My Neighbor is Acting Weird

Galing kay elvabari

16.8K 2.7K 368

"What if you have a neighbor who acts really out of your mind?" Dia adalah tetangga baruku. Awal kucoba menya... Higit pa

[ II ] Take Care of Cheri
[ III ] Another Cheri
[ IV ] Cheri Say Sorry
[ V ] The Host Personality
[ VI ] Blake
[ VII ] Cheri's return
[ VIII ] Cheri's painful past
[ IX ] The unspoken truth
[ X ] The cause of all tragedies
[ XI ] The key is Seung Cheri
[ XII ] Daegu Kid
[ XIII ] Abandoned Cheri
[ XIV ] His Own Rules
[ XV ] They are alters
[ XVI ] A sudden reunion
[ XVII ] Cheri's Neverland
[ XVIII ] Unworthy
[ XIX ] Darkest Cloud
[ XX ] Dusty Room
[ XXI ] A pure love for Cheri

[ I ] His Name is Cheri

2.6K 192 34
Galing kay elvabari

[•My Neighbor is Acting Weird•]

. . .

KKT Chat
⚠️ mentioning cheating ⚠️
(19:23)

Chaerin
Kapan kau akan mengambil barang-barangmu?

Mingyu (Ex)
Nanti. Aku akan mengabarimu bila sudah ada waktu.

Chaerin
Aku akan mengirimnya ke tempat tinggalmu.

Mingyu (Ex)
Aku sungguh akan mengambilnya. Tapi tidak sekarang.

Mingyu (Ex)
Dan jangan mencoba untuk mengirimnya ke rumahku.

Chaerin
Kenapa? Takut aku akan tahu kalau ternyata kau sudah tinggal bersama pacar barumu?

Mingyu (Ex)
Bukan begitu.

Mingyu (Ex)
Demi Tuhan, aku tidak tinggal dengan siapapun selain denganmu.

Chaerin
Perempuan yang tidur di tempatmu itu tidak termasuk?

Mingyu (Ex)
Maaf.

Chaerin
Masih tidak mau menjelaskan?

Chaerin
Baiklah. Percuma juga karena kau sendiri yang mengajak kita selesai. Aku tidak punya hak lagi untuk mendengar penjelasanmu, kan?

Mingyu (Ex)
Chaerin, tolong mengertilah.

Chaerin
Aku harus mengerti dalam bentuk apa lagi, Kim Mingyu?

Mingyu (Ex)
Aku akan menjelaskan semuanya nanti. Saat ini aku benar-benar tidak ingin merepotkanmu.

Mingyu (Ex)
Maafkan aku.

Chaerin
Minggu ini. Kalau tidak, aku akan membakar semua barang-barangmu.

. . .

Kututup kencang ponsel lipatku sebelum meletakkannya di meja kerja. Memutar kursi yang kududuki seraya membuang napas kasar, meratapi jendela yang menampilkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit malam yang begitu kelabu. Seperti suasana hatiku kini.

Aku sudah bertekad untuk tidak kembali menangis. Tapi tetap saja, perempuan mana yang tidak akan sakit hati lantaran diselingkuhi kekasihnya setelah tiga tahun perjalanan kasih dengan alasan bosan dan butuh tantangan baru? Aku sampai harus mengganti sarung bantalku sepuluh kali karena terus-terusan menangisi pria berengsek tak setia itu.

Pada akhirnya, aku bukanlah perempuan satu-satunya. Bukanlah pelabuhan akhir hatinya. Dan pada akhirnya, janji-janji manisnya tetaplah bualan belaka. Benar kata Inkyung, seharusnya dia sudah melamarku bila memang ingin tinggal bersamaku selama-lamanya.

Semua pria memang sama saja. Hahaha.

Ponselku kembali bergetar. Pesan singkat dari Inkyung yang mengundangku untuk makan malam bersama di BBQ Olive Chicken tak jauh dari kantor. Foto yang dikirimnya pun menunjukkan sudah ada Seungkwan tengah menyantap hot spicy chicken dengan gaya karena sadar sedang dipotret.

