love me well

By hip-po

6.4K 723 609

"Love me well or leave me alone, you decide." Seharusnya, dari awal kita berani mengambil keputusan setelah s... More

prologue
1 | you're gonna be my best friend, baby
2 | prince on a white horse
3 | the beginning
4 | nightmare
5 | news that no one ever wants to hear
6 | challenge the devil
7 | not your fault
8 | we can't be friend
9 | bad news
10 | care less
11 | i wish i hated you
12 | stupid feelings
13 | intentions
14 | a change of heart
16 | but you're still a traitor
17 | you'll never feel sorry for the way i hurt
18 | i just wanna know you better
19 | nobody gets me like you
20 | not fair
21 | am all alone
22 | everything has changed
23 | there's nothing you can't do
24 | city lights
25 | i gave into the fire
26 | step on up
27 | falling
28 | baby please dont go
29 | so close to being in love
30 | but in time our feelings will show
31 | problem
32 | too late
33 | we lost a lot of things in the fire
34 | by my side
35 | i dont wanna be okay without you
36 | call me friend but keep me closer
37 | this feeling's all we know
38 | i'm not the one meant for you
39 | i know i'd go back to you
40 | you and no one else
41 | one fine day
42 | it's not living if it's not with you
43 | stand by you
44 | mixed feelings
45 | there something you should know
46 | that's why i let you in
47 | i will never know if you love me
48 | if i ain't with you i don't wanna be
49 | you're hiding something from me
50 | almost is never enough
51 | that's why i love you
52 | i don't want you to go
53 | head in the clouds
54 | something beautiful died
55 | my soul it gets sicker
56 | i gotta let you go i must
57 | i guess this is where we say goodbye
58 | tryna find a way back home to you again
59 | destiny decried
the end

15 | you'd talk to her when we were together

72 11 12
By hip-po

"Pulang sekolah mau ikut nongkrong nggak sama Yania?"

"Mau banget!" jawab Aluna, "tapi nggak bisa. Sagara latihan hari ini."

Jawaban dari Aluna membuat Aqila mendengus kesal. Padahal seru kalau Aluna ikut, mereka jadi bisa membicarakan banyak hal. Daripada hanya berdua, bingung mau ngapain.

"Sagara mulu!" ucap Aqila tak terima

Aluna tersenyum lebar. "Next time deh! Janji."

"Iya ya! Awas aja kalo next time nggak bisa lagi."

"Iya-iya."

Bel istirahat berbunyi, membuat Aqila langsung pergi menuju kantin untuk membeli makan siang dan kembali ke kelas untuk makan bersama Aluna nantinya karna Aluna bawa bekal dari rumah. Aqila pergi, Darel pun datang. Laki-laki itu menarik kursi di hadapan Aluna agar mengarah ke Aluna lalu duduk di sana. Ia menaruh dua jus mangga di meja yang sudah ia beli jauh sebelum bel istirahat berbunyi.

"Lo bolos lagi ya?" tanya Aluna yang dibalas anggukan oleh laki-laki itu, "kebiasaan. Nanti nilai lo jelek aja."

"Tenang aja, nggak usah khawatirin nilai gue. Gini-gini gue juga pinter," balas Darel penuh dengan percaya diri, "bawa bekal apa? Mau!"

Aluna tertawa kecil. "Sandwich."

Aluna menyodorkan satu potong sandwich itu pada Darel sebelum menikmati sandwich miliknya. Tadi pagi Bundanya tak sempat masak untuk bekalnya, alhasil sandwich ini adalah makanan yang tercepat yang bisa Danita buat untuk bekal Aluna.

"Tugas kimia lo udah selesai?"

"Udah, akhirnya. Makasih Rel, lo udah bantuin gue."

"My Pleasure Aluna," Darel mengulurkan tangannya, mengacak lembut rambut Aluna, "kalau ada apa-apa lo bilang ke gue aja."

Pulang sekolah, Aluna menunggu Sagara di lapangan indoor tempat yang biasa dipakai untuk latihan Taekwondo. Tapi sudah 10 menit lamanya Sagara belum juga muncul. Aluna jadi curiga laki-laki itu bolos lagi. Kalau Sagara bolos lagi, terus Aluna ngapain di sini?

Akhirnya Aluna memutuskan untuk menunggu di tempat kesukaannya yaitu warung bakso depan sekolah. Selain baksonya enak dan murah, penjualnya juga ramah, Aluna senang berbincang dengan penjual baksonya yaitu Pak Man. Katanya Pak Man sudah membuka warung bakso ini lebih dari delapan tahun. Warung baksonya selalu jadi langganan siswa siswi yang sudah tamat dari lima tahun yang lalu. Dan bahkan bukan cuma dari Merah Putih saja, banyak anak sekolah lain yang datang hanya untuk makan di warung bakso ini.

