HI AWAN

By Luluk_HF

268K 40.8K 4.1K

(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendek... More

WAJIB DIBACA YA
PROLOG HI AWAN
1 - KAK AWAN
2 - SEORANG GADIS
3 - INSECURE & TAKUT
4 - SEBUAH TRAUMA
5 - ANGGOTA HIMPUNAN
6 - DUA JAWABAN
7 - PERSIAPAN WAWANCARA
8 - HOBI
9 - SEBUAH FAKTA
10 - PENGUMUMAN
11 - KEBETULAN LUAR BIASA
13 - TERLIHAT BERBEDA
14 - AJAKAN DAN PENOLAKAN
15 - PINDAH PLANET
16 - ALASAN
17 - PERTAMA KALI
18 - Dun&Luv
19 - KEBERATAN?
20 - DUA HOBI
21 - BERUNTUNG?
22 - PENGAKUAN
23 - KESEMPATAN
24 - JAWABAN
25 - RASA
26 - TAK MAU KALAH
27 - HARUSNYA
28 - KENYATAAN PAHIT
29 - TIDAK MUDAH
30 - MENJAUH
31 - SEANDAINYA
32 - GUSAR
33 - BUKTI
34 - LEBIH PERCAYA DIRI
HI AWAN ADDITIONAL PART 34
35 - BESOK
36 - BOLEH NGGAK?
37 - PACARKU
38 - KEBERANIAN
39 - BALASAN PERHATIAN
40 - SELAMAT MALAM
41 - HAMPIR SEBULAN
42 - LAMUNAN
43 - BUKU APA INI?
44 - PERSIAPAN KEJUTAN
45 - SELAMAT ULANG TAHUN HANARA
46 - KABAR MENGEJUTKAN
47 - BAIK-BAIK SAJA?
48 - HAL YANG PALING DITAKUTI
49 - PERTIMBANGAN MATANG
50 - MELAWAN LELAH
51 - UCAPAN YANG MENYAKITKAN
52 - LO BISA HANARA!
53 - SEBUAH JANJI YANG HARUS DITEPATI
54 - KERINDUAN YANG TERTAHAN
55 - SELAMAT DATANG DAN SELAMAT TINGGAL
56 - DARI HANA UNTUK KAK AWAN
57 - SENYUM PERPISAHAAN

12 - TAMU TAK TERDUGA

4K 751 85
By Luluk_HF


Rita berlarian kecil masuk ke dalam rumah menuju ke kamar putrinya. Rita mengetuk pintu kamar Hana dengan tak sabar.

"Hana, keluar sebentar."

Tak ada jawaban dari Hana membuat Rita mengetuk lebih keras.

"Hana ada teman kamu di warung ibuk!"

Pintu kamar Hana akhirnya terbuka, Hana menatap ibunya dengan wajah setengah mengantuk.

"Ada apa Bu?" tanya Hana dengan suara serak.

Rita tersenyum lebar, dipenuhi semangat.

"Ada teman kamu di warung," ucap Rita kesekian kalinya memberitahu.

Hana mengerutkan kening, bingung. Setau Hana temannya yang mengetahui rumah dan warungnya hanyalah Jian. Dan, jika Jian yang datang tidak mungkin Ibunya bersemangat seperti ini seolah baru pertama kali bertemu dengan temannya.

"Teman Hana siapa Bu?"

Rita menunjuk ke arah luar pintu.

"Kamu lihat sendiri, temui sekarang."

"Siapa dulu Ibu?"

"Kamu samperin sendiri, biar tahu. Ibu mau ambil es dan bahan-bahan pecel ayam dulu. Ibu janji mau buatin teman kamu itu pecel ayam."

Setelah itu, Rita meninggalkan Hana begitu saja. Sedangkan Hana masih dia di tempat dengan kepala yang terasa bertambah berat.

Padahal nyawanya masih belum lengkap tapi sang Ibu sudah menyuruhnya menebak-nebak.

"Teman gue siapa?"

*****

Hana berjalan keluar rumah menuju ke warung sebelah dengan pakaian tidur bahkan Hana tidak cuci muka dahulu. Hana hanya menguncir rambutnya biar tidak berantakan.

Hana masuk ke dalam warung tanpa pikir panjang. Dan, langkah Hana langsung terhenti, seketika tubuhnya membeku saat kedua matanya bertatapan dengan seorang cowok yang tengah duduk tenang di salah satu kursi yang ada di warung Ibu-nya.

Hana berusaha berpikir cepat apa yang harus dilakukannya saat ini, namun kepalanya tiba-tiba tidak bisa diajak bekerja sama, membuat Hana terus diam seperti patung selama beberapa menit.

"Hai," sapa Juna memecah keheningan diantara mereka.

Hana meneguk ludahnya dengan susah payah.

"Ha... Hai, Kak."

Hana memutar tubuhnya, berencana untuk pergi dari hadapan Juna.

