MY EVERYTHING 《LovegoodxRiddl...

By Lily_anneeee

10.4K 1.1K 111

[Slowupdate] Tom Riddle lahir karena ramuan cinta, itu menyebabkan ia tidak memiliki hati dan tidak akan pern... More

1. Moonlight
2. New Friend
3. Don't Bother Her
4. Middle Night
5. She's Mine
7. First Kiss
8. Love To Hate Me
9. Summer
10. We're just Friends?
11. Naughty Kitten
12. Who is That?!
13. Carrow & Amortentia
14. Suspicion
15. Love That Destroys Everything
16. With U Again
17. My Own Lady
18. Amora Has Attack
19. Amora & The Chamber Of Secrets
20. What Happened

6. Tom Riddle & Lorenzo Selwyn

500 60 3
By Lily_anneeee

Amora dan kedua sahabatnya sedang makan malam di Great hall, tampak Amora masih diam memikirkan perkataan Loren tadi siang. Kedua sahabatnya mencoba mengajaknya berbicara namun gadis itu hanya menjawab singkat, sampai mereka pasrah dan memilih untuk tidak menanyakan apa-apa dulu. Namun ada sepasang mata dari arah meja Slytherin yang tengah menatapnya dengan penuh penyesalan. Lorenzo Selwyn.

Netra biru laut Amora menangkap netra coklat dari kekasihnya yang seperti mengisyaratkan sesuatu. Gadis itu seperti mengerti lalu ia mengangguk, setelahnya Tom keluar dari Great hall membuat Amora menyusul mengikutinya dan mengabaikan panggilan sahabatnya. Melihat gadis itu keluar Loren ingin menyusulnya, namun salah satu pengikut Tom menahannya.

"Jangan kau pikir kau bisa mengikuti mereka, Selwyn. Duduk diam disini jika kau masih menyayangi wajah tampanmu." ucap Mafoy.

"Kau pikir aku takut dengan ancaman sampahmu itu?" Loren tidak peduli dan kembali duduk mengingat bahwa Amora pasti masih marah dengannya.

Amora langsung berjalan ke arah lorong yang sering Tom gunakan untuk memanggil ruang kebutuhan. Saat sampai, ia cukup terkejut dengan kemunculan pintu di dinding dekat lorong, padahal ia belum mengucapkan sesuatu. Sebelum ada yang melihat ia segera masuk ke ruangan itu, saat masuk ia melihat Tom sudah menunggunya dengan punggung pria itu menempel pada tembok di dekat pintu masuk dan tangan yang di masukkan ke saku celananya, lalu menunjukan senyumnya pada gadis itu. Amora menatap sekeliling ruangan ini berubah menjadi seperti tempat terbengkalai dengan kayu, bangku berserakan di mana-mana. Berbeda dengan yang semalam mereka datangi.

"Tom, mengapa tempat ini begitu kacau?" tanyanya heran. ia menatap balok-balok di lantai.

"Aku mau kau memulihkan tempat ini, seperti semula. Kau tau mantranya kan?" gadis itu mengangguk dan mengangkat tongkatnya.

"Reparo!" ucap Amora lantang.

Dalam sekejap kayu-kayu dan bangku yang berserakan kembali seperti semula menbentuk kembali meja panjang seperti panggung dan bangku-bangku yang tersusun rapi, sepertinya mereka akan melakukan duel mantra.

"Duel mantra?" Tom mengangguk, mempersilahkan Amora untuk naik ke meja panjang lalu di susul olehnya.

"Kita akan melatih kelebihanmu yang bisa melakukan sihir tanpa tongkat atau Wandless." Amora membulatkan matanya lucu.

"Aku bisa melakukan sihir tanpa tongkat?" tanyanya berbinar.

"Tunggu, kau belum tau?" tanya Tom balik. Amora menggeleng, pasti kedua orang tuanya tidak pernah melatihnya pikir Tom.