Biasanya sebelum matahari terbenam, Pak Man sudah menutup warungnya karna baksonya cepat habisnya.

"Mau baksonya aja 10 ribu Pak," ucap Aluna sembari duduk di kursi, "Ibu mana Pak?"

"Lagi belanja," ucap Pak Man lalu kembali sibuk menyiapkan bakso Aluna, "kamu nggak pulang? Sering banget nongkrong di sini."

Aluna tertawa kecil. "Lagi nungguin temen latihan Taekwondo Pak."

"Temen opo temen?" goda Pak Man sembari menyajikan bakso milik Aluna.

"Temen Pak!" jawab Aluna kesal. Karna Pak Man tak pernah percaya bila Aluna bilang teman. Kemarin Darel juga seperti itu.

"Kamu nemenin temen kamu ekskul terus, kamunya sendiri emang nggak ikut ekskul?"

"Belum sih Pak," jawab Aluna sembari memakan baksonya, "rencananya sih mau masuk PMR, atau seni aja kali ya Pak?"

"Kok nanya saya sih? Kan kamu yang mau berkegiatan."

Aluna tertawa dan kembali menikmati baksonya saat Pak Man sedang melayani pelanggannya yang lain. Ponsel Aluna berdenting, pesan dari Darel masuk ke ponselnya.

Darel: Masih di sekolah?
17.05 pm.

Aluna: Iya, nungguin Sagara Taekwondo.
Kenapa Rel?
read. 17.10 pm.

Darel: Nggak pa-pa sih, mau gue temenin nggak?
17.10 pm.

Aluna: Nggak usah!
read. 17.11 pm.

Darel: Padahal kangen:(
17.20 pm.

Ada-ada saja. Padahal tadi sewaktu pulang sekolah mereka sempat bertemu sebelum akhirnya Darel pulang dan Aluna tinggal.

Jam dinding sudah menunjukan pukul 6 sore, anak Taekwondo mulai bubar dan keluar dari dalam sekolah. Aneh, biasanya sebelum jam 6 mereka sudah bubar. Tapi hari ini sedikit lebih lama dari sebelumnya. Aluna dengan cepat menyampirkan tasnya dan juga tak lupa membeli sebotol air mineral untuk Sagara. Kalau yang lain sudah pada pulang, barulah Sagara berganti baju. Karna laki-laki itu tidak suka ganti baju ramai-ramai.

Tapi saat Aluna masuk ke dalam lapangan indoor itu, Sagara masih berbincang dengan pelatihnya sebelum akhirnya menunduk sedikit lalu perlatihnya pergi. Aluna berlari kecil menghampiri Sagara, memberikan botol air yang ia beli tadi.

"Gue kira lo udah ganti baju dari tadi."

Sagara tak menjawab. Laki-laki itu menyambar kasar botol air yang Aluna sodorkan, membuat Aluna sedikit terkejut. "Darimana?" tanyanya ketus.

"Nggak dari mana-mana," jawab Aluna takut ditatap seperti itu oleh Sagara.

"Lo nggak nemenin gue latihan."

"Nemenin," jawab Aluna, "gue daritadi di warung bakso depan kok, nggak pulang."

"Lo nggak di sini. Lo nggak nemenin gue."

Aneh. Sagara kenapa sih? Biasanya juga Aluna hanya diam-diam saja di kursi tribun sembari melihat Sagara latihan. Tak melakukan apa-apa. Mending Aluna menunggu Sagara di warung bakso depan. Bisa menonton televisi, bisa berbincang dengan Pak Man dan juga bisa makan bakso.

"Lo kenapa?" tanya Aluna, "lo capek karna latihan hari ini lebih lama?"

Air di botol yang Aluna bawa tadi Sagara teguk hingga setengah sebelum akhirnya Sagara duduk di kursi dan menghela nafasnya kasar. "Dihukum."

Latihan hari ini lebih lama dari sebelumnya karna Sagara dihukum akibat tidak datang tanpa keterangan kemarin. Padahal Sagara bisa saja bilang sakit atau apalah, tapi Sagara lupa menghubungi pelatihnya itu dan berakhir di hukum. Saat teman-temannya sudah dibubarkan dan ganti baju, Sagara masih berada di lapangan, dihukum oleh pelatihnya.

"Dihukum gimana? Gara-gara bolos kemarin itu ya?"

