Senja Kelam

By Qyn_19

167 21 0

🔥Warning!!! Dilarang plagiat! 🔥 💙Romance_Religi💙 Anin, anak panti asuhan yang terpaksa harus masuk d... More

1. Tragedi
2. Kehilangan
3. Anak Baru
4. Merasa Asing
5. Teman Perdana
6. Istimewa
7. Masdep?
8. Santri Pilihan
9. Awal Kepercayaan
10. Kesialan
11. Awal Mula
12. Angan Cinta
13. Sesuci
14. Tertawa
15. Ning Pesantren
16. Langit Senja

17. Fakta hati

7 0 0
By Qyn_19

.
.
.

💙💙💙

Assalamu'alaikum....

Kemarin ketiduran😭😭😭

Semoga masih bisa update terakhir!! 😭

Maaf yh, ini bakalan di end kan sebelum waktunya, tapi tenang!

Bakal aku rombak ulang dan akan tamat semestinya... Mohon dukungannya temen-temen... 🤍

Selamat Membaca!!!

💙💙💙

"Adakalanya presepsi orang jatuh cinta itu salah! Karena cinta itu buta sebelum fakta membenarkan sebuah cerita."


     Temaram senja beralih menjadi gelap sepenuhnya, cahaya yang berpendar-pendar indah digantikan dengan cahaya bulan yang bersinar dalam kegelapan malam.

     Anin menyaksikannya dengan tersenyum senang, ia berada di tepi sendirian, menunggu Aisy yang baru saja ke kamar mandi. Ah! Mungkin ia harus merekam senja dengan ponselnya di suatu hari nanti.

     Atau … mungkin saat gus Alby sudah bersanding dengan dirinya? Sial! Membayangkannya saja membuat Anin tersenyum-senyum sendirian.

      “Anin!”

      Hah! Suara itu, kenapa terdengar dalam halusinasinya?

     “Hey, kamu dipanggil kok nggak jawab.”

     Suara diiringi tepukan pelan di bahunya menyadarkan Anin dari lamunannya. Ia menoleh lalu buru-buru menunduk sopan melihat gus Alby nyata di depannya.

     “Inggih Gus, ada apa?”

      “Mana Aisy?” Gus Alby bertanya sembari menoleh kesana kemari.

     “Aisy lagi ke kamar mandi, mau saya panggilkan?” tawar Anin berpikir ada kepentingan dengan santri ndalem.

     “Tidak perlu, saya cuma mau menitipkan ini,” ucapnya setengah berbisik seraya menyerahkan sebuah kotak kecil yang terlihat indah.

     Anin terdiam sebentar, entah kenapa ia seperti melihat binar wajah gus Alby yang berbeda. “Baik Gus, nanti saya berikan pada Aisy.”

     “Saya pergi dulu,” pamitnya pergi meninggalkan Anin yang perasaannya mendadak kacau.

     Tanpa sadar, ia justru berjalan pelan, melupakan Aisy yang seharusnya ia tunggu sampai selesai. Langkahnya tak berarah, bergabung dengan keramaian orang-orang yang sibuk berjalan lalu lalang.

     “Kamu suka sama Anin, Le?”

     Samar-samar, Anin mendengar bisikan dua orang yang menyebut namanya. Suara yang tak lagi asing baginya. Diam-diam ia melihat Ning dan Gus Alby berdiri membelakanginya.

     “Umi bilang apa sih? Alby nggak suka Anin.”

     “Terus, ngapain Umi lihat kamu sering bicara dengan Anin?”

      “Karena dia temenan sama santri yang Alby suka, Aisy.”

     Deg!

     Rasa penasaran yang berujung melukai hatinya. Gus Alby masih berbicara banyak, tapi Anin tak lagi bisa mendengarnya. Suara keramaian yang baru saja ia rasakan, mendadak sepi kosong seolah dirinya berada di dunia sendirian.

     Menyukai temannya? Tapi melalui dirinya!

     Jadi, dia baik kepadanya bukan karena suka, melainkan hanya sebagai perantara. Apa dirinya bukan manusia yang memiliki perasaan? Atau dia memang menganggap dirinya seperti patung yang tak akan jatuh cinta jika terus mendapatkan senyumnya?