"Apa keluargamu tau tentang ini?" tanya Tom yang lagi-lagi mendapat gelengan dari gadis itu."Dan bagaimana kau bisa tau kalau aku Wandless, Tom?" tanya Amora.

"Aku bisa merasakannya saat aku menyentuh tanganmu. Seperti ada sihir yang menderak di tanganmu." Amora dengan polos menatap tangannya dengan takjub.

"Baiklah, ayo kita mulai. Ingat, kau hanya perlu untuk fokus pada mantra yang akan kau keluarkan dan yakinkan dirimu agar sihirnya bisa keluar." Amora mengangguk siap.

"1...2...3-"

"Expelliarmus!" tongkat Amora terlepas dari gengamannya. Siap untuk melakukan duel mantra tanpa tongkat.

"Stupefy!" saat gadis itu mengucapkan mantra pelindung, sihirnya belum keluar dari tangan gadis itu karena gadis itu masih belum yakin sepenuhnya membuatnya terlempar jauh kebelakang. Namun sebelum menghantam sesuatu, Tom merapalkan mantra.

"Aresto Momentum!" membuat tubuh gadis itu jatuh secara perlahan.

"Fokus, sayang." Tom mulai mengangkat tongkatnya lagi.

"Sebentar, Tom. Beri aku waktu untuk bisa fokus." Tom mengangguk lalu menurunkan tongkatnya.

"Hilangkan pikiran-pikiran yang menggangumu dan tenangkan pikiranmu. Lalu pikirkan mantra yang akan kau ucapkan dan pastikan kau meyakinkan dirimu bahwa kau seorang Wandless." gadis itu memejamkan matanya mencoba untuk tenang.

Setelah cukup yakin ia membuka matanya dan menatap kekasihnya penuh keyakinan.

Tom mengangguk lalu mengacungkan tongkatnya kembali.

"Diffindo!"

"Protego!" kali ini sihir berhasil keluar dari tangannya dan melindunginya dari mantra yang Tom lemparkan.

"Bagus, sayang. Sekarang, coba serang aku tanpa tongkat. Tenang saja aku bisa menjaga diriku, sayang" melihat keraguan pada gadis itu karena menyuruhnya untuk menyerang Tom.

Gadis itu tersenyum lalu mengangguk.

"Expelliarmus!" Tom menangkis mantranya. Amora tersenyum senang melihat mantra itu berhasil keluar dari tangannya.

"Stupefy!"

"Diffindo!"

"Expulso!"

Semua mantra itu dapat dengan mudah di tangkis oleh Tom, dia memang tidak di ragukan lagi kalau soal duel seperti ini. Sedangkan Amora tampak kelelahan, energinya seperti terkuras habis.

"Sekarang lawan mantra ini." dengan licik ia melakukan mantra non-verbal, untungnya Amora dengan cepat mengerti dan mengeluarkan mantra.

"Expelliarmus!" membuat cahaya seperti tali di depan mereka. Sampai akhirnya Amora sudah tidak kuat untuk menahannya membuat Tom berhenti.

"Bagus, Kitten. Kau baik-baik saja?" ia tersenyum puas lalu terganti oleh raut kebingungan melihat wajah pucat dan hidung Amora yang mengeluarkan darah. Amora hanya mengacungkan jempol dan tersenyum, lalu selanjutnya ia terjatuh dan pingsan.

Tom menghampirinya dengan santai lalu berucap."Kau akan sangat berguna bagiku, sayang. Dengan bodohnya mereka meremehkanmu hanya karena sifatmu yang aneh, mereka hanya tidak tau sekuat apa kekuatan sihir yang ada pada dirimu. Tapi tenang saja, aku akan menjadikanmu pengikutku yang paling istimewa sehingga mereka tidak bisa meremehkanmu lagi. Pikiran polosmu yang cantik ini akan ku ubah menjadi pikiran yang bahkan sangat mengerikan, bagi orang lain. Aku harus melatihmu lebih keras lagi." pemuda itu tertawa mengerikan lalu ia mengangkat tubuh Amora dan membawanya ke Hospital wings.