Bukannya menjawab pertanyaan Aluna, Sagara malah pergi ke ruang ganti membuat Aluna mendengus kesal, lagi diajak bicara juga. Aluna duduk di kursi tribun sembari memperhatikan sekitarnya. Hanya beberapa lampu saja yang dinyalakan, sisanya dimatikan. Di luar, bangunan sekolah yang lain memang terang, tapi lapangannya gelap, membuat Aluna jadi merinding sendiri. Bahkan kini Aluna sedang menatap ke ruang ganti berkali-kali, takut Sagara meninggalkannya begitu saja.

Saking parnonya sama kegelapan, Aluna jadi membayangkan bagaimana kalau sekolah ini mati lampu dan cuma ada dirinya seorang di dalam lapangan ini. Sagara mah mana perduli, laki-laki yang tak takut apa-apa itu pasti langsung pergi begitu saja tanpa memerdulikan apa-apa.

"Ngapain?"

Suara Sagara mengejutkan Aluna yang sedang memikirkan tentang hal yang seram-seram. Aluna tak menjawab, ia langsung mengambil baju Taekwondo milik Sagara begitu saja.

"Udah kan? Gue pulang ya? Takut nggak ada angkot."

Bohong. Sebenarnya Aluna lebih takut ditinggalkan oleh Sagara di sekolah. Kalau Sagara mah bodo amat kalau ditinggal oleh Aluna.

Baru saja Aluna ingin berlari meninggalkan lapangan indoor itu, tapi tangan Sagara lebih duluan menahan tali tas Aluna, membuat perempuan itu tak bisa kemana-mana.

"Apalagi Sagara? Biasanya kan cuma baju yang gue bawa pulang?"

"Kerjain tugas gue."

"Hah?" Aluna mengernyitkan dahinya bingung, "dimana?"

"Ikut aja."

Entah mau dibawa kemana oleh Sagara, Aluna hanya diam mengikut. Tak mau banyak bicara karna takut dimarahi. Ia juga sudah mengirim pesan pada Bundanya bahwa malam ini ia pulang agak malam karna harus mengerjakan tugas kelompok. Bohong. Padahal ia sedang diculik oleh Sagara.

Di tengah jalan, Sagara menepikan motornya lalu mengangkat telfon yang entah dari siapa. Aluna tidak memperhatikannya.

"Sagara," panggil perempuan dari sebrang sana.

"Kenapa?"

"Temenin gue dong malam ini," pinta Nesya dari sebrang sana, "Logan nggak bisa dateng."

"Gue capek banget abis latihan."

Hembusan nafas terdengar dari sebrang sana. "Yah, lo tega banget biarin gue sendirian di rumah sakit."

"Yaudah," ucap Sagara akhirnya, "nanti maleman dikit gue ke sana."

Hampir saja Sagara ingin mematikan telfon itu. Tapi suara Nesya membuat Sagara kembali menempelkan ponselnya ke telinga.

"Sekarang bisa nggak Sagara? Gue pusing banget soalnya. Takut kenapa-napa nanti."

"Sekarang?" Sagara bertanya ulang sembari menatap pantulan wajah Aluna dari kaca spionnya. Perempuan itu sedang melihat kendaraan yang melewati mereka berdua.

"Iya sekarang ya Sagara? Please."

Sagara menghela nafasnya kasar. "Yaudah tunggu gue."

Setelah mematikan telfonnya, Sagara menyuruh Aluna turun dari motor. Aluna bingung, tapi tetap mengikuti perintah Sagara. Sagara yang hendak melajukan motornya, tapi lengannya ditahan oleh Aluna.

"Eh mau kemana lo?" tanya Aluna sewot. Enak saja main pergi begitu saja setelah melarangnya untuk pulang duluan tadi.

"Gue ada urusan."

"Trus gue ditinggal gitu aja?"

"Iya," jawab Sagara membuat Aluna ingin mengamuk sekarang juga, "ada nggak duit lo?"

"Ada," jawab Aluna kesal, "yaudah sana pergi sebelum gue amuk."

Motor Sagara melaju menjauh darinya, membuat Aluna kini kesal setengah mati. Aluna meninju-ninju angin yang berada di depannya sembari mengeluarkan isi hatinya tentang kekesalannya, sebelum akhirnya ia menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Aluna harus tenang. Untung saja ia masih tau jalanan di daerah sini. Kalau tidak, Aluna benar-benar akan menangis di depan Sagara, meminta laki-laki itu untuk tidak meninggalkannya.

Tapi dewi fortuna saat ini tidak berpihak pada Aluna. Rintik hujan mulai turun, Aluna lupa kalau bulan ini sudah memasuki musim hujan. Aluna tidak bawa payung. Aduh, harusnya tadi Aluna minta uang sama Sagara saja agar ia bisa pulang naik driver mobil online. Tapi Aluna tak tahan ingin meninju wajah Sagara, kalau Sagara tidak cepat-cepat pergi, Aluna takut tangannya benar-benar mendarat di wajah menyebalkan itu.