     Anin tertawa! Menertawakan dirinya yang terlalu jauh berharap. Ia tidak lagi berada di belakang keduanya, ia berlari membawa hati yang telah patah dengan sejauh mungkin.

     Ia menghentikan larinya setelah jauh dari keramaian orang, berteriak kencang di tepi pantai, melampiaskan emosinya yang entah kepada siapa.

     Seharusnya ia tahu, seorang gus tak mungkin menyukai dirinya yang bukan keturunan orang besar!

     Seharusnya ia tahu, kalau Aisy lebih berhak mendapatkan cintanya daripada dirinya!

     Seharusnya ia lebih tahu dari siapapun, harapan itu menyakitkan layaknya racun yang mematikan.

     Namun, apa dirinya tidak boleh jatuh cinta? Apa dirinya tidak layak mendapatkan cinta? Air mata Anin tak bisa lagi dicegah, semua terasa menyesakkan!

     Bukankah semua ini karena salah paham yang diterimanya?

     “Kamu temannya Aisy?”

     “Kamu tugas jaga ndalem? Bukannya Aisy?”

     “Mungkin kamu emang cocok temenan sama Aisy yang juga suka baca buku.”

     “Iya putri satu-satunya! Aisyah Balqis, temanmu.”

     “Aisy memang gitu, nggak begitu suka dihormati karena keluarganya.”

     “Cantik yah.”

     “Kamu suka pantai? Tadi soalnya Anin bilang kalau kamu suka pantai.”

     “Mana Aisy?”

     “Karena dia temenan sama santri yang Alby suka, Aisy.”

     Ucapan gus Alby memenuhi pikirannya. Salah paham? Bukannya dirinya yang tak membuka mata sejak awal? Semuanya tentang Aisy, Aisy, dan Aisy!

     Gus Alby pasti tidak bisa dekat dengan Aisy, karena dia tidak pernah punya teman sebelum berteman dengan dirinya.

     Jatuh cinta benar-benar buta! Perasaannya sungguh kacau, saat orang yang dicintai diam-diam ternyata juga mencintai orang lain dalam diam. Dan sialnya, orang yang dicintai adalah temannya! Sahabatnya!

     “Astaghfirullah, Anin! Aku cariin kamu dari tadi, ternyata di sini.”

     “Iya, untung saja Aisy bilang kamu nggak ada. Kalau nggak, udah pasti busnya berangkat.”

     Tangisan Anin sudah berhenti, hanya tersisa bengkak matanya yang belum kembali normal. Namun, ia masih membelakangi dua orang yang sama-sama berharga baginya.

     Gus Alby dan Ning Aisy.

     Bukankah terasa sempurna kala keduanya bersama? Mereka orang baik yang tak pantas dibenci oleh siapapun, bahkan dirinya. Coba lihat! Aisy yang selalu peduli dan gus Alby yang memang baik kepadanya.

     Ia terluka, sedih, kecewa, marah, tapi bukankah itu semua karena dirinya yang terlalu tinggi mengharapkannya?

     Anin membalikkan tubuhnya seraya menunduk, ia tak ingin Aisy maupun gus Alby melihat keadaannya yang terpuruk. Menegarkan dirinya sendiri, ia menyuarakan kata antusiasnya. “Ayo, kita pulang!”

     “Aku bahagia mencintaimu, Gus. Dan ternyata, kini aku harus mengikhlaskanmu untuk bahagia dengan orang yang kau cintai, Gus.”

     Anin hanya bisa mengucapkannya dalam hati. Ia tersenyum ditengah hatinya yang terluka. Yah! Perasaan ini masih ada, lukanya pun masih terasa di depan mata. Namun, waktu akan semakin berlalu dan langkah harus tetap menuju ke depan.

     Ia hanya berharap satu kali lagi!

     Semoga waktu yang berlalu mampu menumbukan hati yang baru.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 120K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
4.7M 175K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
6.1M 318K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
4.5M 32.8K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...