My Neighbor is Acting Weird

Από elvabari

16.8K 2.7K 368

"What if you have a neighbor who acts really out of your mind?" Dia adalah tetangga baruku. Awal kucoba menya... Περισσότερα

[ I ] His Name is Cheri
[ II ] Take Care of Cheri
[ III ] Another Cheri
[ IV ] Cheri Say Sorry
[ V ] The Host Personality
[ VI ] Blake
[ VII ] Cheri's return
[ VIII ] Cheri's painful past
[ IX ] The unspoken truth
[ X ] The cause of all tragedies
[ XI ] The key is Seung Cheri
[ XII ] Daegu Kid
[ XIII ] Abandoned Cheri
[ XV ] They are alters
[ XVI ] A sudden reunion
[ XVII ] Cheri's Neverland
[ XVIII ] Unworthy
[ XIX ] Darkest Cloud
[ XX ] Dusty Room
[ XXI ] A pure love for Cheri

[ XIV ] His Own Rules

644 121 6
Από elvabari

. . .

"Yang aku tahu, aku ingin Cheri terus berada di sisiku dan menjadi tempat ternyamannya untuk kembali."

. . .

[•My Neighbor is Acting Weird•]

       

Aku harus ikut meringis kala Seungkwan merintih atas kerja tanganku yang sepertinya tidak hati-hati. Entah sudah kali keberapa aku mengesah berat melihat wajahnya sudah dipenuhi luka akibat dari pertarungan beberapa saat tadi. Bibirnya bahkan nyaris robek kalau tidak segera dikompres dengan es.

"Sudah kubilang lebih baik kita ke rumah sakit saja. Bukan hanya wajahmu tetapi tubuhmu pasti juga terluka!"

"Aku hanya akan ke rumah sakit kalau sudah tidak bisa berjalan." Seungkwan segera menyandarkan dirinya pada sofa setelah aku berhasil menutup beberapa lukanya dengan plester. "Tenang saja. Pukulannya tidak sekeras yang kau kira. Dua hari kemudian aku akan sembuh."

Tetap saja itu tidak meredakan cemasku. Dia bahkan masih tampak kesakitan tiap memindahkan bungkus es yang sedari tadi menenangkan lebam-lebam di wajahnya. Rasa bersalah menyusup terlalu banyak karena dia harus terlibat pada masalah ini.

"Maaf. Kalau saja aku lebih cepat mencegah, kita tidak perlu mengalami ini. Aku sempat lengah saat Seung Cheri tiba-tiba berlari," ucap Seungkwan di sela aku membereskan peralatan obatnya.

"Tidak ada yang dapat memprediksi hal itu. Jadi bukan salahmu," balasku berusaha tetap tenang.

Ini salahku. Seandainya aku bisa lebih meyakinkan Ibu, Cheri tidak perlu dibawa kemari dan membuatnya harus mengalami kejadian seperti tadi, apalagi sampai melibatkan Seungkwan.

Seandainya aku bisa lebih kuat melindunginya, Cheri tidak perlu berakhir memanggil Alpha Blake untuk mengambil alih....

"Itu adalah kali pertama aku melihatnya berubah. Dia yang sebelumnya menangis histeris setelah melihatmu disiksa, tiba-tiba terdiam sebelum menerjang orang-orang itu dengan brutal," ujar Seungkwan pelan. "Aku melihatnya dengan jelas bagaimana matanya berubah. Wujud Seung Cheri seakan-akan ikut menghilang bergantikan Alpha Blake. Padahal dia masih orang yang sama."

Aku terdiam hingga sunyi di ruangan ini terasa begitu pekat. Hal yang masih kuingat adalah bagaimana dia menatapku teramat tajam di saat kakinya masih menginjak tangan bajingan itu tanpa ampun, merapalkan dua patah kata layaknya perintah agar aku menyingkir saat itu juga.

"Go away."

Entah apa yang dia lakukan terhadap ketiga orang itu. Aku tidak dapat berpikir jernih selain membawa Seungkwan pergi dari sana sebelum dia sekarat. Walau setelahnya temanku ini malah memintaku berputar balik demi kembali ke apartemennya.

"Dia tidak akan membunuh mereka, kan...?"

Satu ketakutanku mengenai Alpha Blake yang berbahaya, bahwa dia bahkan mampu melumpuhkan tiga orang itu dengan cepat seorang diri. Tidak menutup kemungkinan bahwa dia mampu menghabisi nyawa ketiganya sekaligus karena sudah menyakiti Cheri.

