Saving The Conifux

By MBTIGal_

1.9K 259 142

*INI HANYA CERITA FIKSI. PEMBACA DIMOHON UNTUK BIJAK!* Ada satu kerajaan terkuat di dunia bernama Kerajaan Co... More

Prolog
Bab 1 : Pangeran Diplomat
Bab 2 : Dua Kekasih
Bab 3 (Bagian 1) : Kecemasan
Bab 3 (Bagian 2) : Sesuatu Yang Buruk
Bab 4 (Bagian 1) : Pertarungan
Bab 4 (Bagian 2) : Pertarungan
Bab 5 : Fitnah
Bab 7 : Obrolan di Sore Hari

Bab 6 : Kunjungan & Keanehan

126 20 14
By MBTIGal_

Note :

Karena author sering salah menuliskan ENFP sebagai perempuan (seharusnya laki-laki) selama proses penulisan, author memutuskan untuk mengubah gender karakter ENFP menjadi perempuan. Jadi ENFP di sini bukan Pangeran Carlos lagi. Tapi, Putri Celia.

Ingat yaa! Putri Celia (ENFP)!

*Ini karena author keseringan lihat karakter ENFP yang perempuan di video TikTok tentang MBTI. Jadinya secara gak sadar, video-video itu menanamkan di otak author kalo ENFP itu perempuan 😭🙏🏻

Dan mohon maaf sekali lagi, karena author Muslim, author harus mengubah beberapa hal dalam cerita yang mengandung tema dan unsur yang mendekati hal-hal haram. Contohnya seperti sihir.

Di sini, kata 'sihir' akan diubah menjadi 'kekuatan' saja.

"Loh, bukannya nanti jadi sama aja, thor?"

Beda kok. Nanti kekuatan itu bakal ada ceritanya sendiri. Nanti kalian tunggu dan lihat aja yaa! 😉

══════ ∘◦❁◦∘ ═══════

"Senang sekali berbincang denganmu, Yang Mulia Celia!" Ucap Hans yang lalu berjabat tangan dengan Celia singkat.

Pangeran berambut pendek itu hendak menutup pembicaraan dan merapihkan tas berisi berkas-berkas yang ia bawa. Celia lalu melepaskan tangan kekar Hans —yang Celia sendiri terkejut ketika menjabatnya karena tak menyangka tangan Hans sekekar itu— dan mencoba untuk tersenyum seramah mungkin pada kedua Sentinel.

Sophie dan Hans hanya tersenyum kecil. Senyumnya sedikit kaku. Mungkin terpaksa karena mereka harus menaati peraturan dari adat istiadat mereka.

'Tersenyumlah pada siapapun, meskipun itu adalah musuhmu.' Begitulah bunyi salah satu pepatah yang pernah Celia dengar saat mengunjungi kerajaan mereka untuk mempelajari sejarah dan budaya bangsa Sentinel.

"Baiklah. Aku rasa itu semua sudah cukup untuk hari ini. Kami harus pulang ke kerajaan. Ada banyak hal yang harus kami lakukan."

Hans menaruh gawainya di dalam tas selempang hitam yang ia bawa. Kemeja yang tadinya kusut karena terlipat-lipat saat duduk ia benarkan sehingga terlihat rapih. Tangan kanannya dengan lihai menyisirkan rambut hitam pendeknya. Sophie yang melihat gerakan itu hanya bisa meringis geli.

Sempat-sempatnya dia melakukan itu di kerajaan musuh. Wanita dengan rambut disanggul itu lalu menjewer telinga Hans. Yang dijewer hanya bisa berteriak kesakitan. Lalu melepaskan jeweran itu dengan paksa. Tangan yang tadinya sibuk menyisir rambut itu kini sibuk meraba-raba telinganya yang sudah merah dan terasa cenat cenut.

"Argh! Kau ini kenapa sih? Selalu saja menjewerku saat aku sedang berusaha merapihkan rambutku?!" Protes Hans masih saja meraba-raba daun telinganya dan meringis kesakitan.

"Kau pikir aku tak tau kalau kau hanya ingin tebar pesona?! Dasar bodoh!" Geram Sophie yang lalu menjitak kening Hans.

"Aw!"

"Ahahaha! Maafkan aku Yang Mulia Putri, adikku ini memang suka sekali bertingkah aneh. Mohon maklumi dia, hahaha!" Celia yang lagi-lagi mendengar adanya keterpaksaan dari tawa yang Sophie keluarkan itu mengernyitkan dahinya.