"Mau kabur lagi?"

Sial! Langkah Hana kembali terhenti, niat busuknya terurungkan saat itu juga. Dengan gerakan canggung, Hana mau tak mau kembali membalikan tubuhnya, menghadap ke Juna.

Hana menggeleng kaku.

"E... Enggak Kak."

"Duduk," suruh Juna.

Hana mengerutkan kening, kenapa jadi dia yang diminta duduk berasa yang punya rumah adalah Juna padahal pemilik warung dan rumah ini adalah Hana. Sudah tahu situasi saat ini terasa aneh, Hana dengan bodohnya mengangguk saja, menurut.

"Iya, Kak. Makasih."

Makasih? Hana langsung mengumpati dirinya diam-diam. Bisa-bisanya dia mengucapkan kata itu, padahal hal yang wajar jika dia duduk di rumahnya sendiri, bukan?

Benar saja, Juna tertawa kecil melihat tingkah Hana. Hana sangat yakin, Juna pasti menganggapnya gadis paling bodoh di dunia ini!

Hana menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sejenak. Jujur, Hana sangat gugup saat ini, bahkan untuk menatap Juna saja Hana tak sanggup.

"Gue nggak sengaja ketemu Ibu lo di dalam bus," ucap Juna mulai menjelaskan.

Hana mau tak mau kembali menatap Juna, takut dikira tidak sopan jika Hana terus menunduk. Meskipun bayarannya Hana harus menahan kegugupan dan jantungnya yang berdebar-debar seperti sebuah gong!

"Te... terus kenapa bisa sampai di sini, Kak?" tanya Hana memberanikan dirinya dengan susah payah.

"Gue bantu bawain barang-barang Ibu lo. Kebetulan rumah gue di perumahan sebelah."

"Perumahan permata?"

"Iya."

Hana tertegun, baru tau akan hal ini. Hana mengira rumah Juna berada di daerah Jakarta selatan. Hana menduga Juna pasti pindah rumah.

"Makasih Kak sudah bantu Ibu," ucap Hana sembari tersenyum canggung.

Juna membalas dengan anggukan kecil dan keheningan terjadi kembali diantara keduanya. Jujur, Hana masih tak percaya dengan yang di alaminya saat ini.

Dari banyaknya kemungkinan dia bisa bertemu dengan Juna, Hana tidak pernah membayangkan Juna akan datang ke rumahnya bahkan sang Ibu sendiri yang membawanya. Sungguh kejadian yang luar biasa.

Hana mencuri-curi pandang ke Juna, cowok itu tengah mengamati isi warung dengan tatapan tenangnya. Tanpa sadar senyum di bibir Hana mengembang, paras tampan Juna yang menenangkan selalu berhasil membuat Hana kagum setiap detiknya.

Hana tiba-tiba teringat sesuatu.

"Kak Juna," panggil Hana lirih. Padahal hanya menyebut nama saja berhasil membuat keringat dingin di tubuh Hana bercucuran. Terdengar berlebihan, namun ini adalah kenyataan yang terjadi pada Hana.

Juna langsung menoleh ke arah Hana.

"Iya?"

"Makasih Kak."

Juna mengerutkan kening, tidak mengerti.

"Untuk?"

"Himpunan."

Ah! Juna seketika mengerti. Ia mengangguk kecil.

"Lo pantas buat keterima."

Jika tidak ingat ada Juna di hadapannya saat ini, pasti Hana akan berteriak histeris bahkan loncat-loncat seperti orang gila. Untuk pertama kalinya, Hana mendengar Juna memujinya. Sangat mendebarkan

"Sekali lagi makasih Kak."

Juna tak membalas, tatapan Juna seketika berubah serius ke arah Hana.

"Gue boleh tanya sesuatu nggak?"

Senyum di wajah Hana seketika menghilang, tubuhnya kembali menegang.

"Ta... Tanya apa Kak?" balas Hana cemas.

"Kenapa lo terus kabur tiap ketemu gue?"

Mampus! Hana langsung menahan napasnya dan menutup mulutnya rapat-rapat. Hana tak bisa menmjawab, bukan tidak bisa, Hanya saja tidak mungkin Hana menjawab jujur bukan?

"Karena gue suka sama lo, Kak." Hana masih waras jika ingin menjawab seperti itu, sama saja dengan Hana bunuh diri di hadapan seorang algojo!

Hana bisa merasakan tatapan Juna berubah tak sabar, ingin sekali mendengar jawabannya.

"Apa gue pura-pura pingsan saja?"

Bukannya menemukan jawaban lain yang masuk akal, Hana malah mendapatkan ide yang lebih gila, membuat Hana semakin frustasi dengan dirinya sendiri.

"Nak Juna, ini pecelnya sudah jadi."

Suara Rita berseru keras. Hana bernapas lega saat melihat kedatangan Ibunya. Dalam hati Hana mengucapkan berjuta-juta terima kasih kepada sang Ibu yang menjadi penyelamatnya.

