Forever Mine

By 23gwen

4.7M 208K 10.8K

"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya... More

prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Tolonggg yaaa
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 34

78.5K 3.6K 161
By 23gwen

Sean POV

Aku merasakan tubuhnya gemetaran begitu aku mengatakan bahwa Melisa terlibat dengan ini semua, aku merasakan sakit didadaku ketika melihat dia begitu tersiksa seperti saat ini. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ditakutkannya dengan keluargaku, aku tahu jika keluargaku hancur dan tidak akan ada kemungkinan lagi untuk membuatnya lebih baik dari saat ini, tapi kenapa dia begitu ketakutan hanya dengan mendengar nama Melisa. Aku bahkan mulai berpikir jika keputusanku untuk menerima tawaran Melisa melanjutkan studiku di London adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Aku tidak tahu apa yang telah Melisa lakukan pada Ashley selama empat tahun aku berada disana, sejak saat itulah aku sadar bahwa semuanya terasa begitu salah, Ashley tiba-tiba saja menjadi orang yang berbeda saat aku kembali. Aku menanyakan padanya apa yang telah sebenarnya terjadi ketika aku pergi tapi dia hanya mengeluarkan senyuman palsunya dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.

Kini dia berada di pangkuanku ketika kami berada diruanganku, aku tidak mengijinkannya kembali karena aku tidak ingin dia berada jauh dariku, rasanya memang begitu hampa saat dia pergi aku tidak pernah bercanda dengan kata-kataku. Aku memandangnya yang kini telah tertidur pulas di dadaku sejak tadi, dia pasti merasa dihiraukan sejak tadi karena aku hanya menfokoskan mataku pada komputerku tadi dia tidak tahu jika setiap detik dalam hidupku aku selalu memikirkannya, dia tau hal itu hanya saja dia menolak untuk mengerti. Aku membelai kepalanya dan menyingkirkan anak rambutnya yang menghalangiku untuk memandang wajah cantiknya. aku terdiam melihat wajahnya untuk waktu yang sangat lama, aku berusaha meresapi setiap bagian dari wajahnya, mata tajamnya yang sempurna, hidungnya mancungnya, bibirnya yang sangat menggairahkan, pipinya yang selalu merona bahkan tanpa sapuan make-up sekalipun, dia begitu sempurna.

Aku mengangkat tangannya yang terkulai lemas di pangkuannya sendiri dan aku melihat bekas luka disana, luka yang telah kubuat ketika aku menemuinya di California, aku sangat marah saat itu sampai-sampai aku tidak bisa berpikir jernih, itu untuk pertaman kalinya aku kehilangan kendali atas diriku. Ashley adalah satu-satunya wanita yang bisa membuatku merasakan perasaan seperti itu, perasaan putus asa dan kacau yang sangat membuatku seperti terjatuh kedalam lubang hitam yang gelap. Perasaan itu yang pertama kali muncul saat aku tidak bisa menemukannya dimanapun ketika aku bangun dipagi hari dia meninggalkanku, aku hidup seperti orang gila, aku melupakan semua pekerjaanku dan memutuskan untuk mencarinya bahkan sampai keujung dunia, aku bahkan berpikir akan mundur dari jabatanku hanya untuk mencarinya. Hanya Ashley yang bisa melakukannya, hanya dia yang bisa membuatku hancur hanya dengan meninggalkanku. Aku memeluknya karena merasakan perasaan sesak itu mulai melingkupiki, aku memeluknya dengan keseluruhan jiwa dan ragaku, berharap dia akan merasakan betapa aku mencintainya, bahkan aku tidak perduli jika nantinya dia akan terbangun karena pelukanku itu.

Tubuhnya bergerak sedikit setelah entah berapa lama aku memeluknya, aku menunggu apa yang terjadi berikutnya dan beberapa saat kemudian aku tahu jika dia telah tertidur kembali, aku mengecup pelipisnya dan mendekapnya lagi kedalam pelukanku. Aku sangat mencintai gadis ini, semuanya terasa sulit ketika dia tidak mencintaiku, tapi semua terasa lebih buruk lagi ketika dia pergi meninggalkanku. Aku bahkan bisa merasakan bagian dalam diriku terbakar ketika aku tahu jika dia meninggalkanku, itu adalah pengalaman yang sangat menyesakkan untukku, aku bahkan tidak pernah membayangkan aku akan mengalaminya, dan Ashley-lah yang membuatku mengalaminya.

