Woman's Need

By WriteontheWall77

2.1M 21.6K 384

Kumpulan cerita pendek Only for 21+++ Disclaimer: adult romance, mature, sex scene More

Birthday Girl 1
Birthday Girl 2
Heartbreak Sex
Heartbreak Sex 2
You Belong in My Bed 1
You Belong in My Bed 3
Papaku, Kekasihku 1
Papaku, Kekasihku 2
Papaku, Kekasihku 3
My Lovely Girl
My Lovely Girl
My Lovely Girl
My Professor 1
My Professor 2
Acting, Go!
Acting, Go! 2
Acting, Go! 3
Acting, Go! 4
Swipe Right 1
Swipe Right 2
Dear Teacher 1

You Belong in My Bed 2

90.9K 775 0
By WriteontheWall77

Aku tidak menemukan Om Gavin di tempat dia biasa berdiri sewaktu membuka jendela. Ada rasa kecewa memasuki hatiku.

Sepanjang hari ini aku uring-uringan. Setelah gagal orgasme semalam, dan godaan Om Gavin pagi tadi, waktu terasa begitu panjang. Om Gavin sudah mulai bekerja. Aku enggak bertemu dia seharian ini. Aku sengaja berlama-lama di ruang tengah, menonton TV bareng Mama dengan tujuan menunggu Om Gavin pulang. Aku masih bertahan di tempat, dan baru beranjak ke kamar saat hampir tengah malam.

Tadi, kamar Om Gavin gelap. Sekarang lampunya menyala. Tandanya dia sudah pulang, tapi dia enggak ada di sana.

Aku merasa kecewa.

Bunyi pintu ditutup membuatku terkejut. Aku berbalik, dan napasku terkesiap saat melihat Om Gavin berada di sana.

Dia bertelanjang dada. Hanya memakai celana training yang menggantung ringan di pinggulnya.

Aku menelan ludah. Ini kali pertama aku melihat tubuh Om Gavin secara langsung. Dadanya dipenuhi rambut, yang membentuk garis lurus hingga menghilang ke balik celananya. Aku meneguk ludah saat melirik pangkal pahanya. Celana itu tidak bisa menyembunyikan tonjolan di baliknya.

Om Gavin beranjak menuju love seat di sudut kamar. Dia menumpukan kedua tangan di atas paha. Matanya tertuju kepadaku.

Perlahan, aku membuka kancing piyama dan menyibaknya. Aku tidak memakai pakaian dalam, sehingga langsung bertelanjang dada di depannya. Aku pun meloloskan celana piyama. Dalam sekejap, tubuhku telanjang di depan Om Gavin.

Matanya berkilat saat menatapku. Aku bisa merasakan hasrat terpendam di sana.

Belum pernah ada yang menatapku penuh nafsu seperti ini.

Aku menggerakkan kaki mendekatinya. Tanpa memutus tatapan, aku duduk di pangkuannya. Kedua kakiku terayun di kedua sisi tubuhnya.

"Om ke mana aja?" Tanyaku. Aku melingkarkan lengan di lehernya, duduk dengan tegak, sehingga payudaraku sejajar dengan wajahnya.

Aku menggerakkan tubuh. Kejantanannya terasa keras saat berada di bawah tubuhku.

Om Gavin tertawa. "Lembur."

Aku memasang wajah cemberut.

"Om enggak keberatan lanjut lembur lagi." Dia terkekeh. Om Gavin melirikku sekilas. Dia menjulurkan lidah dan menyentuh putingku. "Do you still wanna be my slut?"

Tanpa pikir panjang, aku mengangguk.

"Eila, kamu cantik. Tubuhmu menggiurkan. Seharian ini Om enggak bisa konsentrasi karena yang Om pikirin gimana rasanya kamu." Om Gavin merebahkan keningnya di pundakku. "I was hard all day."

Aku sontak tertawa.

Om Gavin mendelik. "Kamu ketawain, Om?"

Aku menggeleng meski masih tertawa.

"Next time, you're gonna moan my name," ancamnya.

Aku terkesiap ketika dengan tiba-tiba, Om Gavin menghisap payudaraku. Lidahnya mengulum putingku. Sesekali dia menggigitnya, menimbulkan rasa perih yang nikmat.

"Om..." desisku. Dia benar. Baru segini, aku sudah merintihkan namanya.

Tangannya yang bebas meremas payudaraku. Jarinya memelintir putingku, membuat napasku jadi berantakan.

Tanpa melepaskan pagutannya di payudaraku, Om Gavin memutar tubuhnya hingga kini aku yang berada di love seat. Om Gavin melepaskanku, membuatku mengerang protes.