"Cheri pernah berkata bahwa para alter akan datang saat dia kesulitan. Itu adalah waktu di mana dia akan bertukar alih dengan salah satunya. Pria bernama Choi Hansol itu juga pernah memberi tahu bahwa Alpha Blake merupakan pertahanan para alter. Tapi dia hanya akan bertukar pada Cheri."

Masih tidak ada balasan dari Seungkwan. Membuatku semakin menerawang jauh, mengucap, "Bukankah itu aneh?"

"Semuanya memang begitu aneh karena kita tidak pernah mengalami apa yang Choi Seungcheol alami."

"Bukan Choi Seungcheol," ralatku. "Terakhir kali Cheri bercerita mengenai Alpha Blake, aku menyimpulkan satu hal, bahwa sebenarnya para alter itu dibentuk oleh Cheri sendiri, bukan Choi Seungcheol."

Kudengar pergerakan pada sofa di belakangku, menyusul suara kebingungan Seungkwan, "Apa maksudmu?"

"Cheri yang memiliki semua cerita. Cheri yang menanggung semua trauma Choi Seungcheol. Cheri yang mengingat semua kejadian yang menimpanya, bahkan hari kematian ibunya...."

Aku tahu ini akan terdengar gila....

"Seungkwan..., bagaimana jika seandainya Choi Seungcheol pun merupakan karakter yang diciptakan oleh Cheri...?"

***

"Apa yang membuatmu pergi begitu lama?"

Aku mengamati Ibu yang menyambut kepulanganku dengan raut tak senang. Beliau pasti khawatir karena aku sempat mengabaikan panggilannya tadi dan melupakannya begitu saja.

Terlebih aku harus mencari jawaban yang tepat ketika ekspresinya semakin dipenuhi curiga kala menatapku lebih dekat seraya menyentuh sisi wajahku.

"Apa yang terjadi? Kenapa ada memar di pipimu? Seseorang memukulmu?"

"Aku tidak apa-apa, Bu. Hanya terbentur sesuatu saat mengambil barang yang jatuh di mobil."

Mungkin terdengar konyol, namun aku sedikit lega ketika Ibu memutuskan menyuruhku duduk sementara ia membuka kulkas untuk mengambil beberapa es batu. Berganti diriku terpaku menyaksikan meja makanku sudah penuh dengan makanan yang beliau bawakan jauh-jauh dari rumah kami.

Ibu sungguh membuatkan makanan kesukaanku. Kimchi sujebi (sup kimchi dengan pangsit), dubu- jjigae (sup tofu) ... lalu ada kimbab....

Tanganku mengepal begitu saja di pangkuan, berkat ingatanku yang kembali melesat pada Cheri dan tangisannya saat insiden tadi, pada ekspresi sedihnya karena merasa tidak diterima atas penolakan Ibu, lalu tenggelam dalam memori di mana aku selalu berusaha membuatnya tidak lagi merasa sendirian.

Membumbung menjadi getir memilukan sehingga pandanganku mengabur begitu cepatnya ketika sensasi dingin hinggap di tanganku atas pemberian Ibu. Seperti ada yang berdenyut perih di benak bahwa ternyata aku sudah terjun terlalu jauh.

"Kompres wajahmu dengan itu. Kita makan bersama dulu, setelah itu kau boleh mandi."

Tapi aku tidak melakukannya. Melainkan meremat bungkusan es yang sudah dibalut handuk kecil di tanganku dengan kuat.

"Ibu..., Seung Cheri menyukai kimbab...."

"Lalu?"

Suara Ibu mengalun tak acuh seakan ucapanku tidaklah berarti. Hatiku meringis pelan menyaksikan tangan-tangan Ibu terus bergerak menyiapkan satu porsinya untukku.

"Dia hanya memakan kimbab dan kimbab buatanku saja yang mau. Dia tidak mau makanan lain, memilih menungguku pulang agar dibuatkan kimbab meski harus menahan lapar."

Sepertinya Ibu sudah mengerti. Denting mangkuk yang menyentuh meja menjadi tanda bahwa Ibu telah menumbuk seluruh perhatiannya padaku.

"Sudah berapa lama kau biarkan dia tinggal di sini?"

"Satu bulan. Tapi itu sudah cukup membuatku mengenal seperti apa dia. Sereal adalah sarapannya, susu adalah kesukaannya, Spongebob dan Minions adalah tontonan sehari-harinya. Dia memang cengeng dan penakut tetapi sangat penurut padaku. Padahal aku sering memarahinya, tapi dia tetap menyebutku sebagai orang yang baik ... seperti ibunya."

