Forever Mine

By 23gwen

4.7M 208K 10.8K

"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya... More

prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Tolonggg yaaa
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 29

73.9K 3.3K 132
By 23gwen

Setelah semalam aku melewati hal yang berat, pagi-pagi sekali aku bangun dari tidurku, aku meninggalkan Sean yang masih meringkuk diranjang. Aku menatapnya sekilas lalu aku beranjak keluar dari kamarnya, aku tidak bisa terus berada disini, perasaanku seperti bercampur aduk saat melihatnya. Aku berjalan kearah dapur dan melihat seorang wanita memulai pekerjaannya, dia terlihat kaget melihatku tapi aku hanya tersenyum padanya.

"Maaf miss, aku akan segera menyiapkan sarapan" dia berkata padaku dengan takut-takut.

"Tidak apa, aku tadi hanya terbangun, aku hanya ingin minum jus jeruk" aku berkata sambil beranjak membuka kulkas, wanita itu tadi langsung membawa gelas ditangannya dengan raut cemas.

"Oh terima kasih, aku akan mengambilnya sendiri" aku berusaha untuk meraih gelas yang ada ditangannya, tapi dia masih melarangnya.

"Aku akan mengambilkannya, ini adalah bagian pekerjaanku" dia memaksa sambil menundukkan kepalanya.

"Jangan seperti itu, aku tidak ingin merepotkanmu" aku pura-pura memarahinya lalu tersenyum padanya, sambil kembali meraih gelas ditangannya, tapi sekali lagi dia menghalangiku menyentuhnya.

"Kumohon miss, Mr Blackstone tidak akan senang melihatmu disini, tolong duduk saja di kursi dan biarkan aku membawakan jus jerukmu, atau aku akan berada dalam masalah" aku tersentak mendengar kata-katanya, astaga!, apakah mungkin selama ini Sean semenakutkan itu. Aku menatapnya dengan lembut lalu menuruti kata-katanya, aku duduk di kursi tinggi menunggunya menuangkan jus jeruk untukku.  Tak lama kemudian dia kembali padaku dengan senyuman diwajahnya saat dia meletakkan segelas jus jeruk dingin yang terlihat sangat menggugah selera.

"Terima kasih" aku bergumam padanya, dia hanya menjawabnya dengan menganggukan kepalanya. Aku menatapnya lagi, dia terlihat cantik meskipun sudah berumur, rambutnya berwarna hitam kecokelatan yang digelung dengan rapi, keriput tipis menghiasi wajahnya yang membuatnya jadi terlihat menarik, entah kenapa aku merasa lebih tenang saat aku melihat wajahnya.

"Maaf, tapi apakah kau pernah bekerja untuk keluarga Blackstone sebelumnya?" aku bertannya padanya, dia hanya tersenyum lalu beranjak kearahku sambil membawa beberapa roti ditangannya.

"Ya miss, dulu aku bekerja untuk Mrs Blackstone"

"Melisa Blackstone?" aku memperjelasnya, dan dia mengangguk sambil tersenyum.

"Dulu aku bekerja di mansion sebelum akhirnya aku bekerja disini" dia menjelaskan lagi.

"Ohh, well aku sudah lama melihatmu disini tapi kita belum sempat berkenalan karena Sean melarangku, tapi itu sebuah pengecualian hari ini" aku mengulurkan tanganku padanya dan dia dengan ragu menjabat tanganku.

"Namaku Ashley Warren senang berkenalan denganmu"

"Melinda Brown, aku sudah mengenalmu miss, sebenarnya tidak perlu seperti ini" dia berujar ketika aku kembali duduk dan dia kembali dengan roti dan beberapa sayuran di mejanya.

"Tetap saja kita tidak boleh melewatkan formalitas" aku kembali berujar sambil meminum jus jerukku, hmm rasanya sangat segar.

"Apakah kau suka bekerja untuk keluarga Blackstone?" tiba-tiba saja aku menyeletuk, dia terlihat tersenyum lagi dan kali ini dia tidak menatapku.

"Aku beruntung karena masih diperlakukan seperti manusia dikeluarga ini" kata-katanya benar-benar menghantam keras dadaku.

"Apakah Sean sering menyulitkanmu?"

"Hal itu biasa terjadi, tapi hanya jika aku tidak bisa membuatmu memakan makan malammu, dan jika kau menyelinap masuk kedalam dapur" dia berujar sambil tersenyum lembut, aku membalasnya dengan senyuman canggung, dia terkena masalah karena aku.