=====°•~•°

Kedua murid perempuan dari asrama Ravenclaw tampak berlari di sepanjang lorong menuju Hospital wings lalu membuka pintunya dengan keras menimbulkan suara yang sangat keras membuat orang yang ada di dalamnya terkejut.

"Ms. Edgecombe, Ms. Warren. Jangan membuka pintu seperti itu lagi!" marah Madam Pomfrey yang tengah memberikan ramuan pada gadis yang ingin mereka temui. Tentu saja mereka mendengar kabar, bahwa Amora pingsan semalam dan baru sadar tepat setelah makan malam hari ini.

"Maaf, Madam." sahut mereka berdua lalu menghampiri ranjang Amora yang terdapat Tom yang duduk di samping ranjang gadis itu.

"Amora, kau tidak apa-apakan? kau terluka parah? apa yang sebenarnya terjadi padamu hingga kau bisa berada disini?" Marietta menyerbunya dengan banyak pertanyaan.

"Tenang sedikit, Ms.Edgecombe. Dia baik-baik saja hanya kelelahan saat dia bersamaku semalam." perkataan Tom yang ambigu membuat Marietta dan Myrtle saling bertatapan tak percaya. Mengetahui gelagat kedua gadis itu, Tom membuka suara.

"Saat kami sedang belajar bersama." membuat mereka berdua mengangguk mengerti.

"Baiklah, karena kalian sudah datang. Tolong jaga gadisku, aku ingin kembali ke asramaku terlebih dahulu." mereka berdua kembali mengangguk lalu Tom pergi meninggalkan Hospital wings, tapi sebelum pergi ia menyempatkan mencium kening Amora membuat kedua sahabatnya heboh bukan main.

"Gadisku huhu~~" ejek kedua sahabatnya.

"Dan apa itu tadi? kecupan di kening. Ohh aku tidak tau Riddle bisa semanis ini pada kekasihnya. Aku kira dia akan tetap kaku dan selalu bersikap dingin, ternyata tidak. Kau beruntung sekali, Mora." Amora tersenyum dan menggelengkan kepalanya menanggapi mereka.

"Baiklah, kalian berdua sudah cukup."  tetapi tetap saja kedua sahabatnya masih terkikik pelan.

"Oh ya, sebentar lagi kunjungan ke Hogsmeade, bukan? aku ingin segera ke Honey dukes stok coklat dan permenku sudah habis dimakan Myrtle." ucap Marietta seraya menatap Myrtle yang berada di sebelahnya.

"Hey, aku hanya makan sedikit. Kau sendiri yang memakannya terlalu banyak hingga stokmu tidak cukup sampai kunjungan Hogsmeade selanjutnya." bantah Myrtle tidak terima, Marietta menatapnya tajam sedangkan Amora sudah tertawa geli melihatnya.

"Apa kau bilang?!" suara Marietta meninggi.

"Hey, sudah-sudah. Kalian jangan berisik nanti kalian di usir oleh Madam Pomfrey." Marietta menghela nafas lalu mereka bertiga saling pandang dan tiba-tiba mereka tertawa bersama. Ini memang hal yang biasa terjadi di antara mereka bertiga, mereka sering bertengkar lalu ujung-ujungnya tertawa bersama seperti tidak terjadi apapun.

"Aku sudah tidak sabar untuk menikmati Butterbeer di temani oleh kedua sahabatku yang cantik-cantik ini." Myrtle merangkul mereka berdua.

"Ehmmm, tapi sepertinya kunjungan kali ini aku tidak bersama kalian dulu." ucap Amora saat sudah terlepas dari rangkulan Myrtle.

"Kenapa?" tanya Myrtle, Marietta menepuk jidatnya pelan.

"Apa kau lupa? dia kan sudah punya Riddle. Tentu saja dia tidak akan pergi bersama kita lagi dan pergi dengan Riddle." Marietta menunjukkan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Amora menggeleng."Walaupun aku sudah bersama Tom sekarang, aku akan tetap pergi bersama kalian lalu dikunjungan berikutnya aku akan bersamanya. Lagipula kunjungan kali ini aku tidak pergi bersamanya." ucapannya membuat kedua sahabatnya mengernyit bingung."Lalu?" tanya keduanya.