Aku memejam sejenak, menghalau perih memanas sehingga aku perlu menghela napas dalam.

Kenapa hanya dengan mengingatnya sudah terasa menyesakkan?

"Ibu tahu mengapa dia menjadi Seung Cheri berusia delapan tahun? Karena ternyata masa kecilnya tidak seperti anak-anak seusianya dulu. Dia bilang, ayahnya sering memukulnya, kakaknya bahkan tidak pernah membelanya, dia hanya memiliki ibu di sisinya, tetapi ibunya harus pergi di depan matanya sendiri."

"Pria seperti dia memang mampu membuat cerita sedih."

Ibu memang tidak percaya padaku sejak awal.

"Akupun begitu saat kali pertama bertemu dengannya. Tapi..., aku bahkan harus melihatnya beberapa kali bermimpi buruk dalam tidurnya. Menangis kencang saat menceritakan kematian ibunya. Rasanya seperti melihat diriku sendiri saat ditinggal oleh Ayah. Apakah mungkin dia mau berpura-pura menjadi semenyedihkan itu?"

Hening yang mengudara dalam jeda justru memberanikanku untuk mengangkat pandangan. Menemukan Ibu tengah memandangku lurus dan dalam, seperti menilai diriku yang sudah didorong emosi yang tak lagi dapat kusembunyikan.

"Kau terlalu menaruh simpati pada pria yang bahkan tidak pernah kau temui sebelumnya. Bukankah Ibu sudah mengatakannya padamu berkali-kali? Ada banyak orang jahat di luar sana dan menipu adalah cara termudah untuk menjebakmu."

"Ya. Aku memang sudah terlalu bersimpati padanya. Terlalu membiarkannya membuka satu per satu cerita sedihnya dan menjebakku untuk selalu ingin percaya sekaligus menjaganya. Maafkan aku."

Memupuk rasa bersalah karena untuk kali ini, aku harus mempertahankan Seung Cheri dengan menjadi anak pembangkang terhadap Ibu.

"Maaf karena aku tidak bisa membuang Seung Cheri dari tempat tinggalku, Bu. Aku sudah terlanjur menyayanginya."

***

Mungkin akan terlihat bodoh di saat seharusnya menghindar, aku justru mencari keberadaan Alpha Blake demi memenuhi kuriositasku. Sekaligus memastikan apakah Cheri sudah kembali atau belum.

Mungkin juga aku memang sudah gila. Mengatakan hal yang bahkan sudah berada di luar kendaliku di hadapan Ibu. Bahwa aku menyayangi Seung Cheri. Aku sendiri tidak dapat menjelaskan arti dari istilah menyayangi yang kurasakan.

Yang aku tahu, aku ingin Cheri terus berada di sisiku dan menjadi tempat ternyamannya untuk kembali. Aku ingin tahu semua cerita yang membuatnya harus berakhir seperti ini, menjadi tempatnya mencurahkan segala kesedihannya agar tidak lagi menyimpan sakitnya sendirian.

Aku memang sudah menyerahkan seluruh empati padanya. Memikirkan dirinya jatuh ke tangan orang lain pun rasanya tak sanggup. Aku sudah ketakutan hanya membayangkan betapa banyaknya orang jahat di luar sana yang bisa saja melukainya.

"She's with me. Give her a way."

Dua penjaga yang sempat menahanku itu lekas menjauh. Memberi anggukan hormat pada pria yang sebelumnya sempat kuhubungi kini muncul demi membantuku masuk ke tempat ini.

Ya, aku kembali ke Caelum Club karena tempat ini satu-satunya petunjuk yang dapat mengantarku. Beruntung aku masih menyimpan kartu nama Choi Hansol dan dia bersedia membantuku.

"Aku sudah mengabari tetapi semua itu tergantung padanya. Biasanya dia baru akan datang sekitar pukul sembilan," ucapnya seraya membukakan pintu mempersilahkanku masuk.

Tidak seperti kali terakhir aku datangi, klub ini tampak lengang dan tenang, mungkin karena aku datang lebih awal. Ini masih pukul tujuh petang dan masih terlalu dini untuk sebuah klub beroperasi.

"Kupikir dia menetap di sini," komentarku seraya mengikuti pria itu.

"Ini tempatnya bekerja, bukan tempat tinggalnya."

"Di mana rumahnya?"

