiri.

Gelap.

.
.
.

TBC (´ . .̫ . ')

Continue Reading

You'll Also Like

6.8K 1.1K 9
Yizhan fanfic BxB 🚨 Setelah 11 tahun akhirnya Xiaozhan kembali bertemu dengan seseorang yang pernah dan masih menjadi pemilik hatinya di sebuah rest...
243K 30.4K 24
Kenal Lee Jeno? Bukan . . . Bukan member NCT Mimpi Itu lho, Predir perusahaan ternama yg gantengnya kaya jodoh bersama Ternyata . . Dia bucin sejati...
71.5K 8.4K 64
Series 1 of Subject Series [COMPLETED] Mo Dao Zu Shi Fanfic Pair: Nie Ming Jue×Jin Guang Yao Rate: T A/N: mungkin akan sedikit ooc karena author baru...
4.2K 415 4
Aku hanya mengaguminya tidak lebih dan mengagumi bukan berarti aku harus memilikinya Kisah pendek Narusasu Bagi yang homopobic mending di skip aja Ba...