Tapi sayangnya aku sedang tidak minat bergabung. Maka kubalas pesan Inkyung berisi permintaan maaf dan janji akan menraktir di lain waktu. Setelah mendapat balasan lagi, akupun menyimpannya ke dalam tas lalu mulai membereskan meja.

Keadaan kantor sudah sepi karena jam kerja sudah selesai satu jam lalu. Kubikel-kubikel yang kulewati sudah kosong dengan ruangan mulai remang. Aku harus segera pulang demi mengistirahatkan tubuh juga otakku yang rasanya sangat lelah.

Bukan hanya karena nasibku sebagai budak korporat, tetapi juga kisah cintaku yang kandas secara mengenaskan.

Apalagi aku harus mengais kesabaran lebih banyak ketika menemukan elevator apartemen sedang dalam perbaikan. Aku sampai melepas sepatu hak tinggiku di tengah perjalanan mengarungi tangga menuju lantai 8 di mana unit tempatku tinggal berada. Napasku semakin memendek tidak hanya kelelahan tetapi juga menahan marah.

Apartemen macam apa yang hampir tiap pekan selalu bermasalah dengan hal vital seperti elevator? Apa gunanya aku membayar biaya perawatan kalau mengganti elevator baru saja tidak pernah dilaksanakan?!

“Hah..., sial! Kalau begini ceritanya, aku pindah ke tempat Inkyung saja!” dumalku sambil menjeblak pintu tangga darurat bersama napas tersengal.

Kaki-kakiku seperti menghilang dan nyaris ambruk bila fokusku tidak menemukan hal menarik. Oh, aku masih lupa kalau di lantai ini tidak lagi hanya aku yang tinggal. Sudah ada yang menempati unit 802 tepat di sebelah unitku lebih dari seminggu yang lalu.

Kali pertama aku menyapanya sebagai bentuk penyambutan, dia hanya membalas dengan salam singkat lalu masuk ke tempatnya, bahkan membanting pintu seakan aku sudah mengganggunya. Sejak itu, aku menyimpulkan kalau dia akan sulit dijadikan teman.

Hanya saja, baru kali ini aku melihatnya benar-benar menampakkan diri. Berjongkok di dekat pintu unitnya dengan tatapan kosong dan sedikit mengganggu rasa simpatiku.

“Hei...?”

Mata itu beralih kepadaku. Tidak kukira bahwa pria yang terus mengabaikanku tiap coba kusapa ternyata memiliki netra begitu jernih. Ia membulat layaknya mata anak kecil bahkan begitu polos saat mengerjap tertegun mendapati kehadiranku.

Padahal seingatku, dia tipikal yang akan menghakimiku dengan memberi tatapan tajam bagai elang yang siap mematok wajahku.

“Sedang apa di sini? Um..., butuh sesuatu? Mungkin, aku bisa membantumu bila kau berkenan.”

Dia hanya menatapku cukup lama sampai aku mulai salah tingkah. Sepertinya aku sudah melakukan kesalahan karena mencoba mencampuri urusannya. Mungkin tidak semestinya aku berlaga sok akrab padanya padahal sudah berkali-kali dia menolak kehadiranku.

“Tidak bisa masuk....”

Aku sudah menegakkan tubuh berniat untuk melangkah pergi. Tapi suara kecilnya berhasil mengurung niatku. “Ya?”

“Pintunya ... tidak bisa masuk....”

Aku menunjuk pintu unitnya dengan ragu. “Maksudnya, pintu apartemenmu ?”

Belum cukup dibuat bingung, aku harus terperangah dan mulai panik sebab mata bulat yang berkilauan  itu  ternyata  mulai  tergenang  disusul isakan keluar dari mulutnya.

“Tidak bisa masuk ... huhu ... bagaimana, caranya ... Cheri, tak bisa masuk.. ”

Dia menangis?