"Maafkan aku"

"Oh itu tidak diperlukan miss" dia kembali tersenyum, kini dia mulai menata roti dan sayuran yang ada didepannya, kupikir saat ini dia sedang membuat sandwich.

"Kau pasti melihat Sean tumbuh besar saat kau bekerja di mansion"

"Tentu miss, Mr Blackstone dulu adalah seorang anak yang manis, dia begitu sopan dan penuh perhatian" Melinda berujar, kini sebuah sandwich yang berisi daging, keju, selada dan mentimun sudah terhidang didepanku, astaga bahkan dia tidak menyertakan tomat dalam sandwich ini, dia pasti tahu jika aku tidak suka, atau mungkin saja Sean yang memberitahunya, entahlah.

"Dulu Mr Blackstone sangat menyayangi ibunya, sebelum semuanya berubah"

"Kelihatannya sangat lezat, terima kasih" aku mencomot bacon renyah yang ada disamping sandwichnya kemudian mengunyahnya, dia tersenyum padaku lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Lalu apa yang terjadi?, maksudku setelah ibu kandungnya pergi" tanyaku penasaran.

"Mr Blackstone menjadi anak yang pendiam, dia mudah sekali marah, saat dia beranjak remaja dia mulai kehilangan kendali, dia terlibat perkelahian dengan teman-temannya, tidak ada siapapun yang bisa mengendalikannya"

"Bahkan Melisa?" aku memotongnya karena rasa penasaranku.

"Bahkan Mrs Melisa Blackstone, sejak ibunya pergi Mr Blackstone menjadi berubah, semua orang di mansion seakan tidak mengenalnya lagi karena tingkah lakunya yang sangat berbeda, setiap keinginannya harus dipenuhi" aku mengangguk menyetujuinya, karena Sean memang seperti itu, jika dia menginginkan sesuatu maka dia akan mendapatkannya.

"Lalu bagaimana dengan ibu kandungnya?" aku bertanya sekali lagi sambil menggigit kecil sandwichku, lalu mengunyahnya.

"Dia wanita yang sangat baik, dia hanya gadis desa saat masuk dalam keluarga Blackstone, gaya hidup seperti ini tidak bisa membuatnya bertahan, lalu dengan semua wanita Mr Macon Blackstone, dia benar-benar kacau, sebelum akhirnya pergi"

"Kenapa dia tidak membawa Sean bersamanya?" tanyaku lagi.

"Mr Sean Blackstone adalah pewaris tunggal saat itu, keluarga Blackstone tidak akan membiarkan siapapun menyentuhnya, termasuk ibunya sendiri"

"Dan ibunya pergi begitu saja?" aku menganga tidak percaya.

"Tidak ada banyak pilihan saat itu miss" Melinda berujar sambil menerawang masa lalu, aku bahkan bisa melihatnya menampakkan sedirkit luka diwajahnya.

"Kupikir keluarga ini gila" aku berkata sambil kembali meyuapkan sandwich ke mulutku, aku mendengar Melinda tersenyum sambil membereskan beberapa bahan makanan yang ada dikulkas, lalu kembali padaku.

"Mereka hanya terlalu kaya miss, sampai akhirnya mereka lupa bagaimana menjadi manusia biasa, mereka lupa bagaimana untuk menjadi bahagia"

"Ya, mereka memang sangat kaya" aku menerawang lagi kehidupanku, keluarga Sean memang sangat kaya, itu juga penyebab kenapa saat ini aku disini.

"Ow, dan aku ingat saat Mr Sean Blackstone perlahan-lahan kembali ke pribadi yang lebih hangat, memang membutuhkan banyak waktu untuk mengubahnya , tapi setidaknya masih ada kehangatan dalam hatinya, meskipun tidak akan pernah seperti dulu lagi"

"Kapan hal itu terjadi?" aku bertannya tanpa minat sambil mengunyah potongan terakhir sandwichku lalu menelannya.

"Saat dia membawamu kemari miss"

Aku menatap ke arahnya, tapi yang kulihat hanyalah kesungguhan diwajahnya, dimatanya, semuanya terlihat begitu nyata tanpa kebohongan apapun. Aku berusaha tersenyum, tapi aku hanya bisa melemparkan senyuman palsuku padanya, aku mulai merasa ini tidak benar, aku merasa kacau denngan semua ini, semua ini terlalu berat sampai-sampai aku tidak tahu bagaimana perasaanku sendiri. aku tidak bisa merasakan apapun lagi saat ini karena yang aku ingat selama bertahun-tahun ini hanyalah penderitaan yang diberikan oleh ibuku, apakah ini memang layak untuk kuterima?, apakah rasa sakit ini memang ditakdirkan untuk kujalani seumur hidupku?, aku tidak tau, aku juga tidak mengerti.