"Aku tidak berhak mengatakannya karena dia tidak suka orang lain tahu privasinya."

Sepertinya aku terlalu kolot karena menganggap dirinya sebatas alter. Padahal tentu saja dia memiliki kehidupan nyata selayaknya Choi Seungcheol, juga Cheri.

"Jadi, apa yang membuatmu datang kemari dan ingin menemuinya?"

"Kemarin malam, aku bersama Seung Cheri dan Boo Seungkwan diserang oleh orang yang pernah menyerangku di sini. Alpha Blake muncul di saat itu dan menghabisi mereka."

"Aah..., dia menghubungiku saat itu dan menyuruhku membereskannya. Bagaimana keadaan kalian? Baik-baik saja?"

"Tidak. Boo Seungkwan terluka dan aku—" kubasahi bibirku sejenak, meredam rasa bersalah yang kembali menyusup. "Aku sudah membuat Seung Cheri ketakutan karena kecerobohanku."

"Itulah mengapa Alpha Blake muncul untuk menolongnya. Dia pasti merasa sangat terancam saat itu," komentarnya sembari melenggang ke balik meja bar. "Sepertinya kau harus menunggu hingga dia bisa kembali."

Ya. Dan aku mulai khawatir jika seandainya Cheri semakin memupuk trauma setelah insiden kemarin. Karenaku.

"Lalu bagaimana keadaan penyerang itu? Dia tidak membunuh mereka, bukan?"

Choi Hansol terkekeh sesaat. "Dia masih memiliki sedikit sisi kemanusiaan walau harus membuat mereka jatuh sekarat dulu. Tiga orang itu sedang dirawat sekarang. Tapi tenang saja, dia sudah mengancam mereka untuk tidak lagi muncul di sekitarmu dan Boo Seungkwan."

Aku tidak tahu harus merasa lega atau bergidik ngeri mendengarnya. Entah merupakan kabar baik atau masih buruk. Tapi setidaknya alter itu tidak menghabisi nyawa mereka.

"Alpha Blake memang memiliki tangan pembunuh. Dia bisa melakukannya bila sungguh ingin. Tapi tentu dia tahu bahwa itu akan menakuti Seung Cheri."

Choi Hansol menyerahkan satu gelas minuman ke hadapanku. Senyuman tipis di bibirnya dapat kulihat jelas dari tempatku saat ini.

"Dia tidak seegois yang kupikirkan sebelumnya. Walau sepertinya dia hanya peduli pada Seung Cheri, tidak dengan yang lain. Mungkin itulah mengapa dia hanya akan bertukar pada anak itu."

Aku lantas mendudukkan diri, melipat tanganku di meja bar ini alih-alih menyentuh minuman pemberiannya.

"Apa dia bercerita banyak padamu?"

"Dia bukan tipikal yang akan terbuka mengenai kehidupannya. Jadi memang ada baiknya kau mengumpulkan banyak nyali untuk bertanya langsung padanya." Dia terkekeh seraya mengocok cocktail shaker di tangan. "Tapi sepertinya kau sudah siap untuk itu. Karenanya kau berani datang kemari."

Sebenarnya aku tidak yakin. Apakah aku bisa menghadapi alter kejam itu atau justru aku akan melarikan diri lagi seperti yang sudah-sudah.

Terkadang di saat seperti ini, aku mulai memikirkan bagaimana cara mengalahkan para alter itu agar berhenti mengganggu Choi Seungcheol maupun Seung Cheri. Tapi itu terdengar jahat sekali.

"Apakah kepribadian ganda bisa disembuhkan?"

Begitu saja terlontar dari mulutku. Membuatnya segera menghentikan tugasnya saat ini lantas aku menelisik reaksi di wajahnya yang begitu tegas dan misterius kala tatapannya melekat padaku.

"Jika yang kau maksud adalah menghilangkan para alter, banyak yang mengatakan kalau itu akan sulit. Karena itu sama saja dengan membunuh bagian dari pribadinya."

"Tapi jika dia merugikan pribadi yang sesungguhnya, bukankah sudah semestinya dia dihilangkan?"

"Tidak semudah yang kita pikirkan, Park Chaerin. Kepribadian ganda adalah kelainan yang terlalu kompleks karena berasal dari pikiran yang sudah terlanjur pecah dan membentuk identitas baru secara terpisah. Setahuku memang tidak ada obat yang mampu benar-benar menyembuhkannya."

"Jadi, Choi Seungcheol tidak akan pernah bisa sembuh...?"