"Baiklah, kami permisi dulu Yang Mulia. Kami harus pulang." Pamit Sophie yang lalu berdiri dan menundukkan sedikit kepalanya.

Hans yang diam saja malah kembali mendapat jeweran yang luar biasa sakitnya sehingga membuatnya lagi-lagi berteriak kesakitan. Sophie lalu menarik bagian tubuh adiknya itu agar kepalanya mengikuti gerakan Sophie sebagai bentuk penghormatan.

Celia yang melihat itu menaruh kedua telapak tangannya di depan mereka dan meminta mereka untuk menghentikan itu. Kalau ini hanyalah akting semata, Celia berani bersumpah akting mereka itu benar-benar totalitas!

"Ah? Awal sekali. Kenapa kalian tidak istirahat sebentar di sini? Jarak kerajaan kalian kan lumayan jauh dari sini. Apa kalian tidak kelelahan? Oh! Atau kalian mau bersenang-senang sejenak di sini? Melihat pemandangan atau ... yaa menyapa hewan-hewan dan tumbuhan?" Tawar Celia yang langsung berjalan ke antara mereka dan memeluk dari belakang dan mengalungkan kedua tangannya di masing-masing bahu bangsawan Sentinel itu.

"Ah ... tidak perlu, Yang Mulia. Ada urusan genting di kerajaan yang harus kami selesaikan." Tolak Hans dengan sopan. Ia lalu mengangkat tangan kanan Celia dari bahu kanannya lalu melepaskannya perlahan.

Celia yang heran dengan alasan penolakan itu menaikkan alisnya. Lantas ia bertanya.

"Genting? Memangnya ada apa?"

"Tidak ada--"

"Kami mengira bahwa Putri Luna yang telah merusak lingkungan dalam kerajaan kami. Tapi sepertinya itu hanyalah salah paham." Ujar seseorang dari arah kanan mereka.

Membuat ketiga bangsawan yang tadi berbincang itu menoleh secara bersamaan untuk melihat siapakah yang menjawab itu. Setelah melihatnya, ternyata itu adalah Pietro dan Aria yang baru saja datang dari pintu masuk Kerajaan Utama.

Sinar mentari yang tadinya membutakan mata seketika terhalang oleh tubuh kedua figur itu. Ditambah dengan pintu masuk kerajaan yang begitu lebar terbuka dan sekelompok burung yang entah datang dari mana terbang masuk dengan arah yang sejajar dengan Aria dan Pietro.

Hal itu menambah kesan dramatis untuk mereka. Celia yang menyadari itu berusaha menahan teriakannya. Itu adalah cara masuk paling indah yang pernah ia lihat. Mirip seperti yang ada dalam cerita-cerita di yang ia baca perpustakaan dulu!

"Ha-- Pietro?! Aria?!"

Yang dipanggil namanya hanya mengangguk secara bersamaan.

"Iya. Aku sudah menemui Luna untuk menanyakan sedikit soal serangan kemarin. Kebetulan ada Pangeran Elfen juga tadi. Dan dari apa yang aku amati, mereka tidak bersalah. Setidaknya untuk sementara ini." Jelas Pietro.

"Apa?! Kau gila ya?! Dia kan sudah--"

"Sepertinya ini hanyalah usaha Ghuub (sebutan untuk energi jahat) untuk mengadu domba kita. Ghuub itu sepertinya mempunyai kemampuan untuk menyerupai manusia. Dan dia mengambil rupanya dari tubuh Luna."

Pietro yang tak mau membuat Celia tak nyaman cepat-cepat memotong perkataan Sophie dan menjelaskan kembali dugaannya.

"T-tidak mungkin! Kalian pasti sudah dicuci otak oleh curut itu! Ya kan?!" Sophie menuduh.

Aria yang sedari tadi diam langsung angkat bicara.

"Adakah warna mata kami berubah, Sophie? Seingatku warna mata orang-orang yang dicuci otak oleh para Diplomat itu berwarna hijau." Ujarnya.

"T-tidak. T-tapi--"

"Hentikan semua omelanmu itu. Tak ada gunanya. Lebih baik kita segera kembali ke kerajaan dan membantu rakyat untuk memperbaiki kerusakan yang ada.

Butuh beberapa waktu bagi Celia untuk memahami apa yang sedang mereka bicarakan. Namun setelah beberapa lama, ia akhirnya menyadari apa yang dibicarakan oleh para Sentinel, sehingga ia cepat-cepat berbicara.