DIA MENANGIS?!!

“H-hei! Kenapa menangis?! A-aku bahkan tidak melakukan hal yang menyakitimu, bukan?!”

Aku semakin kelabakan lantaran dia semakin gencar menangis. Demi Tuhan, apa yang sedang terjadi padanya? Bagaimana mungkin pria seperti dia menangis sesenggukan bahkan di depanku?!

“Pintu ... tidak buka ... Cheri, harus apa...? Huhuhu....”

JUSTRU AKU YANG HARUS APA?!!

***

“Jadi, kau akan apa?”

“Apa lagi? Aku terpaksa membawanya masuk ke apartemenku. Dia menangis seperti anak kecil dan tidak mau berhenti.”

“Sekarang bagaimana keadaannya?”

Melongokkan kepala, aku melihat pria yang sudah duduk di ruang tengah sambil menyeruput segelas susu yang kuberikan tadi. Dari sini masih bisa kudengar isakan yang sesekali keluar dari mulutnya, jadi terpaksa kunyatakan, “Dia belum sepenuhnya berhenti menangis.”

“Kau yakin dia tidak sedang berpura-pura?”

“Dia bahkan menangis begitu deras tadi. Hal yang sangat aneh karena selama ini aku melihatnya selalu bersikap dingin dan kaku.”

Mungkin saja itu memang siasatnya untuk mengelabuimu. Berhati-hatilah! Orang jahat itu punya banyak akal. Dan dia masih seorang pria asing yang tidak kau kenal sama sekali.”

Aku mengesah panjang atas peringatan Inkyung, mengerti benar kekhawatiran temanku. Tetapi hati kecilku berkata kalau pria itu tidak sedang berpura- pura.

Kuakhiri panggilan bersama Inkyung lalu keluar dari dapur. Pria itu bahkan tidak menggubris kedatanganku sampai aku duduk di seberangnya. Saat akhirnya kubawa dia masuk ke tempatku dan menawarkan minuman, masih dengan menangis dia meminta susu. Untung saja aku memiliki susu kotak di kulkas dan segera kuhangatkan.

“Apa maksud dari kau tidak bisa membuka pintu apartemenmu?”

Dia akhirnya menaruh atensi padaku. Mata yang membulat dan basah itu mengerjap lalu menurunkan gelas susu di kedua tangannya ke pangkuan. Bibirnya yang sedikit terbalut sisa susu itu membuka lalu mengatup lagi, sepertinya dia gugup.

“Cheri, tidak tahu ... caranya ... Tidak bisa ditarik ... keras sekali....”

“Bagaimana mungkin kau tidak tahu? Tentu saja pintu itu tidak akan terbuka kalau kau tidak memasukkan kode terlebih dulu.”

“Kode...? Kode ... itu apa...?”

“Kode pintu yang kau pasang. Apa kau lupa?”

Matanya bergerak ke sana kemari sambil mengerjap-kerjap. Bibirnya digigit disertai gumaman bingung. Dia tampak gelisah dan aku tidak mengerti mengapa dia harus begitu.

“Sebentar, tadi kau menyebut dirimu apa?”

“Y-ya?”

“Aku dengar kau menyebut dirimu semacam ceri. Itu namamu?”

“I-iya.” Dia lantas menegakkan tubuhnya, berdiri untuk berikutnya membungkuk padaku memberi salam sopan lalu berkata, “Halo..., nama, Seung Cheri..., delapan tahun. Ibu bilang..., Cheri, pipi dan bibir ... seperti ceri. Panggil Cheri....”

Apa...?

“Kau tidak sedang bergurau, kan?”

“Ya?”

“Katamu, Cheri berusia delapan tahun. Tubuhmu bahkan sudah sebesar ini. Mana mungkin kau masih delapan tahun?” Bahkan besarnya hampir menyamai besar tubuh Mingyu!

“Tapi..., Cheri, delapan tahun ... Belum sekolah....”