Suara ponselku berbunyi nyaring dan aku dengan cepat mengangkatnya sebelum bunyi itu membangunkan kesayanganku, aku bahkan sempat menahan nafas berharap jika dia akan tertidur kembali dan tidak menggubris suara tadi, aku melihat kerutan berbentuk V di antara alisnya dan dengan lembut aku menciumnya. Aku tersenyum ketika dia tidak terbangun dengan gangguan itu, entah untuk berapa lama aku menikmati pemandangan menakjubkan yang terpampang didepanku ini, dia terlihat begitu indah saat ini. Aku melihat ke layar ponselku ketika aku akhirnya tersadar, aku melihat nama Melisa terpampang disana, dia mungkin mengakhiri panggilannya karena aku tidak kunjung menjawabnya. Aku meletakkan lagi benda sialan itu setelah menonaktifkannya terlebih dahulu, aku tidak ingin siapapun mengganggu kesayanganku saat ini.

Aku menyibakkan rambut halusnya yang berkali-kali terjatuh dan menghalangiku memandang wajah cantiknya, aku mengerutkan keningku tidak suka ketika sesuatu menghalangiku memandangnya entah apapun itu. Perlahan-lahan aku mulai merasakan rasa hangat menjalar dalam dadaku, perasaan yang sudah sering kurasakan selama enam tahun belakangan ini ketika aku bersamanya, wajahnya terlihat begitu manis dan damai saat dia terlelap dalam tidurnya, dan aku lebih bahagia lagi karena dia tidur dipelukanku dan dipangkuanku. Aku memeluk tubuhnya perlahan dan memejamkan mataku selama beberapa saat untuk menikmati rasa hangat didada ini yang terasa sangat nyaman setiap detiknya. Semua terasa lebih baik setiap waktunya ketika dia didekatku. Oh tuhan aku benar-benar mencintainya, aku bisa bersumpah demi apapun juga, aku sangat mencintainya bahkan lebih dari apapun yang bisa kugambarkan. Perasaan ini sangat nyata, lembut, dan nyaman, sangat nyaman hingga aku rela melakukan apapun untuk terbuai lebih lama lagi dalam dunia indahnya lebih lama lagi.

Aku pernah membaca beberapa kutipan novel roman yang mengatakan bahwa jatuh cinta itu seperti kecanduan, kata-kata itu sempat berhasil membuatku jijik selama berminggu-minggu karena kata-kata itu terus terngiang di pikiranku dan tidak mau pergi menjauh. Dan saat ini dengan Ashley berbaring dipangkuanku, untuk pertama kalinya aku mengingat kutipan itu lagi, tapi hal ini sungguh jauh berbanding terbalik, karena yang kurasakan saat ini hanyalah kehangatan. Mungkin jatuh cinta itu memang membuat seseorang kecanduan, dan mungkin Ashley adalah candu untukku. Aku tersenyum merasa diriku sangat konyol karena mendapati diriku begitu memujanya.

Oh Tuhan dia benar-benar telah memiliki seluruh hidupku, dia benar-benar memilikiku seutuhnya, dia memiliku jiwa dan ragaku tanpa sedikitpun pengecualian. Aku telah menyerahkan semua yang ada pada diriku kepadanya, seluruh hidupku dan seluruh alam semestaku saat ini telah berada dibawah kakinya. Dia adalah seluruh duniaku, pusat dalam diriku dan semua yang aku butuhkan. Dia adalah bumiku, udaraku, matahariku, bulanku, darahku, penglihatanku, pendengaranku, langkahku, dan dia adalah ratu dalam hidupku, sedangkan aku, aku adalah hamba yang siap memujanya setiap saat dalam hidupku, setiap hembusan nafasku akan kugunakan untuk memuja dan mencintainya, setiap detik yang tersisa dalam hidupku akan kugunakan untuk menjaga dan memilikinya. Hal itu akan berlangsung sampai akhir hidupku tiba, dan bahkan setelah itu aku masih akan tetap memujanya dibawah kakinya. Karena selamanya dia adalah penguasaku.