"Aku akan pergi dengan Loren." kedua sahabatnya membulatkan matanya.

"Maksudmu, kau selingkuh?" dengan cepat Marietta membekap mulut Myrtle yang ceplas-ceplos.

"Tidak-tidak! aku hanya benjanji untuk meneraktirnya, tidak lebih." Amora buru-buru menjelaskan nya pada sahabatnya agar tidak salah paham.

"Tom tidak akan suka melihatmu dekat dengan Selwyn itu, Amora."

"Mengapa, kami hanya berteman." Marietta mengangguk mengerti.

"Tapi, Lorenzo Selwyn dan Tom Riddle itu musuh bebuyutan. Sudah pasti Tom akan marah melihat kekasihnya dekat bahkan berteman pada musuhnya." jelas Marietta.

"Apa yang membuat mereka bermusuhan?" tanya Amora.

"Riddle dan Selwyn mereka selalu bersaing, dikelas maupun diasrama. Dikelas keduanya selalu mendapatkan nilai sempurna dan menjadi kembanggaan Professor Hogwarts, sedangkan diasrama mereka berdua sama-sama dijuluki sebagai Princenya Slytherin. Mereka selalu ingin menjadi yang terbaik diasrama dan itulah yang membuat mereka bermusuhan. Sekarang aku memintamu untuk tidak dekat-dekat dengan Selwyn lagi, aku takut itu berpengaruh pada hubungan kalian." jelas Marietta panjang lebar.

"Mungkin aku bisa menjelaskan pada Tom. Bahwa aku hanya ingin berteman pada Loren, aku tidak akan ikut campur dengan permusahan yang mereka punya." Marietta menghela nafas. Tentu saja sahabatnya ini tidak akan tega menjauhi salah satu dari temannya hanya karena temannya bermusuhan dengan kekasihnya. Gadis yang cinta perdamaian.

"Baiklah, girls waktu berkunjung kalian sudah habis. Silahkan kembali keasrama karena jam malam akan segera tiba." seru Madam Pomfrey dari dalam ruangannya.

Marietta dan Myrtle menghela nafas."Baiklah kalau begitu, istirahatlah Mora. Besok kami akan kembali kesini melihatmu." Amora tersenyum kecil lalu mengangguk.

Mereka melangkah keluar, namun saat hendak membuka pintu. Mereka terkejut melihat pemuda tampan berseragam Slytherin dengan wajah dinginnya berjalan ke ranjang Amora. Mereka hanya menggeleng maklum laku melanjutkan langkah mereka kembali keasrama.

"Hello Kitten, sudah baikan?" Amora mengangguk.

"Tapi, kau masih lemah. Istirahatlah aku akan menemanimu disini, aku sudah mendapatkan izin dari Madam Pomfrey jangan khawatir." Amora mengangguk lagi, dia mulai memejamkan matanya. Merasakan kehangatan saat Tom menggenggam tangannya erat dan tangan satunya mengelus surai pirang platinanya.

Diam-diam Tom tersenyum dengan tulus melihat betapa lembutnya gadis itu, tiba-tiba perasaan aneh menyerang hatinya dan dapat ia rasakan jantungnya berdebar kencang. Ia segera menepis jauh-jauh perasaan itu, ia harus fokus ke tujuan awalnya. Senyum tulusnya langsung bertukar menjadi seringaian yang jahat, memikirkan rencananya pada gadisnya yang lembut dan polos ini.

"I think i'm obsess with you" bisiknya tepat di telinga gadisnya yang sudah terlelap.

=====°•~•°

Hari demi hari, minggu demi minggu telah berlalu. Tom dan gadisnya semakin sering bertemu untuk melatih ilmu sihir gadisnya itu hingga satu bulan lamanya. Kini semua murid Hogwarts dari tahun ke 3 sampai ke 7 tengah bersiap untuk kunjungan ke Hogsmeade. Kunjungan yang dinanti-nantikan murid-murid di Hoswarts.

