Ini bonus chapter, komisi dari salah satu Readers disini
Apapun yang kalian baca dibawah ini... tetaplah berkeyakinan bahwa Tuhan itu baik pada kalian
Dan mohon maaf jika apa yang tertulis dibawah bisa menyinggung kalian. Terutama soal agama
Enjoy
⛔
"God bless you" Pemuda bernetra emas itu berkata, pada mereka yang menyempatkan diri untuk berdoa pada Tuhan dan mengantri cukup lama di Katedral Katolik hanya untuk menggenggam tangannya lalu mendapatkan ilham berupa ucapan tadi.
Mereka yang bersalaman merasa disucikan oleh kehadirannya yang hangat bagai matahari. Berharap bahwa dosa terdahulu akan diampuni Tuhan melalui pemuda ini, namun sayang, mereka lupa bahwa netra emas itu juga manusia seperti mereka. Bahwa dia pun, yang mereka kira suci juga pasti mempunyai dosa.
Siapa yang tak kenal dia? Gempa namanya. Di usianya yang masih muda, dia telah menjadi seorang Pastor terkenal di kotanya. Meninggalkan segala kesenangan serta prahara dunia. Malang, kata mereka yang terlena dengan keindahan dunia. Kebalikannya, bagi para penghasut dunia… Gempa adalah santapan lezat. Makanan kelas atas, VVIP, bintang lima yang hanya bisa dimakan semasa para pendakwah sekaliber nabi hidup.
Gempa yang terlahir dari keluarga taat pengikut Bapa Yesus. Dia melihat keindahan dunia hanya sementara. Surga adalah keinginan yang dia ingin gapai, kelak jika waktunya telah tiba. Tapi semua rapalan yang dipelajari selama sepuluh tahun, rapalan yang dia lantunkan setiap malam atas keagungan untuk Tuhannya itu tergoyahkan dalam beberapa jam.
Malam itu, seperti malam biasanya Gempa akan mendudukkan diri pada altar sambil membacakan doa - doanya. Kekhusukannya dibuyarkan oleh suara ketukan pintu.
Gempa menoleh ke jam besar yang tergantung di tengah altar dakwah. Jarum menunjukkan pukul 10.49. Dia merengut heran, siapa gerangan yang mendatangi gereja semalam ini?
'Mungkin hanya kucing yang iseng?' pikirnya. Saat si pastur muda mulai berfikiran positif, pintu kembali diketuk, kali ini dengan urgensi.
Dia percaya bahwa makhluk Tuhan itu banyak. Tampak mata maupun yang tidak, dan Gempa berharap apapun diluar sana yang sedang mengetuk adalah manusia. Persaannya kalut. Perlahan pemuda netra emas itu menuju pintu lalu membukanya hanya untuk bertatap langsung dengan... seseorang dengan balutan hitam legam.
Yang membuat Gempa mundur perlahan adalah matanya. Matanya merah. Iris merah darah yang sering diwanti - wanti keluarganya muncul tepat didepan matanya. Didepan rumah Tuhan!
Gempa segera menutup pintu tapi dihadang oleh kaki makhluk itu. Bahkan sebagaimanapun Pastur muda itu mendorong, pintu itu tidak bergerak sama sekali. Pria hitam itu dengan paksa membuka pintu Katedral hingga membuat Gempa terjatuh.
Pria itu memberikan tangannya dan Gempa dengan tidak yakin menerimanya, masih berpositif thinking bahwa dia adalah manusia dan ucapan yang selalu ibunya beritahu itu hanya sebuah mistis. Gempa mengira dia akan dibantu berdiri, bukan itu, malahan jauh lebih tidak masuk akal, tiba - tiba tubuhnya ditarik kedalam sebuah pelukan.
"Ohhhh betapa harumnya tubuh surgawi~" Pria itu berkata. Mengendus lehernya layaknya menghirup parfum profesional.
"Lepaskan!" Gempa tentu saja tak tinggal diam. Dia meninju perut pria itu.
Si netra merah linglung kebelakang, memberikan jarak pada mereka. Disaat itu pula kesempatan bagi Gempa mengambil Air Suci dan menyiramnya ke Pria itu. Awalnya Gempa ingin meminta maaf atas ketidak sopanannya saat tidak melihat reaksi dari Pria itu namun selanjutnya membuat Gempa makin menjauh. Tubuh si hitam mengeluarkan uap layaknya asap. Kulitnya melepuh memperlihatkan daging di dalamnya.
"Kau Iblis!"
"Oh? Sebegitu cepatnya kah penyamaranku terbongkar?" Iblis itu menyeringai kala dia melihat Gempa menggenggam Rosarynya erat.
"Jangan takut, Cantik" Pria itu mendekat dan Gempa makin tersudut. Air Suci yang dia gunakan hanya cukup untuk menyiram tadi. "Kenapa?~ tak punya senjata lain?~"
"Bagaimana kau bisa masuk rumah Tuhan?!"
Pria itu tertawa keras, menganggap Gempa tengah memberikan lelucon paling lucu yang pernah dia dengar selama berabad - abad. "Hahh..... tadi sangat membuat mood ku membaik, mungkin aku tidak akan bermain kasar denganmu nanti. Apa tadi pertanyaanmu? Oh ya… Bagaimana aku bisa masuk? Ya… tentu saja kau tahu jawabannya. Karena aku juga makhluk Tuhan"
"Untuk apa kau kemari?!"
"Kedatanganku kemari... Ah, aku lupa untuk memperkenalkan diri. Namaku Halilintar.... kau mengenalku sebagai Lucifer" Halilintar menampakkan tanduk serta sayap malaikat yang menghitam. "Jadi aku tak sepenuhnya Iblis"
"Malaikat... jatuh... Archdevil..."