"Aku bukan wanita yang tepat Melinda, disini bukan tempatku dan tidak akan pernah menjadi tempatku" aku berujar dengan suara pelan, dadaku bahkan sedikit sakit saat aku mengucapkannya.

"Waktu yang akan menjawabnya Miss Warren, Mr Blackstone tidak pernah melakukan wanita dengan begitu hangat seperti yang dia lakukan padamu sebelumnya, hanya kau Miss, dia bersikap hangat hanya padamu"

"Maka dia harus belajar untuk bersikap hangat pada wanita lain, tidak selamanya aku akan ada disampingnya" aku berkata lagi padanya, perasaanku sangat kacau saat ini.

"Semua masalah akan mencari jalan keluarnya sendiri Miss Warren"

Tanpa kusadari air mataku menetes, aku menunduk untuk menyembunyikan air mataku dari Melinda, tapi terlambat karena Melinda akhirnya berdiri disampingku lalu merengkuhku kedalam pelukannya, aku melingkarkan lenganku di bahunya sambil balas memeluknya erat-erat. Tubuhku mulai gemetaran saat aku terisak lirih dalam pelukannya. Perasaanku benar-benar kacau, sangat kacau, dadaku terasa sangat sesak hingga aku mengira aku tidak bisa  bernafas.

"Aku tahu ini sulit, tapi kau akan baik-baik saja, aku berjanji"

"Rasanya aku ingin mati" aku berkata disela-sela isakanku.

"Stt, jangan katakan itu" Melinda melepas pelukannya kemudian meraih wajahku di kedua telapak tangannya, dia melakukannya seperti seorang ibu memperlakukan anaknya. Diusapnya pipiku dengan lembut lalu disekanya air mataku dengan telapak tangan hangatnya, dadaku terasa bergetar saat dia melakukannya, seluruh tubuhku rasanya lumpuh karena kelembutan yang dia berikan padaku. Tiba-tiba saja aku merasa sangat lemah inikah rasanya tangan seorang ibu?, beginikah seorang ibu memperlakukan seorang anak?, jika memang begini maka aku akan rela mati untuk mendapatkan perlakukan ini satu kali lagi. Pantaskan aku menerimanya setelah semua yang kulakukan.

Aku mengangkat wajahku untuk melihat wajah lembutnya sekali lagi, dia tersenyum padaku, senyuman itu terasa begitu tulus padaku, dia mengelus wajahku dengan lembut lalu menggenggam tanganku, aku hanya terdiam melihat apa yang dilakukannya.

"Kau cantik Ashley, kau tidak perlu menderita seperti ini, temukan sendiri kebahagiaanmu" dia berujar dengan tenang dan menghibur.

"Aku tidak bisa terus disini, tapi rasanya terlalu sulit untuk meninggalkannya" aku berujar dengan serak, menahan suara isakanku yang hampir keluar dari mulutku.

"Hatimu yang akan menuntunmu, kau hanya perlu percaya" dia kembali berkata lalu menyeka air mataku dengan tangannya yang penuh dengan kelembutan, setelah itu dia kembali pada pekerjaannya sedangkan aku bergelung di sofa ruang tengah sambil memandangi kota New York dipagi hari, tembok kaca dipenthouse mulai sedikit berembun karena cuaca dingin kota ini, aku mengusap kaca didepanku tapi tetap saja embun selalu datang dan kembali memburamkan pandanganku.

Sebuah usapan lembut dipinggangku membuat lamunanku buyar seketika, aku melihat kesampingku dan melihat Sean berlutut di depanku, dia tersenyum menawan lalu menghadiahiku ciuman selamat pagi di bibirku.

 "Selamat pagi cantikku" dia berujar dengan penuh kebahagiaan di matanya, oh my... dia memang terlihat sangat bahagia saat ini, semuanya terlihat begitu jelas dimatanya.

"Pagi juga tampan" aku berujar padanya sambil beranjak melingkarkan lenganku dilehernya, aku merasakan dia tersenyum hangat lalu mengangkatku ke dalam pangkuannya, aku merasa seperti pulang kerumah.

