Swipe Right 2

41.7K 772 31
                                    

Begitu Wira mematikan mesin mobil di parkiran rumahnya, dia tidak segera beranjak. Sementara aku tidak berani menatap ke arahnya.

Apa yang aku lakukan di sini?

Wira membuaiku dengan ciumannya. Christian mungkin saja seorang bad kisser, tapi tidak begitu dengan Wira. Dia begitu membuai. Sangat menggoda. Wira tidak peduli saat itu dia berada di tengah bar, bibirnya terus melumatku tanpa ampun.

Saat bibirnya melepaskanku, aku terengah-engah.

"Apa lagi?" Tanyanya. Tatapan matanya begitu menusuk.

"Sex with me." Begitu saja, permintaan itu keluar dari mulutku.

Wira langsung membayar semua tagihan, dan tanpa menunggu konfirmasi, dia membawaku keluar dari bar. Langkahku dengan sendirinya mengikuti Wira hingga ke mobilnya.

Bahkan, sampai Wira menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah, aku masih belum bisa mencerna apa yang terjadi.

Satu hal yang pasti, saat aku bersitatap dengan Wira, aku tahu yang aku inginkan.

Napasku memburu saat menatap Wira. Aku bisa merasakan hasratku terpanggil. Kalau saja cahaya di mobil sedikit lebih terang, Wira bisa melihat putingku yang mengeras.

Wira membuka seatbelt dan mencongkan wajahnya. Tangannya meraih bagian belakang kepalaku, mendorongnya hingga bibirnya kembali melumatku.

Mulai saat ini, semua ciuman yang kurasakan akan selalu dibandingkan dengan ciuman Wira. Semuanya akan menjadi bad kisser ketika bersanding dengan Wira.

Saat dia melepaskanku, aku kembali gelagapan.

"Come here," ujarnya.

Aku membuka seatbelt lalu naik ke pangkuan Wira. Dia mendorong mundur jok sehingga ada tempat buatku.

Holy shit. Aku berada di pangkuan Wira.

"Stop squeezing."

Aku tidak bermaksud menggodanya. Aku hanya mencari posisi yang nyaman. Namun...

Kejantanannya yang keras terasa begitu menusuk, meski masih tersembunyi di balik celana.

"Kita di mana?" Tanyaku.

"Rumahku," sahutnya singkat.

Aku menoleh ke balik pundak dan mendapati rumah yang gelap. Hanya lampu teras yang menyala.

"Kamu selalu membawa setiap perempuan ke sini?"

"Hanya kalau anak-anakku sedang di tempat ibunya." Jawabannya menyadarkanku akan hal konyol yang terjadi malam ini dan membuatku berada di sini.

"Sekarang mereka di mana?" Tanyaku lagi.

"Di rumah ibunya." Wira menyahut singkat.

Artinya, rumahnya dalam keadaan kosong. Fakta itu membuat kewanitaanku berkedut, terlebih saat ini, aku bisa merasakan penisnya yang keras.

"Kenapa kita masih di sini?"

Wira menyunggingkan sebaris senyum. "Biar kamu bisa berpikir, mau lanjut atau tidak."

Aku mendengkus. "I bet you can smell my sex-drive."

Wira mengangkat pundak. "I don't know."

Entah dari mana datangnya keberanian ini. Aku melepaskan blus yang kupakai. Bra berenda membuat putingku terlihat jelas, tapi aku tetap membukanya. Wira bisa membuktikan langsung bahwa mundur adalah hal yang mustahil.

"See?" Aku menunjuk putingku.

Wira mengusap putingku dengan ibu jarinya. Sentuhan ringan, tapi aku begitu sensitif.

Woman's NeedWhere stories live. Discover now