Luna tidak bersalah. Dia harus segera membersihkan nama adiknya sebelum semuanya menjadi buruk!

"H-hah?! Luna merusak tempat tinggal dan kerajaan kalian? I-itu tidak--"

"Kami tau. Ini hanya salah paham. Elfen sudah menjelaskan bahwa di waktu Luna yang palsu menyerang kami, Luna yang asli sedang berada di kerajaan. Tidak mungkin ada dua Luna di tempat yang berbeda, bukan?"

Celia menghembuskan nafas lega. Untung saja saat ini para Sentinel sedang berbaik hati dan mau memahami maksudnya. Tapi, persoalan mengenai dua Luna yang membuat masalah ini masih menjadi misteri yang patut ia pecahkan segera. Sebelum nama baik Luna, terlebih lagi, seluruh masyarakat Diplomat tercemar karena masalah itu.

"Celia. Aku sedang di luar kamar Luna. Dokter Fahra sedang mengobati lukanya."

Celia tersentak ketika mendengar adanya suara orang yang sangat ia kenali muncul di dalam kepalanya. Tak mau terdiam begitu lama, gadis itu dengan cepat mengelus dada untuk menenangkan diri dan berusaha mendengarkan melalui koneksi Telepatinya.

"Sebelum kau bertanya, Luna terluka karena diserang oleh Aria dan Pietro. Aku mendengar panggilan Telepatinya. Dia meminta tolong untuk diselamatkan. Sehingga aku harus pergi ke tempatnya dan melindunginya dari para Sentinel. Kau jangan khawatir. Tidak ada luka serius di tubuh Luna. Aku menyampaikan ini karena aku ingin kau berhati-hati. Bisa jadi kau adalah target selanjutnya."

"Ah ... begitu. Baik, kak. Ehm ... oh! Kak! Aku akan pergi bersama bangsawan Sentinel. Tak lama kok. Mungkin besok aku sudah pulang. Ada beberapa hal yang harus kulakukan bersama para Sentinel dan ... aku juga ingin pergi ke Kerajaan Explorer. Hanya untuk bermain saja! Tak akan macam-macam kok! Hehehe!" Jelasnya dalam Telepatinya yang langsung dibalas saat itu juga oleh Elfen.

"Kau mungkin tidak akan macam-macam. Tapi kalau mereka yang akan macam-macam, bagaimana jadinya?"

Celia tersenyum.

"Tentu saja aku akan mengajak beberapa pengawal dari kerajaan. Simple."

"Tapi kalau kalian kalah jumlah dan terjadi apa-apa?"

"Hmm ... entahlah. Mungkin aku akan menghubungimu ... atau kak Lea. Luna tidak mungkin menjadi pilihan karena kondisinya masih belum membaik."

"HEI, APA MAKSUDMU DENGAN 'MUNGKIN'?!"

"Yang Mulia? Apa kau baik-baik saja?"

Suara serak milik Hans itu membuyarkan konsentrasinya untuk tetap mendengarkan ocehan-ocehan tanpa henti Elfen. Ugh, sebenarnya ia merasa bersalah kalau dia menutup koneksi Telepati saat kakaknya berbicara. Tapi ia juga pusing kalau tetap menyambungkannya. Bisa-bisa kepalanya menjadi kacau.

"Ah! Err ... tidak apa-apa!" Jawabnya dengan cengiran kuda dan berusaha menutupi kecemasannya.

Ia bisa melihat tatapan aneh yang dilontarkan oleh para Sentinel. Bangsawan-bangsawan yang memakai baju warna biru Aquamarine itu saling tatap dan memberikan pandangan yang seakan-akan mengatakan kalau mereka mencurigai gerak-gerik Celia.

"Sudah dulu ya kaak! Aku pergi dulu! Para Sentinel mulai menatapku aneh karena aku terlalu lama melamun! Mereka tak tahu kalau kita sedang bertelepati."

"CELIA! TUNGGU SEBEN--"

"Dah, kaakk! Aku pergi dulu! Jangan merindukanku yaa!" Pamitnya yang langsung memutuskan koneksi Telepati.

"Baiklah, aku ingin ikut!"

"Ehm ... maaf?" Tanya Aria masih tak percaya kalimat itu Celia ucapkan begitu saja tanpa adanya beban.

"Aku ingin ikut! Aku mau melihat sendiri kerusakannya!"

"...kenapa tiba-tiba?"

"Yaa ... memangnya tidak boleh ya?"