"Kau begitu manis pagi ini" dia berkata sambil mengusap rambutku, sementara kepalaku masih kutenggelamkan dicekungan lehernya, aku mencium lehernya dan menghirup aromanya dalam-dalam. Aku mencium aroma harum sabun mahalnya bercampur dengan aromanya, aroma seorang Sean Blackstone, pengusaha paling dingin di seluruh dunia.

Seumur hidupku aku tidak pernah memimpikan hal ini, aku tidak pernah memimpikan bahwa seorang Sean Blackstone mendekapku dalam pangkuannya, dan sangat menyakitkan juga untuk mengatakan kenyataan bahwa aku membuat seorang Sean Blackstone bertekuk lutut padaku.

"Kau bekerja hari ini?" tanyaku sambil menatapnya dia mengangguk lalu mengusap pipi dan bibirku dengan lembut. Aku menghindari sentuhan berikutnya dan kembali membenamkan kepalaku ke lehernya, aku sempat melihat Melinda yang baru saja kembali kedapur melirikku dan tersenyum padaku, dan entah kenapa aku tidak bisa membalas senyumannya, alhasil aku mengalihkan pandanganku dan membenamkan kembali kepalaku di leher Sean.

"Mungkin ada beberapa urusan bisnis"

"Urusan bisnis di akhir pekan?" tanyaku sambil mendengus.

"Ada apa sayang?" dia bertanya dengan lembut meskipun aku menanyainya dengan nada tidak sopan kepadanya.

"Jangan bekerja hari ini" aku berkata padanya sambil melingkarkan lenganku di lehernya, aku mendekapnya dengan erat, dia berusaha untuk mengurai pelukanku tapi aku tidak membiarkannya, aku tetap memeluknya dengan erat, aku tidak ingin dia mengurai pelukanku.

"Aku ingin kau tetap disini, lupakan pekerjaanmu" aku berbisik padanya, aku tegas berbisik padanya tentang keinginanku, aku memang menginginkan dia disini bersamaku, dan aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan, aku akan membuatnya memberikan apa yang aku inginkan.

Aku merasa kebas saat dia menjauhkan lengannya dari tubuhku, kini dia melepas pelukannya padaku, dia menjauhkan tangannya dariku, air mataku memaksa keluar dari kelopak mataku tapi aku berusaha sekuat tenaga untuk menahannya.

"Ini Sean Blackstone, tolong batalkan pertemuan hari ini karena aku memiliki urusan yang lebih mendesak" dia berkata singkat dengan penuh kendali dalam suaranya lalu mematikan ponselnya setelah menunggu beberapa saat setelah lawan bicaranya menjawabnya. Perlahan-lahan kebahagiaan mulai menyusup dalam diriku, kesedihanku seolah menghilang begitu saja, sesaat kemudian aku merasakan lengannya kembali melingkariku.

"Sekarang aku sepenuhnya milikmu" dia berbisik padaku membuat senyumanku mengembang, aku mengeratkan pelukanku dan tertawa kecil saat dia mengucapkan kata- kata itu padaku.

"Terima kasih"

"Sekarang katakan padaku, kemana kau ingin pergi?"

"Aku memikirkan tentang Bahama"

"Aku punya resort disana, aku akan menelpon untuk mengurus penerbangan kita, sementara itu bersiaplah" dia berkata sambil membawaku ke kamarnya.

***

North Bimini, Bahama membuatku sangat terpukau dengan keindahannya, resort yang dimiliki Sean membuatku sangat terpesona, meskipun seharusnya aku tidak seperti itu dengan semua yang dimiliki keluarga Blackstone aku seharusnya tidak kaget dengan hal itu. Sean membawaku ke Overwater bungalow klasik lengkap dengan meja kaca untuk melihat ikan tropis berenang di  air jernih, setiap kamar memiliki tempat tidur penuh dengan bunga lokal semuanya terlihat sangat romantis, beberapa pria kaya terlihat menjelajah dunia bawah air yang berwarna-warni bersama pasangan mereka. Pulau ini menawarkan sepotong kenangan yang sangat mempesona dan akan diingat bagi siapapun yang menganjunginya, tempat ini cocok bagi pasangan yang ingin bersantai dengan suasana yang penuh ketenangan.