"Sagara sialan," kesal Aluna, "semoga lo basah kuyup pas sampe tujuan!"

Untungnya saja ada halte bus, Aluna bisa berteduh di sana. Jadwal bis selanjutnya masih setengah jam lagi, Aluna sudah tak tahan ingin berbaring di ranjangnya, jadi Aluna memutuskan untuk menghubungi Darel. Tapi tak diangkat.

Sementara di sisi lain, Darel sedang menikmati pemandangan Ibukota di ketinggian itu. Dengan coklat panas di tangannya dan lengan yang melingkar di perutnya. Ponselnya sengaja ia heningkan agar mereka tak terganggu.

"Kamu beneran nggak mau nginap temenin aku?"

Darel berbalik, mengusap lembut rambut perempuan itu. "Nggak bisa. Besok aku jemput aja ya?"

Perempuan berambut sepinggang itu menghela nafasnya kasar. "Nggak usah. Kamu kan sekolah."

"Iya sih," jawab Darel, "tapi masa aku nggak nganterin pacarku ini ke bandara sih?"

Namanya Clara, perempuan yang kini sedang dipeluk erat oleh Darel. Mereka menjalin hubungan sudah lebih dari dua tahun tapi baru kali ini mereka akan menjalani hubungan jarak jauh atau LDR karna Clara memilih untuk melanjutkan sekolahnya di luar negeri.

Clara tersenyum senang, melepaskan pelukannya lalu mengulum benda kenyal itu.

Di sisi lain, seperti yang Aluna katakan tadi, Sagara sampai di rumah sakit dengan keadaan basah kuyup. Tak apa, ia bisa menyuruh supir Ayahnya membawakan baju gantinya nanti ke rumah sakit. Kakinya pegal karna dihukum tadi dan kini ia harus hujan-hujanan. Sagara menghela nafasnya kasar dan langsung berjalan menuju kamar rawat Nesya. Sagara kira, Nesya sendirian. Ternyata saat Sagara baru saja membuka pintu, Logan yang menyambutnya.

"Sagara!" panggil Logan. Laki-laki itu sedang tersenyum ke arahnya sembari menyuapi Nesya makan malam, "lo ujan-ujanan?"

"Katanya sendirian?" tanya Sagara pada Nesya.

Yang ditanya tersenyum tidak bersalah. Sejak pulang sekolah Logan langsung menghampiri Nesya di rumah sakit. Jadi masalah Nesya sendirian di rumah sakit itu bohong. Nesya hanya ingin mereka bertiga berkumpul bersama di kamar rawatnya.

"Bohong," jawab Nesya, "gue cuman pengen kita kumpul bertiga di sini."

"Gue abis latihan terus ujan-ujanan ke sini tuh buat nemenin lo yang katanya sendirian, Sya," Sagara menunjuk Logan, emosinya sudah naik ke ubun-ubun, "ini ada Logan. Kenapa heboh banget sih nyuruh gue nemenin lo juga?"

Suara tinggi Sagara membuat Nesya menunduk dan merasa bersalah. Hal itu membuat Logan bangkit dari duduknya, mendorong Sagara keluar dari kamar rawat Nesya.

"Kok lo teriak-teriak gitu sih anjing? Nesya tuh cuma mau kita bertiga kumpul kayak dulu, dia lagi sakit juga, Gar!"

"Gue capek abis latihan Gan! Gue sampe ujan-ujanan karna gue kira Nesya beneran sendiri dan takut dia kenapa-napa," balas Sagara dengan nada datarnya dan tatapan setajam elang.

Bahkan Sagara menurunkan Aluna di pinggir jalan demi ke sini.

Continue Reading

You'll Also Like

96.5K 8.9K 31
Bukan tentang siapa yang paling lama menemani. Tetapi tentang siapa yang menopang saat terjatuh. ABP series II ; -π—Ÿ Β©2019...
1.4K 299 6
Hidup Lady Amour berubah drastis setelah ayahnya terkena skandal dan ibunya menjadi buronan tabrak lari, sedangkan Amour sendiri harus menerima label...
157K 14.7K 23
Bukan karena kita menginginkan sesuatu, maka kita harus melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Cukup dengan mengikuti alurnya dan semuanya akan...
130K 10.3K 78
Alur lambat⚠️ Demigoddess-Wizard Correy Lyle, Duke Muda D'Lupus yang terkutuk kegelapan. Pernikahan paksa yang diputuskan Grand Duke pada dirinya saa...