"B-boleh saja sih, tapi--"

"Tak usah khawatir. Aku tidak akan berlama-lama di kerajaan kalian. Setelah itu aku akan ke Kerajaan Explorer. Aku ingin bermain dengan mereka. Kalian tau, kudengar mereka sedang menyelenggarakan banyak pesta dan acara meriah bulan ini! Bukankah itu bagus? Di sana kalian bisa bersenang-senang! Sedikit untuk melepaskan tekanan dari tugas kerajaan! Tak perlu mengkhawatirkan hari esok!"

"Pesta? Ugh ... tidak. Aku lebih ingin mengerjakan tugasku." Tolak Pietro yang lalu mengeluarkan pena di sakunya dan menuliskan sesuatu di buku tulis yang ia bawa tadi.

"Tak mau, tak apa. Aku mau menemui sahabatku di sana! Dia adalah sahabat terbaikku! Oh! Aku juga ingin sekali pergi ke Museum Kesenian yang baru saja diresmikan oleh Pangeran Arthur! Whoa! Aku tidak sabar ke sana! Ayo pergi sekarang!" Jerit Celia yang lalu menarik tangan Sophie dan menyeret tubuhnya untuk segera berjalan mengikutinya.

"Ah! H-hei! Celia! Bersabarlah sedikit!" Protes Sophie sembari terus berusaha menahan bangsawan yang seketika bertingkah seperti anak kecil itu. Namun gagal dengan menyedihkan karena Celia tak membiarkannya.

"Tak bisa! Hahahaha!"

══════ ∘◦❁◦∘ ═══════

Setelah dua jam lebih perjalanan dengan menggunakan kuda, akhirnya Celia pun sampai juga di gerbang selatan Kerajaan Sentinel. Dalam sekejap, para pengawal berbaju zirah yang sedang berjaga di gerbang kerajaan langsung menyapa rombongan mereka dengan sikap hormat.

"Selamat datang, Yang Mulia Terhormat Bangsa Sentinel. Dan ... Putri dari Diplomat, Yang Mulia Putri Celia." Sapa seseorang yang sepertinya merupakan kepala pengawal dengan tangan kanannya yang membuat gerakan hormat, diikuti pula oleh para anggotanya.

"Halo, Pak pengawal! Semoga harimu menyenangkan yaa! Oh, aku bawa ini! Aku sempat membuatnya di dapur kerajaanku! Makanlah! Kalian pasti lapar! Eh ... tapi kalau kalian masih kenyang karena sudah diberi makan oleh mereka, kalian bisa menyimpan ini dan menghangatkannya nanti malam!" Jelas Celia yang lalu mengambil sebuah bungkusan dari dalam tas besar yang dibawa oleh salah seorang pengawalnya.

Kemudian ia memberikan bungkusan berisi makanan itu kepada para pengawal yang berjaga di gerbang Kerajaan Sentinel.

Memang, Celia sebenarnya sudah berencana untuk pergi ke sini sebelum para Sentinel datang. Makanya ia memerintahkan kepada para koki kerajaan Diplomat agar membuatkan makanan terenak untuk diberikan kepada orang-orang yang memerlukan di sana.

"...terima kasih, Yang Mulia Celia." Balas sang pengawal dengan senyuman kecil.

"Sama-sama, Tuan! Kami pergi dulu!" Pamitnya langsung mengikuti gerak kereta kuda para bangsawan Sentinel yang sudah memasuki kawasan kerajaan mereka.

Begitu masuk ke sana, Celia membelalakkan mata seketika. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah kondisi rusak beberapa rumah warga, bangunan pemerintahan, taman, hingga beberapa tempat lain. Celia bahkan melihat masih adanya asap yang menyelimuti sebagian area di sekitar sana, juga adanya reruntuhan bangunan di sana dengan mata kepalanya sendiri.

'Ya ampun ...' Batinnya yang lalu menutup mulut.

Ia tak bisa mengontrol ekspresi wajahnya lagi. Sialan. Makhluk macam apa yang membuat kerusakan separah ini? Ia kira kerusakannya tidak sampai membuatnya mengira kalau situasi di sini mirip sekali dengan keadaan setelah bencana alam yang hebat. Ternyata perkiraannya salah. Ini justru lebih buruk!

Ia bersyukur dalam hati. Bukan. Bukan bersyukur karena penderitaan para Sentinel. Tapi karena ia tahu, setidaknya makanan pemberiannya nanti tak akan dibuang di depannya begitu saja seperti kejadian beberapa minggu lalu. Karena memang saat ini, ada banyak warga Sentinel di pengungsian yang membutuhkan bantuan.