Rita memberikan sepiring pecel ayam kepada Juna.

"Makasih Buk."

"Silahkan dimakan, semoga suka, ya."

"Pasti suka Buk."

Hana segera menarik Ibunya agar tidak terlalu dekat dengan Juna, takut membuat Juna tak nyaman.

"Bu biarin Kak Juna makan dulu. Kita masuk dulu, ya," ajak Hana penuh harap.

Untung saja Rita mengangguk setuju.

"Nak Juna, Ibu masuk dulu ya."

"Iya Bu."

Hana lagi-lagi melemparkan senyum canggungnya.

"Selamat makan, Kak."

Setelah itu, Hana buru-buru menyeret Ibunya keluar dari warung, membiarkan Juna makan sendirian.

Hana akhirnya bisa menarik napas sepuasnya. Hana meraup oksigen sebanyak-banyaknya, ternyata terlalu lama berhadapan dengan Juna memang tidak baik untuk pernapasannya.

"Hana," panggil Rita sembari menyenggol pelan bahu Hana.

"Iya Bu?"

Rita tersenyum penuh arti membuat Hana mulai cemas untuk mengartikan senyum itu.

"Kalau cari pacar yang seperti Juna. Sudah tampan, baik dan sopan. Ibu suka banget sama kepribadiannya."

Hana tak membalas apapun, hanya bisa tersenyum di hadapan sang Ibu. Jika saja, Ibunya tahu kalau Hana sudah terlebih dahulu tergila-gila dengan cowok itu bahkan sejak dari Hana duduk di bangku SMA.

"Kira-kira Juna sudah punya pacar belum, Han?"

*****

Setelah menghabiskan pecel ayam buatan Rita, Juna memilih untuk pamit. Juna tidak enak jika terus berada di sana, apalagi sudah malam takut mengganggu. Juna juga tak lupa mengucapkan terima kasih dan memuji rasa pecel ayam Rita yang memang sangat enak.

"Kapan-kapan datang lagi ya Nak, Juna," ucap Rita sangat senang.

"Iya Buk."

Rita mendorong tubuh Hana.

"Han, antar Juna sampai depan gang takutnya Juna bingung jalan keluar gang," suruh Rita.

Hana melototkan matanya ke sang Ibu, tak percaya dengan perintah ibunya. Sang Ibu seperti baru saja menyuruhnya terjun ke danau dalam tanpa pakai pelambung.

"Hana yang antar, Bu?" bisik Hana tajam.

"Terus Ibu yang antar? Bisa-bisa Ibu dikira pacaran sama brondong!" balas Rita tak mau kalah.

Hana menghela napas berat, kalah telak. Ya, daripada besok ada gosip yang tidak-tidak tentang Ibunya, memang lebih masuk akal jika dia yang mengantarkan.

"Ayo Kak," ajak Hana.

Juna mengangguk singkat, tak menolak. Karena memang Juna sendiri tidak sebegitu ingat jalan keluar dari gang rumah Hana.

*****

Jalanan gang kampung Hana sangat sepi, tidak ada siapapun yang keluar. Hanya ada Juna dan Hana berjalan membelah jalanan gang.

Keadaan terasa sangat sepi, baik Hana dan Juna memilih diam saja dan terus berjalan. Kalian bisa menebak sendiri bukan Hana sekarang sedang sibuk apa? Tentu saja sibuk menenangkan jantungnya.

Tak terasa mereka sudah sampai di depan gang kampung Hana.

"Kak Juna tinggal nyebrang dan lurus saja. Nanti kelihatan perumahan Kak Juna," ucap Hana.

"Gue tahu."

"Makasih Kak sudah mampir dan bantu Ibu," tambah Hana dengan tulus.

"Gue juga makasih untuk makanannya."

Hana membalas dengan senyuman kecil.

"Sama-sama Kak."

Hana mengira Juna akan langsung pergi begitu saja, namun cowok itu masih diam di tempatnya dan tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian menyodorkannya ke Hana.

"Gue boleh minta nomor ponsel lo?"

*****

#CuapCuapAuthor

Bagaimana Hi Awan part dua belas? PENASARAN NGGAK SAMA KELANJUTANNYA?

Hi Awan part 13 mau update kapan nih?

Aku minta maaf ya semingguan lebih kemarin belum bisa update. Doakan ya semoga bisa rutin update lagi Amin. 

Semoga teman-teman selalu suka dan terus baca Hi Awan ya ^^

Sampai jumpa di HI AWAN part tiga belas. 

Jangan lupa kasih vote dan komen ya untuk Hi Awan ^^

Makasih banyak teman-teman Pembaca semua. Jangan lupa jaga kesehatan ya. Love u all.


Salam,


Luluk HF

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.1M 289K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
307K 22.9K 34
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 228K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
278K 11.2K 30
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...