Om Gavin berlutut di depanku. Dia menarik kakiku dan meletakkan kakiku di atas pundaknya. Wajahnya tepat berada di depan kewanitaanku.

"Shit, Eila. You have a beautiful pussy."

Aku tersentak saat Om Gavin menjulurkan lidahnya dan menyentuh klitorisku. Dia tidak memberiku waktu. Lidahnya menyerbuku. Menghisap. Mengecup. Dan mencumbuku.

Tubuhku menggelinjang saat meningkahi serangan lidah Om Gavin.

Ini pengalaman oral pertamaku.

"What?" Om Gavin bertanya.

Ternyata aku mengutarakannya keras-keras.

"Belum pernah ada yang menjilatimu di sini?" Tanyanya. Aku menggeleng, membuat Om Gavin tertawa. "Setelah ini, kamu akan ketagihan dioral."

Om Gavin kembali menyerbuku. Lidahnya memaksa masuk ke dalam lipatan vaginaku. Klitorisku yang membengkak menjadi sasaran serangannya. Bibirnya mengecupku dengan damba. Cambangnya memberikan rasa geli yang membuat hasratku makin menjadi-jadi.

Sementara On Gavin menyerang vaginaku, aku meremas payudaraku sendiri.

"Om..." desisku. Ada gelenyar di dalan tubuhku. Pertanda pertahananku tidak akan lama lagi. "Aku udah enggak kuat, Om."

Om Gavin mempercepat lidahnya. Aku tersentak saat merasakan ibu jarinya menyentuh klitorisku. Dengan lidah dan jarinya, Om Gavin menghancurkanku.

Tubuhku menegang. Aku tidak lagi bisa menahan dorongan hasrat yang menggebu. Gerakan Om Gavin semakin cepat, napasku tersengal-sengal, tanganku meremas payudaraku kian kasar. Aku menjepitkan paha, menahan Om Gavin agar tidak beranjak.

"Om, aku..." aku berteriak saat rasa puas itu menghampiri. Tubuhku bergetar hebat, membuatku harus menekan pundak Om Gavin erat-erat agar tidak melorot ke lantai.

Om Gavin memberikan satu ciuman yang dalam sebelum melepaskanku. Lama aku bertahan seperti ini, untuk meredakan napas dan menikmati rasa puas yang diberikannya.

Om Gavin menjilati bibirnya yang mengkilap karena cairanku. "Kamu enak."

Aku tersenyum. Lidahnya saja sudah membuatku seperti ini. Bagaimana kalau penisnya yang menghancurkanku?

"Masih mau kontol, Om?" Tanyanya. Pertanyaan retorik. Aku semakin menginginkannya.

Om Gavin mengangkat tubuhnya hingga berdiri di depanku. Dia menurunkan celananya. Kejantanannya yang menegang mencuat dengan angkuh di hadapanku.

Sesuai dugaan. Penis Om Gavin besar dan tebal. Urat yang bertonjolan membuat penisnya makin gagah. Kepalanya berkilat dengan cairan precum.

"Suka?"

Aku mendongak dan menatapnya, lalu mengangguk.

"Jangan dilihatin aja kalau suka."

Aku tersenyum. Aku pun berlutut di hadapannya. Kedua tanganku menangkupnya. Aku mengusapnya, merasakan penisnya berkedut di bawah sentuhanku.

"Gede banget, Om."

"Pernah hisap kontol sebelumnya?" Tanyanya.

Aku mengangguk. "Tapi, enggak ada yang segede ini."

Om Gavin tertawa. "Hisap kontol Om, Eila."

Tanpa disuruh dua kali, aku menjilati batang kejantanannya. Rasa lapar membuatku begitu bernafsu. Tidak ada kulit tersisa yang tidak merasakan lidahku. Aku memasukkan penis itu ke dalam mulut. Tidak semuanya bisa ditampung mulutku. Sisanya kugenggam dengan tangan sementara aku menghisapnya dengan penuh nafsu.

Om Gavin menekan bagian belakang kepalaku sementara aku masih memanjakannya di dalam mulutku.

"Mulutmu enak banget, La." Rintihan Om Gavin membuatku makin bersemangat. "La, lebih cepat."

Aku mengikuti keinginannya, mempercelat laju mulutku dalam memuaskannya.

Om Gavin melepaskanku. Tanpa menghiraukan protes, dia menggendongku lalu merebahkanku di atas tempat tidur. Tubuh telanjang Om Gavin tampak begitu besar saat berada di atasku.

"I want your pussy," desisnya.

"I want your cock," balasku.

"You have my cock, Eila. You'll beg for my cock." Om Gavin meraih bibirku dan menciumnya.