Aku mengarahkan Canon-ku dari pemberian Sean ke pemandangan laut luas yang terhampar didepanku aku tersenyum puas saat aku melihat kearah kameraku, pemandangan sempurna yang terangkum dikameraku benar-benar sangat indah, laut biru yang terlihat sangat mengagumkan dibingkai dengan beberapa pohon kelapa yang menjulang tingi di tepi pantai. Aku mengalihkan pandanganku dari kamera untuk menikmati pemandangan yang sebenarnya didepan mataku, angin sejuk berhembus diwajahku, aku menghembuskan nafasku dengan perlahan menikmati udara segar yang masuk kedalam paru-paruku, andaikan kehidupan seindah tempat ini. Aku tersenyum miris sambil menundukkan kepalaku. Tak lama kemudian aku merasakan lengan Sean melingkari pinggangku, tiba-tiba saja seluruh tubuhku terasa kaku karena sentuhannya.

"Indah seperti kau, cantikku" dia berkata sambil mencium pipiku berulang kali, aku tersenyum hambar lalu kembali menunduk.

"Apa yang kau pikirkan hmm?" dia bertanya sambil membalikkan badanku untuk melihat wajahku, sialan!, kenapa dia selalu tau jika ada yang tidak beres denganku.

"Tidak ada apapun, mataharinya terlalu menyengat itu saja" aku berujar padanya dengan sangat tenang dan menjaga ekspresiku agar dia tidak mencurigaiku lebih lanjut lagi. Aku mengukur ekspresinya, dia terlihat berpikir sejenak lalu menarikku ke dalam dekapannya.

"Sean?, ada apa?" aku kembali bertanya ketika dia bersikap aneh seperti tadi, dia memang seringkali emelukku tapi yang kulihat saat ini ada suatu keresahan dalam wajahnya, dia terlihat begitu gusar.

"Aku hanya berpikir betapa aku mencintaimu" kata-katanya membuat air mataku kembali menetes, oh tuhan... kenapa kau mengirim pria sesempurna ini padaku, kenapa kau membiarkanku menyakitinya, aku bahkan tidak tahu lagi apakah dia itu kebahagiaan yang kau kirimkan untukku ataukah petaka yang kau kirimkan untukku. Yang aku tahu hanya semakin aku berada didekatnya, aku merasa seperti aku sedang menghancurkan dirinya dengan perlahan-lahan. Dia tidak membutuhkan wanita sepertiku,dia membutuhkan wanita yang bisa mencintai dirinya sebesar dia mencintaiku, perasaannya yang berharga itu harus dibalas dengan perasaan yang sama berharganya, dan aku sangat menyadari bahwa aku tidak bisa membalas perasaan itu.

***

Setelah kami makan malam, Sean mengajakku untuk berjalan menyusuri tepi pantai, kami berdua melepas alas kaki kami lalu berjalan berdampingan, aku memeluk lengan Sean didepan tubuhku karena angin pantai membuatku mulai menggigil.

"Kita tidak menghadiri acara keluarga itu karenaku" aku berujar dengan menyesal

"Aku juga tidak ingin menghadiri acara itu" dia menjawab.

Kita berhenti sejenak karena Sean menghentikan langkahnya, kita saling berhadapan, dia melepas mentel hangatnya lalu menempatkannya disekitar bahuku.

"Kau kedinginan" Sean berujar sambil mengerutkan dahinya, aku tau dia sedikit kesal karena dia menyuruhku mengenakan jaketku tapi aku tidak melakukannya, aku tidak menyangka bahwa udaranya akan sedingin ini jadi aku hanya menganggap enteng itu semua.

"Aku pikir..."

"Kau tidak berpikir Ash!"

Aku menundukkan kepalaku darinya, dia kembali marah padaku. Aku benci saat-saat seperti ini, dia selalu membbuatku merasa bersalah dengan semua ini, dia selalu membuatku seperti anak kecil yang tertangkap basah sedang berbuat kenakalan.

"Kau wanita yang sulit Ashley Warren" dia kembali berujar lalu mendekapku ke dalam pelukan hangatnya, aku membalas pelukannya dengan melingkarkan lenganku disekeliling pinggangnya, untuk pertama kalinya, aku tidak ingin melepaskan pelukanku padanya.

***

kacau ya?










Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 173K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
557K 39.2K 61
Dokter Rony Mahendra Nainggolan tidak pernah tahu jalan hidupnya. Bisa saja hari ini ia punya kekasih kemudian besok ia menikah dengan yang lain. Set...
1.2M 41.3K 55
Sial bagi Sava Orlin setelah melihat lembar penetapan pembimbing skripsinya. Di sana tertulis nama sang mantan calon suaminya, membuat gadis itu akan...
4.7M 174K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...