Kuembuskan napasku dengan cepat. Candaan macam apa ini? Dia sedang berpura-pura menjadi anak kecil kah? Akting yang bagus sekali.

“Dengar. Aku sedang tidak ingin bermain-main denganmu. Jadi tolong katakan yang sebenarnya. Siapa namamu dan mengapa kau tidak bisa masuk ke apartemenmu sendiri padahal sebelum ini kau masih baik-baik saja.”

Benar, sepanjang mengetahui keberadaannya, aku memang belum pernah berkenalan dengan pria ini di saat aku berusaha mengakrabkan diri bahkan memperkenalkan namaku lebih dulu padanya!

Tapi dia sekarang malah bertingkah layaknya orang tak berdosa dan ingin mempermainkanku dengan menyebut dirinya anak yang belum sekolah? Hah!

“Ch-Cheri ... delapan tahun....”

Suaranya mulai bergetar. Matanya kembali bergerak-gerak gelisah dan sepertinya hendak menangis lagi. Benar saja, isakannya mulai terdengar dan sekali lagi membuatku panik.

“Cheri, maaf ... Cheri, sudah buat ... Nuna marah..., maaf....”

Nuna...?

Aku memejam sejenak. Sungguh, aku sedang sangat lelah hari ini. Tapi kemunculannya dengan keadaan terlalu aneh membuat kepalaku berdenyut-denyut pusing.

Sepertinya aku akan meledak sebentar lagi kalau memilih untuk terus menginterogasinya. Haruskah aku mengusirnya saja dari sini?

“Lebih baik kau—”

Aku baru berdiri dan hendak melaksanakan niatku, namun ternyata dia akan tersentak sampai terjatuh. Gelas yang dipegangnya dilepas begitu saja dan tumpah mengotori pakaiannya. Dia memilih mengangkat kedua tangan seakan hendak melindungi diri.

“A-ampun ... Cheri, jangan pukul ... ampun....”

Reaksinya sungguh di luar dugaanku. Dia meringkuk seakan ketakutan sampai tubuh besarnya itu mulai gemetaran. Aku lekas berjongkok di sampingnya, mencoba menyentuhnya sepelan mungkin.

“Hei, aku hanya ingin kau—”

“Maaf..., Cheri, sudah nakal ... jangan pukul ... ampun....”

Aku bahkan tidak berniat begitu....

Tangannya yang bergetar hebat itu sontak menyambarku. Sekali lagi menghantam nalarku bahwa rasanya mustahil bila dia sedang bersandiwara saat ini.

Dia sungguh ketakutan bahkan menangis lagi. Orang waras mana yang mau berpura-pura bertingkah begini...?

“Aku tidak akan memukulmu. Maaf, aku sudah membuatmu takut, ya...?” ucapku pelan.

Meraih tangannya agar kutarik sehalus mungkin demi melihat wajahnya. Di mana saat itu juga, tekadku untuk mengusirnya sirna begitu saja.

“Bajumu kotor. Kau menumpahkan susunya. Ayo, ganti pakaianmu.”

***

Inkyung dan Seungkwan mendatangi apartemenku pagi-pagi sekali. Aku tahu maksud kehadiran mereka adalah untuk memastikan pria yang mengaku bernama Cheri itu memang seperti apa yang kuceritakan.

Dua hari kubiarkan tinggal di sini, aku lihat tidak ada perubahan yang dilakukan pria itu. Masih bersikap layaknya anak berusia delapan tahun yang menyukai susu, sereal dan kimbab. Dia tidak ingin menyantap selain tiga jenis itu kecuali air putih. Mau tidak mau, selama dua hari ini juga, aku harus membuatkan kimbab untuknya.

“Paman, tahu...? Cheri, menonton minion ... lima puluh kali ... Ini, lima satu.”

“Benarkah? Wah, kau tidak merasa bosan dengan ceritanya? Paman bahkan sampai hapal karena sering sekali diputar di televisi.”