Ia menyadari betapa banyaknya warga yang masih duduk beralaskan tikar di pengungsian yang ia lihat begitu memasuki kawasan ini. Mereka tampak berdesakan di sana. Ia juga melihat banyaknya anak-anak kecil yang terpaksa tidur berhimpitan dengan orang dewasa.

Sebagian warga bahkan ada yang terluka karena serangan ganas Ghuub yang menyerupai sosok Luna. Lihatlah, lukanya cukup parah. Ia sampai nyaris meneteskan air mata karena tak sanggup membayangkan seberapa sakitnya luka itu.

Sungguh. Pemandangan yang ada di depannya saat ini sangat mengiris hatinya.

Sekarang ia paham bagaimana perasaan bangsawan Sentinel tadi. Pantas saja mereka dengan mudah tersulut emosi di kerajaannya. Oh, ia bahkan tak mau membayangkan bagaimana mengerikannya murka Aria saat berhadapan dengan Elfen dan Luna tadi. Untung saja dia bukanlah orang yang menyaksikannya.

"Yang Mulia, saya tidak menyangka akan melihat situasi seperti ini di Kerajaan Sentinel. H-haruskah kita--"

"Iya. Tolong hubungi beberapa koki di dapur kerajaan dan enam kelompok orang Diplomat yang pandai soal renovasi. Suruh mereka untuk secepatnya ke sini. Aku akan memesan beberapa bahan pangan untuk para koki itu memasak di sini." Tegas Celia yang lalu mengambil gawai dari tas pinggang yang ia pakai. Kemudian mengetikkan nomor penjual bahan pangan yang ia ketahui.

"Oh iya, dan kau, Tuan Oldern?"

"Y-ya, Yang Mulia?" Sahut yang dipanggil dengan ragu. Matanya masih memeriksa keadaan rakyat Sentinel dengan tatapan cemasnya. Tak menyangka jika hal separah ini dibuat oleh Ghuub.

Sepertinya Tuan Oldern perlu mengusulkan pada Yang Mulia Raja untuk mengumpulkan seluruh Pangeran dan Putri dari empat kerajaan untuk mengamati dan meneliti lebih banyak tentang Ghuub supaya hal-hal seperti ini tak terjadi lagi di masa yang akan datang.

"Kembalilah ke kerajaan. Beli lima belas tenda dari Tuan Brandon untuk dipasang di sini. Katakan padanya bahwa aku yang akan membayar tenda-tenda itu."

"Baik, Yang Mulia!"

Turut Tuan Oldern yang langsung berpitar arah bersama kuda hitam kesayangannya dan mengarahkan kuda itu kembali ke kerajaan.

Tinggalah Celia dengan beberapa pengawalnya yang masih melanjutkan perjalanan mereka menyusuri dan memeriksa keadaan Kerajaan Sentinel.

Baru saja ia akan berbelok arah bersama kereta kuda yang membawa bangsawan-bangsawan Sentinel, ia merasakan ada sosok bayangan hitam yang melesat dari arah kanannya.

*WOOOSHH!*

Walhasil, ia menghentikan kudanya untuk memeriksa hal itu. Pengawal yang melihat Putri Celia bertingkah aneh itu akhirnya ikut berhenti dan bertanya.

"Ada apa, Yang Mulia?"

"Entahlah. Aku seperti merasakan ada sesuatu yang lewat di sebelah sini." Jelas Celia yang masih saja berusaha melihat adanya pergerakan aneh di balik pagar pembatas. Aneh. Padahal ia yakin sekali ada sosok yang mengikutinya. Tapi kenapa saat ia menoleh, sosok itu tak ada?

"Mungkin itu hanya perasaan aneh Anda saja, Yang Mulia. Lebih baik kita segera mengikuti para Sentinel." Saran salah seorang pengawalnya.

"Hmm ... iya. Mungkin Anda benar. Baiklah. Ayo jalan!" Seru Celia yang segera bergerak dan meninggalkan tempat itu bersama para pengawalnya.

Tak menyadari bahwa sosok yang ia cari sudah lama memperhatikannya dengan mata merahnya yang menyala dan tatapan tajam yang mengerikan di balik semak-semak dekat pagar pembatas yang tinggi milik Kerajaan Sentinel.

Continue Reading

You'll Also Like

221K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
306K 25.7K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
237K 25.7K 17
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
141K 14.3K 37
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...