Amora tampak sedang mencari seseorang, ia tidak sadar orang yang dicarinya sudah berangkat ke Hogsmeade dahulu dengan sepupu perempuannya. Ya, orang yang ditunggunya adalah Lorenzo Selwyn.

Melihat gadisnya yang seperti orang bingung, Tom menghampirinya.

"Kitten, what are you doing?" tanya Tom pada gadisnya.

"Tom, aku hanya sedang mencari temanku. Aku akan meneraktirnya di Honey dukes."

"Sepertinya temanmu itu sudah berangkat terlebih dahulu kesana."

"Bagaimana kau tau?"

"Yah, hanya kita berdua yang belum berangkat kesana." gadisnya membentuk bibirnya seperti O, membuat Tom terkekeh lucu.

"Lebih baik kita segera kesana sebelum waktu kunjungannya habis." ucap Tom, mendapat anggukan setuju dari gadisnya.

Saat mereka sampai mereka langsung memasuki toko perlengkapan dan bahan-bahan ramuan, karena mereka akan membuat ramuan di pertemuan mereka nanti. Setelahnya mereka toko buku, Tom yang beli. Mereka banyak mengunjungi toko-toko yang ada hingga mereka tiba di toko permen Honey dukes. Ini keinginan Amora, sebenarnya Tom tidak terlalu suka dengan makanan manis. Saat sedang memilih apa yang akan ia beli, gadis itu menemukan Loren tengah menatap jengan pada ketiga wanita di depannya yang sedang heboh memilih coklat, ia pun menghampirinya.

"Loren," panggilnya, seketika yang dipanggil pun menoleh, ia tau siapa pemilik suara selembut ini.

"Amora... h-haii" pemuda itu masih canggung setelah kejadian di danau hitam beberapa minggu yang lalu.

"Haii, kau bersama mereka rupanya. Aku sudah menunggumu didepan gerbang tadi, aku kan berjanji akan meneraktirmu disini." ucap gadis itu, iris biru lautnya menatap ketiga gadis yang masih tampak heboh tidak menyadari kehadiran Amora.

"I-iya, maaf membuatmu menunggu. Aku ditarik olehnya." Loren menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya menunjuk sepupunya, Carlotte Selwyn.

Amora mengangguk mengerti."Jadi, karena aku sudah berjanji akan meneraktirmu, ambillah apa yang kau inginkan"

"Aku sebenarnya mengiyakannya karena ku pikir kita akan pergi bersama, tapi sepertinya sudah ada yang pergi denganmu." Loren mengarahkan pandangannya pada Tom yang tengah menatap tajam kearah keduanya.

"Sebaiknya, kau hampiri dia. Sebelum dia salah paham denganku." benar juga Amora belum membicarakan tentang pertemanannya dengan Loren. Gadis itu mengangguk dan segera menghampiri Tom.

"Jauhi dia." saat Amora sudah didekatnya dia segera memperingati gadisnya itu.

"Tom, aku-"

"Jauhi dia, aku tidak suka melihatmu dekat-dekat dengannya." perkataannya tegas membuat Amora menghela nafasnya.

"Tapi dia temanku, Tom." tapi Tom mengabaikannya.

"Pilih aku atau dia." Tom menatap gadisnya dalam.

"Tom, jangan seperti ini."

"Aku atau dia?!" suaranya agak meninggi membuat Amora sedikit takut.

"Aku atau dia." ucapnya lagi saat gadisnya ingin berbicara.

Amora memejamkan matanya lalu menghela nafas dalam-dalam."Kau Tom, kau." jawab Amora yakin. Tentu saja dia akan memilih cintanya.

Tom tersenyum puas lalu ia menarik gadisnya dan memeluknya, ia tau pasti gadis itu akan memilihnya. Itu sudah jelas makanya dia berani menanyakan itu.