Aku masih memandangi penguasaku saat sebuah ketukan dipintuku terdengar sopan dan tiba-tiba saja dibuka begitu saja bahkan sebelum aku berujar apapun, aku melotot marah ke arah Katy sekertarisku sementara dia menggigit bibirnya dan meringis penuh dengan rasa malu dan rasa bersalah di wajahnya, ya... dia memang pantas untuk hal itu karena kelakuan tidak sopannya, meskipun aku tahu dia tidak sengaja melakukannya karena pasti dia mengira bahwa Ashley telah kembali mengingat sudah dua jam lebih Ashley berada diruanganku, aku kembali memandang kesayanganku yang masih tertidur pulas, oh dear dia pasti sangat kelelahan, aku mengerutkan dahiku tidak suka mengingat hal itu lalu membelai pipi merona alaminya dengan lembut sebelum mengecupnya dahinya beberapa kali.

Pandanganku kembali kearah Katy setelah aku memastikan bahwa milikku baik-baik saja. Dengan pandangan mengintimidasiku aku menatapnya dan itu cukup berhasil karena aku melihat wajah ketegangan diwajahnya, dia bahkan tidak berani menatap mataku.

"Ada apa?" tanyaku dingin, dia beranjak dari tempatnya dan berdiri di depan mejaku, masih menggigit bibir bawahnya yang sekarang telah memucat itu dia mengulurkan sebuah map kulit berwarna hitam padaku.

"Aku membutuhkan tanda tangan anda Mr Blackstone" Katy berujar dengan suara bergetar yang tidak dapat ditutupinya, aku membuka map itu dan melihhat halaman pertama didalamnya.

"Aku mengerti, ada lagi yang kau butuhkan?"

"Tidak Mr Blackstone" Katy menjawab dengan terlalu cepat, pipinya kini semakin merona entah karena apa, aku kembali melihat berkas yang ada dimejaku dan setelah beberapa saat dia masih saja belum beranjak dari tempatnya berdiri, jadi aku menatapnya lagi dan menaikan sebelah alisku dan menatapnya dengan remeh, dan untuk kesekian kalinya dia masih berdiri mematung sambil menatapku.

"Kalau begitu tutup pintu ruanganku setelah kau keluar dari sini, Katy" aku mengusirnya dengan halus, tapi aku tidak bisa menahan nada suaraku yang terdengar sinis padanya. Aku tidak perduli akan hal itu, aku tidak membayarnya hanya untuk diam dan memandangiku.

"Tentu Mr Blackstone" Katy akhirnya sadar dan masih dengan wajah memerah akhirnya pergi dari hadapanku, aku menutup mataku untuk meredakan emosiku yang sedari tadi siap untuk meledak, aku tidak mengerti kenapa semua orang membuatku kehilangan kesabaran hari ini.

Aku tersadar ketika wanitaku menggeliat tidak nyaman di pelukanku, aku berusaha untuk menenangkannya tapi hal itu tidak berhasil karena dia telah membuka mata indahnya, dahinya berkerut untuk menyesuaikan cahaya yang ada di sekitar ruanganku, aku mengernyit tidak suka ketika dia terlihat susah payah membuka matanya. Beberapa saat kemudian dia telah sepenuhnya membuka mata indahnya, dan sekarang dia menatapku, sepenuhnya menatapku, oh tuhan... aku benar-benar akan memujanya seumur hidupku.

"Hei" suaranya yang terdengar serak nyaris membuatku gila saat itu juga, aku tersenyum sambil menghadiahinya sebuah kecupan di bibirnya yang terasa lebih lembut saat dia baru saja bangun tidur.

"Hai sayang" aku menjawabnya sambil kembali menanamkan ciuman di dahinya, dia berusaha menggeliat turun dari pangkuanku tapi aku tidak membiarkannya semudah itu lepas dariku.

"Tetap seperti ini" aku berkata dengan tegas dan dia mulai merosot kembali ke pelukanku, aku kmbali melingkarkan lenganku disekelilingnya membuatnya semakin meringkuk didalam dadaku, demi apapun didunia ini aku sangat suka jika dia bersandar padaku seperti ini, butuh beberapa tahun sialan yang panjang untuk membuatnya bersandar padaku seperti ini dan aku bersumpah tahun-tahun itu kujalani dengan penuh siksaan sialan yang sama sekali tidak mudah.

"Berapa lama aku tertidur?" suara lembutnya membuyarkan lamunanku, aku menunduk untuk melihat matanya dan mengecup dahinya cukup lama sebelum aku menjawab.

"Cukup lama sayang" aku berkata sambil mengubur wajahku di rambutnya, aku suka menghirup aromanya, dia beraroma sepertiku, seperti shampoo yang kugunakan, aku sangat menyukai kenyataan bahwa dia menggunakan shampoo yang sama denganku.