"Sangat dalam sekali pengetahuanmu. Aku makin suka"
"Tapi kau berkomplot dengan Iblis!"
"Sayang, jangan mencoba untuk pergi kesana karena aku tak punya kesabaran untuk menjelaskannya dan aku bosan ditanya itu terus" malaikat jatuh yang sekarang jadi iblis itu mengamit tangan Gempa dan mengecupnya. "Lagi pula, kedatangan ku kemari hanya untuk melepas rasa ingin tahuku. Aku penasaran dengan obrolan para kaum ku dulu (malaikat) bahwa ada manusia yang menakjubkan." Seringaian terlihat jelas di wajah Halilintar. "Woops" Tubuh pendeta muda itu linglung dan ditangkap oleh sang iblis.
Gempa merasa dirinya mendadak lemah, serasa dilanda sakit. Pikirannya yang tadinya jernih kini dipenuhi oleh hawa dan nafsu. Hatinya bergejolak saat menatap wajah tampan diatasnya, saat iblis itu masih setia menggenggam tangannya dan membelai rambutnya.
"Sangatlah menarik ada manusia sepolos dirimu dalam lingkaran manusia dirundung kesesatan"
"K-ka-kaalian lah yang menyesatkan kami!"
"Omong kosong darimana kau mendengarkan itu, Cantik? Dari pendeta tua nan kolot yang melatihmu menjadi pendeta saat ini? Atau karena keluargamu yang memang pengikut setia Tuhan?" Kuku runcing itu menelusuri setiap jengkal tubuh Gempa. Makhluk itu mulai mencabut pakaian Gempa. "Antara kau dan aku, kita diciptakan hanya untuk dimainkan oleh tangan Tuhan."
"Kau mulai melakukan penyesatan!" Hanya satu yang dapat Gempa genggam saat seluruh bajunya dilepas satu persatu. Dia menggenggam erat Rosary yang diberikan mendiang ibunya padanya.
Halilintar kembali tertawa. Kali ini membuat Katedral itu bergetar.
"Dan sampai kini kau masih berpegang teguh padanya? Cantik, lihatlah siapa yang akan menolongmu jika bukan aku?"
"Kau yang melakukan ini padaku!"
"Lalu jika aku berkata kau lah yang membuat ku seperti ini bagaimana?"
Gempa terhenyak saat iblis itu menatapnya tulus.
"Kau tahu.... manusia itu pada hakikatnya tersesat dan menyesatkan. Bahkan aku iblis pun takluk dalam kesesatan yang kau buat" Halilintar mengusap wajah Gempa saat bisikan - bisikannya mulai merasuki keyakinan si manusia suci ini.
"Orang sepertimu mungkin bisa masuk Surga dengan jalur prestasi. Tapi bagaimana denganku? Aku juga makhluk Tuhan. Bukankah Tuhan maha adil? Layaknya seperti yang kau katakan pada pengikut berotak dangkal itu?"
"Kau yang pertama menentangnya—"
"Itu karena keberadaan mu, manusia. Aku adalah makhluk yang dicintai Tuhan sebelum kalian" Halilintar mendengus saat manusia di bawahnya terkesiap. Gempa termakan oleh buaian Halilintar. Keyakinannya mulai goyah seiring nafsu mulai mengalahkan akalnya. Si Pastur menangis saat tubuhnya tak berbalut apapun di rumah Tuhan. Bahkan mulai dijamah dan diraba. Tubuhnya panas dan otaknya tak bisa berpikir jernih, hanya ingin disentuh lalu disodok. Gempa takut dan malu. Takut untuk mendapatkan laknat dari Tuhannya serta malu karena akan menodai rumah Tuhan yang suci.
"Kau tidak tertarik pada neraka, Cantik? Banyak manusia di sana dan mereka bahagia" Selagi membuat Gempa makin terhasut dengan entitas bernama Tuhan. Halilintar menggesek kepunyaannya pada selangkangan pendeta itu. Ingin melihat reaksi apakah lubang itu akan membuka sendirinya lalu memohon untuk dimasuki.
"Jangan! Kumohon jangan melakukannya disini—! Tuhan, tolong! Maafkan hambamu—" Halilintar menutup mulut Gempa dengan mencumbunya. Si cantik terbelalak lambat laun menikmati permainan lidah Halilintar didalam mulutnya.
Halilintar pastinya sangat kagum pada manusia ini. Dalam pengaruh sihirnya pastur muda ini masih mempertahankan segelintir dari akalnya sedang manusia pada umumnya langsung takluk dengan nafsu, tapi yang ini benar - benar spesial.
Ah, dia tak salah memilih.
"Ahhh ya sayang~ aku akan menurutimu~ apapun itu demi calon istriku~ ayo kita ke neraka dan aku akan membuatmu penuh dengan noda dosa agar kau tak dicintai-Nya lagi" Halilintar mencium Gempa lagi. Merapalkan sihir dalam ciumannya agar Gempa melupakan semua hal yang ada di dunia dan hanya memikirkan dia. Menginginkan dia. Halilintar akan membuat Gempa tergila - gila padanya.
Oh dia akan melihat para malaikat sok suci itu menangis.
"Hmmm~ sepertinya membiarkan setan berkeliaran mendapatkan mangsanya bukan ide buruk" Iblis itu menghilang dalam lingkaran sihir setelah mengecup pengantinnya.
~#Tamat#~
Dikarang oleh NaradaKariaz
Terimakasih telah berkomisi pada Nee UwU