"Ayo kita kembali." Amora mengangguk.

"Aku akan membayar ini dulu." ia menunjukkan keranjangnya yang penuh dengan coklat dan permen. Tom mengangguk lalu menatap penuh kemenangan kearah Loren yang juga tengah menatap mereka berdua dari tadi. Ia berjalan mendekati Loren dan berbisik didekat pria itu.

"Kali ini kau kalah, Selwyn. Dia memilihku jadi bersiaplah untuk dijauhi olehnya." bisiknya dari samping dengan seringaian khasnya.

"Cepat atau lambat, Mora akan tau sifat aslimu, Riddle." bisiknya balik tak mau kalah. Tom mendengus marah lalu kembali berbisik.

"Sebelum itu terjadi, akan ku pastikan dia sudah jatuh ditanganku." Tom kembali menyeringai.

"Sialan, kau Riddle." Loren melangkah pergi meninggalkan Honey dukes.

"Mygael, bagaimana dengan cokalt ini." Tom menatap kearah tiga gadis yang sepertinya mengira Loren masih ada di belakang mereka.

"Oh, haii Tom. Lama tidak bertemu, kau semakin tampan." Tom mengernyit jijik, namun dengan cepat ia merubah raut wajahnya menjadi tenang sebelum ketiga gadis itu menyadarinya.

"Hai juga." balasnya singkat dengan senyum tipis membuat Carlotte memekik kesenangan. Dengan cepat gadis itu menempel pada Tom dan merangkul lengan kirinya membuat Tom risih. Lalu ia melihat Amora sudah selesai membayar coklat dan permennya, ia segera melepaskan rangkulan Carlotte.

"Maaf, Selwyn. Aku harus segera pergi, gadisku sudah selesai dengan urusannya disini." ia menunjuk kearah gadisnya, dengan anggun ia berjalan meninggalkan Carlotte yang sudah terbakar karena ia menyebut Amora dengan sebutan 'gadisku'.

"Kau tidak berniat memberikan anak itu pelajaran, Car?" tanya salah satu temannya.

"Tentu saja aku sudah punya rencana. Tapi aku tidak akan melakukannya sekarang, tunggu sampai Tom pergi ke Dumstrang untuk pertandingan Quidditch. Baru aku akan memulai aksiku, kalau sekarang masih ada Tom yang terus menjaga gadis itu. Kita tidak bisa melawannya dia penyihir yang kuat." mendengar itu kedua temannya mengangguk.

"Ayo, kita pergi."

=====°•~•°

Kini sepasang kekasih itu tenagh menikmati waktu berdua berjalan-jalan di dekat hutan terlarang dengan suasana yang masih sejuk. Amora sedang asik memakan coklat yang ia beli di Honey dukes tadi, sampai belepotan ke pipinya.

Tom melihat pipi gadisnya yang cemong gara-gara cokkat terkekeh kecil."Kau mau, Tom?" tanya Amora tiba-tiba.

"Tidak, aku tidak suka makanan manis. Itu tidak baik untuk gigi."

"Tapi yang ini tidak terlalu manis, percayalah. Ini darkchocolate yang memang tidak terlalu manis." ia menyodorkan satu bungkus pada kekasihnya.

Tom menepisnya lalu dengan cepat ia mencium-oh tidak menjilat pipi Amora yang terkena coklat tadi membuat sang gadis membeku.

"Benar, tidak manis." ucap Tom seraya mengusap lembut pipi gadisnya. Sementara gadisnya masih terdiam sambil mengedipkan matanya beberapa kali.

"Kau lucu sekali, memang cocok ku panggil Kitten." gadis itu memiringkan kepalanya menatap kearah Tom. Tiba-tiba saja pipinya memanas, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dari kekasihnya itu dan memandang kearah hutan terlarang. Disana ia melihat hewan cantik yang memiliki badan bewarna putih cerah dan rambut warna-warni yang bercahaya dengan satu tanduk seperti lolipop di sekitar rambutnya. Tidak salah lagi itu Unicorn.