"Aku membuatmu kelelahan" dia berkata dengan menyesal.

"Kau membuatku tenang" aku membenarkannya lalu mencium leher jenjangnya, aku bahkan tidak bisa menahan diriku untuk menggigit kecil lehernya.

"Jangan menandaiku" dia berkata lirih sambil menangkup wajahku kemudian menciumku tepat di bibirku, aku kembali merasakan bibir lembutnya lagi, dia benar-benar candu untukku.

"Hmm, kau sangat menggoda"

"Aku tahu" dia berkata dengan seringai di wajahnya, dia benar-benar seorang dewi penggoda, oh tuhan... aku benar-benar ingin terjebak bersama wanita ini seumur hidupku. Aku membalas seringainya lalu menghadiahinya kecupan di pipinya berulang kali.

"Bukankah kau harus bekerja Mr Blackstone yang terhormat?" dia berkata sambil menjauhkan wajahnya dariku.

"Aku tidak bisa melakukan apapun karena kau terus saja berputar di pikiranku Ms Warren" aku kembali menarik pinggangnya agar aku bisa melihat wajahnya tapi dia malah mengeratkan lengannya yang melingkari leherku.

"Ayolah, biarkan aku melihat wajah cantikmu itu sayang" aku berkata dan mendengar dia tertawa kecil karenanya, dia tetap aja memeluk leherku dengan erat.

"Tidak" dia menjawab sambil tertawa, hatiku terasa bagaikan musim semi telah tiba saat aku mendengar suara menyenangkan itu keluar dari mulutnya, astaga.. dia adalah surgaku. Aku memeluknya tanpa ingin melepasnya lagi, aku merasakan dia mengendurkan lengannya dari leherku dan membungkuk untuk melihatku yang menyandarkan kepalaku di bahunya.

"Hey Mr Blackstone, kau tidak ingin bermain denganku lagi?" dia berujar sambil menggodaku untuk melanjutkan candaan kami.

"Tidak, memelukmu lebih menarik sayang" aku berkata sambil mencium bahunya.

"Tidakkk" rengeknya sambil menggeliatkan tubuhnya hingga dia kembali berhadapan denganku tapi dia menahan tanganku agar tidak menyentuhnya, aku menahan tawa melihatnya begitu gigih dengan usahanya.

"Aku mencintaimu Ashley, menikahlah denganku" aku mengatakan itu tanpa pikir panjang lagi, aku mengahatan itu karena hanya itulah yang aku pikirkan belakangan ini, oh tuhan aku benar-benar menginginkannya, sepenuhnya.

"Aku juga mencintaimu Sean Blackstone, berilah aku waktu lagi" dia berkata sambil menyapukan bibirnya di bibirku dengan lembut dan hanya itulah yang terjadi, aku melupakan apa yang ada disekitarku dan tenggelam dalam ciumannya yang memabukkan.

Aku pasti sudah lupa akan seluruh alam semesta ini jika aku tidak mendengar ketukan dipintu ruanganku, kesayanganku melepaskan ciumanku dengan nafas yang masih tidak teratur begitu juga denganku, oh astaga aku melihat bibirnya yang sedikit membengkak dan memerah karena ciuman kami.

"Damn!" aku berbisik sambil mencium bibirnya sekali lagi dan mengeratkan pelukan kami, dia bahkan terlihat tenang akan hal itu, dia tidak lagi mencoba untuk turun dari pangkuanku. Dia menyandarkan kepalanya di cekungan antara leher dan bahuku, tangannya memeluk pinggangku tanpa ingin melepasku lagi akupun melakukan hal yang sama padanya.

"Masuk!" aku berteriak hingga sedikit mengagetkannya, aku mengelus punggungnya untuk menenangkannya.

***

potong dulu dehhh

Makasih juga buat aranindy yang udah sempetin komentar,, komentarnya bikin aku semangat nulis, aku malah suka baca komentar yang panjanggggg, bikin ketawa2 sendiri bacanya, tapi itu bener2 bikin semangat jadi full lagi wkwkwkwk,

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 172K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
27.4M 543K 59
Warning⚠ 21+++ >Dibawah umur menjauh yaahh >Bijak dalam membaca entar gak kuat :) >Banyak typo bertebaran >Banyak umpatan kasar ~~~~~~~ D...
381K 37K 27
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
966K 58.4K 45
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...