“Tidak bosan. Cheri, ingin menonton ... sampai banyak ... seperti minion itu.”

“Memangnya minions itu ada berapa banyak?”

Ung..., banyak! Seratus! Cheri, ingin bisa ... sampai seratus!”

Aku tak dapat menyembunyikan senyum mendengar percakapan pria itu bersama Seungkwan. Padahal sebelumnya dia sampai bersembunyi di punggungku dan merengek takut karena kedua temanku masihlah asing baginya.

“Aku masih tidak percaya dengan tingkahnya meski sudah kulihat dengan mata kepalaku sendiri.”

Inkyung ternyata juga memerhatikan keduanya di tengah memotong satu lagi gulungan kimbab yang kubuat. Pantry dapurku sudah cukup berantakan karena kami tidak hanya membuat kimbab tetapi juga bibimbap. Inkyung sedang berbaik hati membawakan bahan-bahan termasuk kimchi untuk makan siang bersama.

“Bagaimana denganku yang sudah menampungnya selama dua hari ini? Aku bahkan masih tidak ingin percaya.”

“Kau tidak meminta tolong petugas apartemen ini untuk membukakan pintu apartemennya?”

“Sudah. Tapi kata petugas itu, pintunya memang tidak dapat diperbaiki. Sepertinya dikunci dari dalam juga, entah menggunakan apa. Tentunya hanya si pemilik unit yang tahu.”

“Dan sekarang, pemilik unit itu sendiri tidak bisa membukanya?”

Aku hanya bisa mengangguk lalu mendengar dengusan panjang Inkyung sambil menggumamkan kata ‘aneh’ kesekian kali. Kuletakkan satu gulungan kimbab lagi ke hadapannya lalu mengambil satu lembar rumput laut kering terakhir.

“Lalu bagaimana dengan kesanmu setelah menampungnya selama dua hari ini? Dia sungguh- sungguh bertingkah begitu, atau berpura-pura?”

“Dia tidak menunjukkan kebohongan. Setelah diperhatikan, aku berpikir kalau mungkin saja sebenarnya dia sedang sakit. Seperti lupa ingatan mendadak, atau..., semacam kelainan.”

“Bagaimana kau bisa yakin soal itu? Maksudku, dia adalah seorang pria asing yang katamu baru pindah kemari belum sampai dua minggu. Bagaimana kalau sebenarnya dia orang jahat yang menggunakan siasat menyamar menjadi anak kecil? Kau sudah periksa tempatmu ini kalau saja ada kemungkinan barang-barangmu hilang?”

“Tidak ada. Dia tidak mencuri apapun. Dia bahkan selalu mengucapkan kata ‘permisi’ tiap kali masuk ke kamar mandi atau kamarku dan tidak berani menyentuh apapun sebelum aku beri izin.”

“Kau membiarkannya masuk ke dalam kamarmu?!” Aku terhenyak berkat suara meninggi Inkyung.

Sepertinya tidak hanya aku, Cheri dan Seungkwan juga mendengarnya sampai mereka sempatkan menengok kemari sebelum Seungkwan kembali menarik atensi anak itu dengan mengajaknya bicara.

“Apartemenku hanya ada satu kamar, kalau kau lupa itu,” ujarku sedikit menekan bermaksud menegurnya.

“Tapi dia adalah orang asing dan dia tetap seorang pria dewasa! Sepertinya kau yang sudah tidak waras di sini!” cibir Inkyung sambil menudingku dengan pisau di tangannya.

“Lalu aku harus apa? Mengusirnya dari tempatku? Aku sudah memikirkannya berkali-kali dan rasanya tidak mungkin bagiku untuk melakukannya!”

Inkyung menghentikan aksi memotong dan kembali menatapku tajam seraya berkacak pinggang.

“Baiklah. Katakanlah kau bersimpati padanya. Tapi bagaimana kalau dia akan seperti itu selamanya? Kau akan membiarkannya terus tinggal di sini? Dia punya tempat tinggal sendiri, di sebelah unitmu! Setidaknya kau coba hubungi keluarganya atau mungkin dokter jiwa kalau memang dia memiliki kelainan!”