Om Gavin melumat bibirku. Lidahnya berpagut denganku. Sementara itu, jarinya menyentuh kewanitaanku.

"La, Om bersih. Kamu minum pil KB?" Tanyanya. Aku mengangguk. "Om enggak mau pakai kondom."

"Aku juga enggak mau Om pakai kondom," timpalku.

Om Gavin tertawa. "Bagus. Biar kamu puas rasain kontol Om."

Dia kembali menciumku. Sementara itu, Om Gavin mengusapkan kepala penisnya di bibir kemaluanku. Aku mengerang tidak sabar, ingin segera merasakannya.

Aku terkesiap saat Om Gavin melesakkan penisnya ke dalam tubuhku. Penisnya yang besar dan tebal membuatku merasa penuh. Om Gavin mendekapku dengan erat, sampai aku terbiasa dengan kehadirannya.

Lalu, Om Gavin menggerakkan penisnya keluar masuk tubuhku. Gerakannya cepat dan menghentak. Gelenyar di dalam tubuhku langsung terbangun. Seluruh sistem sarafku terjaga.

Aku menekan punggungnya yang liat dan berotot. Tubuhku bergerak mengikuti gerakannya, memberikan sensasi panas yang menggelora.

Desahan dan rintihanku, berpadu dengan geraman Om Gavin, juga bunyi kulit bertemu kulit.

Perutku melilit. Rasanya tak butuh waktu lama untuk merasa puas.

Om Gavin memutar tubuhnya. Dia berbaring, lalu memposisikanku berbaring telentang di atas tubuhnya. Aku merasa benar-benar terbuka.

Sementara Om Gavin terus menggenjotku dengan kasar dan cepat, tangannya meremas payudaraku.

"Susumu enak banget, La."

Aku mendesah saat Om Gavin menjepit putingku.

"Vaginamu lebih enak."

Aku hanya bisa menanggapi dengan erangan.

"Kamu suka kontol, Om?"

Aku mengangguk.

"Kamu mau kontol, Om?"

"Mau, Om," sahutku terbata-bata.

"Kamu enggak butuh dildo lagi. Ada kontol Om yang bisa bikin kamu puas."

Aku sudah tidak lagi memikirkan dildo dan vibrator yang tersimpan di dalam laci. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya aku bisa merasakan penis yang membuatku nikmat.

Om Gavin melepaskan dirinya. Dia memposisikan tubuhku seperti merangkak, lalu menyentakkan penisnya dari dalam.

Ini doggy style pertamaku.

Aku mengangkat wajah dan bersitatap dengan diriku sendiri di balik cermin. Aku bisa melihat tubuh kekar Om Gavin saat menggagahiku. Keringat membasahi dadanya yang berbulu. Tangannya menekan bokongku, sementara dia terus melesakkan penisnya.

Saat dia menangkapku sedang menatapnya, dia tersenyum. Om Gavin meraih rambutku dan menahan kepalaku.

"Look at that, you slut."

Aku mengerang. Pemandangan itu membuat nafsuku makin menjadi-jadi. Gerakan Om Gavin juga makin keras dan cepat.

"Om, aku udah enggak kuat," erangku.

"Enggak sekarang," geramnya.

Namun, gerakan Om Gavin yang menghantam sampai menyentuh titik sensitif di tubuhku membuatku semakin kewalahan.

Om Gavin bersandar di headboard dan menarikku untuk bersandar di dadanya. Dia menciumku sebelum beralih ke payudaraku. Om Gavin masih menghentakku dengan ganas.

"Om, please," pintaku.

Tubuhku makin sulit dikendalikan. Aku berteriak keras. Ucapanku makin tidak jelas.

Hingga akhirnya, Om Gavin membalik tubuhku hingga aku telentang. Dia mengangkat kakiku, hingga ada tempat bagi tubuhnya di antara kakiku. Gerakannya makin cepat. Sepertinya Om Gavin mulai kesulitan menahan diri.

"Om Gavin..." Aku berteriak menyebut namanya ketika Om Gavin menyentakku dengan keras. Tubuhku menggelinjang saat serbuan rasa puas itu menyerang.

"Eila..." geraman Om Gavin terdengar kasar. Dia kembali menyentakku.

Om Gavin meneriakkan namaku saat dia menyentakku dengan keras dan menuntaskan hasratnya di dalam tubuhku. Om Gavin melepaskan diri, mengarahkan penisnya ke payudaraku, dan menumpahkan semua cairannya sampai habis.

Setelahnya Om Gavin ikut rebah di sampingku.

Sambil menenangkan diri, aku tersenyum puas. Om Gavin berhasil mencapai standar yang kutetapkan. Bahkan lebih.

Ini seks ternikmat yang pernah kurasakan.