"Tom, lihat itu. Itu Unicorn." iya melompat-lonpat girang sambil menunjuk hewan cantik itu yang sedang bermain-main di pinggiran hutan terlarang. Tom melihatnya dan mengangguk gemas melihat tingkah gadisnya ini.

"Kau tau Tom? Darah unicorn akan membuat seseorang tetap hidup, bahkan jika seseorang berada satu inci dari kematian, tetapi dengan harga yang sangat mahal. Seseorang itu telah membunuh sesuatu yang begitu murni dan tidak berdaya untuk menyelamatkan dirinya sendiri, orang itu akan memiliki waktu paruh, kehidupan terkutuk, sejak darah menyentuh bibirnya." jelas gadis itu panjang lebar.

"Aku tau soal darahnya yang bisa membuat seseorang tetap hidup, namun soal kutukan aku tidak mengerahuinya." Tom mendekat.

"Jangan mendekat, Tom. Dia akan kabur, aku masih ingin melihatnya. Sudah dari lama aku ingin melihatnya, aku sangat menyukai hewan itu." Amora menahan lengan Tom.

"Kau menyukai hewan itu?" tanya Tom, Amora mengangguk.

Tom mengeluarkan sesuatu dari kantong jubahnya."Pejamkan matamu." gadisnya menuruti.

Amora seperti merasakan sesutu melingkar di lehernya yang ia yakini itu adalah kalung."Nah, sekarang kau boleh membuka matamu." dengan cepat Amora membuka matanya dan menatap kearah lehernya yang sudah terdapat kalung cantik dengan bandul Unicorn.

"Ini sangat indah, terima kasih Tom. Darimana kau mendapatkannya." Amora menatap kagum kalung yang ia berikan itu.

"Aku mendapatkannya dari seorang penyihir tua di Hogsmeade tadi. Saat kau sedang masuk ke toko lelucon. penyihir tua itu menawariku kalung itu, tadinya kalung itu memiliki bandul seekor burung elang, aku mentransfigurasinya menjadi Unicorn tadi. Kau suka?" tanyanya yang mendapat anggukan antusias dari gadisnya. Amora menoleh kearah Unicorn tadi, namun hewan itu sudah tidak ada disana.

"Yahh... dia sudah pergi."

"Mungkin dia takut mendengar pekikkan kagetmu tadi." gadisnya cemberut membuatnya sangat ingin menelan gadis yang ada dihadapannya ini. Tunggu dulu kemana sifat egois dan dinginnya pergi?

"Baiklah, sudah saatnya kita kembali." Amora mengangguk, mereka berjalan kembali ke kastil Hogwarts.

Tidak ada yang bisa mengambilmu dariku, Amora. Tidak seorang pun yang bisa mengambilmu, termasuk orang tuamu dan Selwyn-batin Tom.

=====°•~•°

Wihhh makin seru aja ni
gimana kalian suka ngk? kalo sukak silahkan vote dan follow aku ya....

Btw maaf kalo ada kesalahan kata atau apapun itu dan maaf juga kalo ngk nyambung🙏🙏

Publish :
18 Februari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

14.1K 1.1K 30
𝓞𝓷𝓰𝓸𝓲𝓷𝓰 𝓼𝓽𝓸𝓻𝔂 𝓫𝔂 𝓹𝓻𝓸𝓿𝓸𝓬𝓪𝓽𝓲𝓿𝓮 𝓮𝓷𝓿𝔂 Timeturner yang rusak seharusnya tidak mengirimku ke masa lalu sejauh ini. Ini belum p...
987K 59.8K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
2.3K 199 26
Who's that girl? Cerita dimulai tahun ketiga.. Mia Lyna Hathaway adalah penyihir berdarah murni yang membenci sihir semenjak kejadian yang menimpa ke...
22.1K 3.7K 13
Hermione kehilangan Cedric, lelaki yang menjadi labuhan hatinya. Perang dan kematian Cedric membawa trauma yang mendalam bagi Hermione dan Hermione t...