"Dia hanya bisa berdamai dengan para alter-nya. Itulah yang sedang dia lakukan sekarang."

Aku termangu atas jawaban Choi Hansol. Lebih tepatnya, memikirkan Choi Seungcheol yang memang sedang mencoba untuk mengalah hingga sejauh ini.

Dia sudah memberi keleluasaan untuk Seung Cheri terus mengendalikan tubuhnya. Sampai-sampai aku hanya bertemu dengannya beberapa kali dibandingkan Cheri yang nyaris sepanjang waktu.

Dia bahkan membiarkan Seung Cheri seperti memegang kendali penuh atas kemunculan alter lain daripada dirinya sendiri. Menjadi sumber pemicu alter seperti Alpha Blake untuk muncul hanya untuknya di saat ancaman datang.

"Lalu, apakah alter bisa mengambil alih menjadi tuan rumah tetap di tubuh pengidapnya?"

Sekali lagi Choi Hansol memandangku dengan tatapan sama. Seperti meneliti apa yang tengah aku pikirkan saat ini sebelum meletakkan cocktail shaker di tangannya.

"Aku tidak punya pendapat soal itu. Tapi jika kau mengibaratkan sebuah rumah, siapa saja bisa menjadi kepala keluarga bila tidak ada sosok ayah atau ibu di dalamnya, dan tentunya menjadi tuan rumah karena merekalah yang menempatinya. Benar begitu?"

Benar....

Choi Seungcheol adalah rumah di mana para alter-nya bersemayam. Akan ada masa di mana mereka muncul menggantikan dirinya menjadi identitas lain dan di situlah mereka menjelma sebagai tuan rumah.

Tetapi yang kumaksud, apakah Choi Seungcheol memang pribadi yang sebenarnya sebelum para alter itu tercipta...?

"DADDY!!"

Seruan itu bagai menggema di penjuru ruangan ini. Menarik atensiku untuk menengok ke belakang kemudian mendapati adegan mesra tak terduga terjadi amat cepat.

"Where have you been? You never call me again! I miss you so much!"

Sebentar....

"Alpha Blake bermain dengan wanita?" tanyaku cepat pada Choi Hansol yang saat itu juga menggeleng disertai seringai geli.

"Dia bahkan tidak senang disentuh apalagi dipeluk seperti itu. Sepertinya itu perbuatan Leonard karena bukan sekali ini saja dia harus mengalaminya."

Bertepatan dengan jawabannya, aku mendengar perempuan itu memekik bahkan sudah merintih kesakitan di atas lantai.

Bagus sekali, sepertinya Alpha Blake sudah kehabisan kesabaran.

"Why you so rude?! You always be gentle with me!"

Padahal bukan aku yang melakukan, tetapi aku harus merasa bersalah padanya. Alpha Blake bahkan tidak menengok lagi setelah membuat perempuan itu terjerembab.

Melihatnya cepat-cepat berdiri demi mengejar lalu memanggil dengan sebutan sama yang kali ini terdengar menggelikan, terpaksa membuatku turun dari kursi.

Masih teringat ucapan Choi Hansol bahwa Alpha Blake lebih senang bicara menggunakan tangan. Terbukti bagaimana perempuan itu harus menanggung kesakitan berikutnya lantaran dia sontak mencengkeram kuat tangan yang sudah menarik lengannya meminta perhatian.

"I don't even know who the fuck you are. Get lost or I will break your hand."

Ibarat api, dia harus diredam oleh air.

Maka kuraih tangannya dan merasakan kekuatannya yang tidak main-main di sana. Bila aku tetap diam, mungkin dia sungguh akan mematahkan tangan perempuan ini.

"Lepaskan. Dia hanya salah paham," tegasku berusaha melawan gentar atas tatapannya yang langsung menyorotku tajam.

"Do I want you to have a finger in the pie?"

Menusuk tepat ke nyaliku yang menciut terlalu cepat. Tanganku mulai sedikit gemetar dan sepertinya dia menyadari itu. Dilepasnya cengkeraman pada perempuan malang ini, beralih pada milikku dan aku tidak siap menerima tarikannya sehingga nyaris terjatuh bila tidak segera mengontrol diri.

Teriakan manja itu tidak lagi kuhiraukan. Tentu saja kini aku lebih memikirkan nasib sendiri sebab kulihat Choi Hansol pun tetap bergeming tak berniat menolong.