"Sebentar, Om ambil handuk dulu."

Aku mencegahnya. "Enggak perlu. Aku mau tidur sama cairannya Om."

Om Gavin menjawil pipiku. "Nakal."

"Om yang bikin aku jadi nakal."

Om Gavin tertawa. Dia menarikku ke pelukannya. Aku merebahkan kepala di dadanya.

"Aku enggak pernah puas. Mantanku nyebelin. Makanya aku sering masturbasi." Aku memberi pengakuan.

"Sekarang?"

Aku tersenyum. Jariku membentuk sulur abstrak di dadanya. "Kontol Om enak. Aku suka. Aku enggak yakin masturbasi bakal bikin puas."

"Kontol Om bisa bikin kamu puas."

Aku mengangguk.

"Aku suka kontol Om. Aku mau lagi."

Om Gavin tertawa. "Kamu bikin Om bangun lagi."

Aku menurunkan tangan dan menuju kejantanannya, yang mulai mengeras.

"Ayo, lagi. Aku mau lagi." Aku merengek.

Malam itu, aku kembali bercinta dengan Om Gavin.

***

Keesokan malam, Om Gavin kembali memasuki kamarku. Aku sudah menunggunya.

Aku melompat ke pelukannya. "Kangen, Om."

"Kangen Om atau kontol Om?" Tanyanya.

"Dua-duanya."

Om Gavin terkekeh. Dia merebahkanku di tempat tidur. Saat merenggangkan kakiku, dia tertawa.

"Kamu sudah basah banget."

"Seharian ini aku kepikiran Om terus," sahutku.

"Sudah masturbasi?"

Aku menggeleng. "Kan, aku udah bilang. Selama ada kontol Om, vibratorku enggak berguna."

"Nakal," ujarnya sambil menciumku.

Tak butuh waktu lama bagi Om Gavin untuk menguasai tubuhku.

***

Aku mengirim pesan kepada Om Gavin.

"Pulang jam berapa, Om?"

Sudah seminggu ini, aku berbagi rahasia dengan Om Gavin. Dia tidak lagi menempati kamar tamu. Setiap malam, Om Gavin akan menemuiku dan berhubungan seks denganku. Berkali-kali.

Dia begitu perkasa.

Dan menggairahkan.

Ponselku berbunyi, memberitahu pesan masuk.

"Seperti biasa. Kenapa?"

"Lebih cepat dong. Aku kangen."

Tak lama, balasannya masuk.

"Seberapa kangen?"

Aku tersenyum simpul. Aku membuka baju lalu mengambil mirror selfie.

"See? Kangen banget."

Aku bisa membayangkan Om Gavin kaget menerima fotoku.

"Nice. Malam ini Om mau menyusu lagi sama kamu."

"Makanya pulang cepat biar Om bisa puas menyusu."

Bahkan, berbalas chat seperti ini saja membuatku terangsang.

Aku menerima pesan baru. Mataku terbelalak saat melihat foto penis Om Gavin. Penis itu sudah besar meski belum sepenuhnya bangun.

"Tahu aja kalau aku lagi kangen kontol, Om."

"Do me a favor," balasnya. "Om mau lihat kamu masturbasi."

"Buat apa?"

Dia langsung membalas. "Biar Om semangat lewatin meeting nanti dan enggak sabar buat pulang biar ketemu kamu."

Balasan selanjutnya kembali masuk. "Kontol Om kangen kamu. Jadi, kita foreplay dari sekarang. Om mau lihat kamu masturbasi."

Aku meletakkan ponsel di atas meja dalam keadaan video menyala, lalu merekam saat aku memuaskan tubuhku.

Setelah selesai, aku mengirim video itu.

"Aku enggak puas, Om."

Balasannya tidak segera masuk. Aku menunggu dengan tidak sabaran.

Ketika notifikasi terdengar, aku langsung membukanya.

Mataku terbelalak saat melihat video kiriman Om Gavin. Sepertinya dia berada di toilet kantor. Celananya terbuka. Dia mengocok penisnya sendiri. Aku bisa melihat cairannya membuat kepala penisnya mengkilat.

"Malam ini, kontol Om akan mengoyakmu."

Continue Reading

You'll Also Like

2M 9.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
19.5K 237 12
Vira mengenal Louis lewat situs kencan, pria bule yang tidak hanya berpenampilan menarik, namun juga baik hati, perhatian, romantis dan bahkan berpen...
659K 29.3K 26
Yang mau order bisa WA : 083857111237 Janin itu tumbuh dan berkembang di rahim Inesya. Ia tak pernah menduga malam petaka dan tak akan pernah bisa di...
385K 900 29
Kumpulan cerpen bertema dewasa