Sepertinya kemarahan Alpha Blake sudah bermigrasi kepadaku dan aku harus menahan rintihan atas perbuatannya yang menyeretku tanpa jeda, membuatku kewalahan dan terseok-seok di sepanjang undakan tangga.

"Aku hanya tidak mau kau menyakitinya. Jangan membuat masalah karena bukan hanya kau yang akan menanggung akibatnya!" ucapku secepat yang kubisa sebab aku sudah disudutkan olehnya di lorong sepi, di lantai yang seharusnya hanya dihadiri VIP klub ini.

"I don't care about them, not even your opinion."

"Sekalipun pada Seung Cheri?"

"I have my own rules. You have no right to stop me."

"Tapi aturan dan keputusan gegabahmu akan berdampak pada Seung Cheri!"

Semakin aku beringsut mundur, menyadarkanku bahwa tidak ada lagi ruang di balik punggungku. Terlebih Alpha Blake kemudian membuat teritori menggunakan satu tangannya di samping kepalaku.

"Are you coming just to make such a nonsense argument with me?"

Sebisa mungkin aku bertahan di kedua kakiku sendiri. Melawan netra bagai elang siap memburu itu walau dengan jantungku yang sudah bertalu ketakutan.

"Aku ingin bertanya soal Seung Cheri."

"He doesn't want to talk for now. You didn't take good care of him."

Batinku mencelus atas ucapan penuh tudingan dari Alpha Blake. Aku tahu bahwa ini salahku. Tapi melihatnya seperti begitu ingin membalasku, apakah Cheri marah padaku...?

"A-aku ingin kau yang bicara. Karena hanya kau yang tahu jawaban dari apa yang aku cari."

"Does it matter to you?"

"Choi Seungcheol sudah menyeretku terlalu jauh dan aku sudah tahu terlalu banyak soal masalah kalian. Terutama trauma Seung Cheri mengenai kematian ibunya."

Hanya dengan begitu, aku langsung disuguhkan seringai mengerikan dari bibirnya. Seakan-akan dia sudah mengerti ke mana arah pembicaraan ini dan aku perlu menahan napas lantaran ujung sepatuku bertemu dengan miliknya.

"One thing you seem to want to know, she actually hated us too much."

Apa...?

"I was just protecting us. So that wasn't my fault."

[Satu hal yang ingin kau tahu, sebenarnya dia sangat membenci kami ... Aku hanya melindungi kami. Jadi itu bukanlah salahku.]

"A-apa ma-maksudmu...?" suaraku berubah bergetar terlalu cepat. "Ka-kau ... sungguh membunuh ibu dari Choi Seungcheol...?"

Dia menundukkan wajah mendekat, membuatku sesak dalam kengerian lantaran menyaksikan sendiri mata kelam itu semakin menggelap seperti hendak menerkamku setelah ini.

"Because she wanted to kill us at that moment. You think I'd let her put a hole in this head with her fuckin' gun and destroy all of us?"

[Karena dia ingin membunuh kami saat itu. Kau pikir aku akan membiarkannya melubangi kepala ini dengan pistol sialannya dan menghancurkan kami semua?]

Tidak mungkin....

Apa maksudnya...? Mendiang Jo Hyori justru akan membunuh Choi Seungcheol kala itu?

Di saat Seung Cheri yang menyimpan begitu banyak memori kasih sayang sekaligus kesakitan mengenai sang ibu ... dia justru akan ditikam oleh ibunya sendiri...?

"Blake!"

Aku bahkan tidak lagi mampu menoleh saat panggilan dari Choi Hansol terdengar. Sebagian nyawaku seakan pergi dari ragaku dan hanya membiarkan pria ini kembali mengurai jarak.

Sebelum detik berikutnya, aku seperti disiram air membekukan dan mulai menggigil penuh kalut.

"Choi Seungjo is here. He is looking for you."

     

      

       

[•My Neighbor is Acting Weird•]

to be continued!

       

Yak, siapa yang kemarin minta Chaerin ketemu Alpha Blake? Akhirnya mereka beneran ngobrol dan menemukan plot twist lain~ ☺️

Abangnya juga tiba-tiba dateng nih..., apakah itu berarti beliau sudah ketahuan? 🙂

Nantikan jawabannya di episode berikutnya yaa~💙

     

Elvabari❣️

April 09, 2023

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

70.4K 3.4K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
206K 19.4K 71
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
1.2M 62.1K 66
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
57.4K 6.1K 31
Marsha Ravena baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama, ia jelas sangat senang karena memang dari dulu itulah yang ia inginkan. tetapi kes...