“Aku sudah mencobanya. Tapi itu tidak berhasil.”

“Apa maksudmu tidak berhasil?”

“Dia hanya memiliki ponsel saat kali pertama kubawa kemari. Dan kau tahu apa yang kudapat? Ponselnya seperti masih baru, tidak ada kontak keluarga  maupun  kenalan. Dia bahkan tidak mengerti cara menggunakan benda pribadinya itu. Lalu soal dokter jiwa—”

Aku harus melakukan jeda. Menengok ke ruang tengah di mana Cheri sudah fokus menonton Despicable Me seri kedua ditemani Seungkwan, lalu kembali menatap Inkyung yang menunggu lanjutan ucapanku.

“Aku sudah mencoba mengajaknya ke rumah sakit. Tapi dia malah ketakutan dengan meracau kalau dokter adalah manusia jahat yang selalu mengikat dan mengurungnya.”

***

“Permisi....”

Aku sedang menggelar kasur lipat ketika ketukan menyusul pintu terbuka itu menarik fokusku. Cheri berdiri di sana, menatapku ragu dan tidak lagi bergerak yang segera kuberi titahan.

“Kenapa hanya berdiri di sana? Ayo masuk, sudah waktunya untuk tidur.”

“Iya....”

Dia pun masuk dengan langkah-langkah kecil. Tubuhnya sudah dibalut piyama  yang tampak kebesaran mengingat itu milik Mingyu. Pada akhirnya, aku harus membongkar kembali barang-barang mantan kekasihku dan membiarkan pakaiannya bisa dikenakan oleh Cheri.

Ada untungnya juga si berengsek itu tidak lekas mengambil barang-barangnya.

“Nuna....”

“Apa?”

“Cheri, sudah merepotkan..., maaf....”

“Kenapa tiba-tiba kau bicara begitu?”

“Tadi, Bibi Inkyung, bilang ... Cheri, jangan repotkan Nuna ... Cheri, harus segera kembali ... Tapi..., Cheri, belum bisa ... buka pintunya ... maaf....”

Aku menghela napas dalam. Inkyung benar-benar....

Aku mengerti kekhawatiran temanku itu dan seharusnya kuanggap wajar. Tapi melihat Cheri yang berdiri menunduk sambil memilin-milinkan ujung piyamanya, menjelaskan sekali kalau anak ini merasa bersalah.

“Jangan terlalu pikirkan ucapannya. Pelan-pelan saja. Kau akan segera mengingat bagaimana caranya masuk ke dalam apartemenmu. Sekarang, naiklah. Ini hampir jam sembilan. Tadi kau bilang sudah mengantuk, kan?”

“Iya ... permisi....”

Aku mendengus pelan mendengarnya mengucap demikian sebelum naik ke tempat tidurku. Aku memang harus merelakan kasurku kepadanya karena kali pertama bermalam di sini, dia merengek tidak bisa tidur sebab lantainya terlalu keras.

Pun aku harus membiarkan lampu tidur tetap menyala karena permintaannya. Dia merengek tidak bisa tidur bila kamar terlalu gelap sebab katanya, dia akan mendengar suara-suara aneh dan melihat bayangan tak kasat mata. Aku jelas tidak ingin dia menganggap kalau kamarku ini berhantu!

Tidak ada lagi suara yang kudengar. Dia tidur dengan cepat dan memberiku waktu leluasa untuk merenung. Berpikir apakah aku terlalu baik membiarkannya tinggal di sini tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Sifatnya sungguh jauh berbeda dari yang pernah kulihat sebelumnya. Bagaimana mungkin pria yang cenderung enggan menatapku tiba-tiba berubah menjadi pria cengeng yang malah bergantung padaku sekarang?

Kalau lupa ingatan, seharusnya dia sempat mengalami semacam  kecelakaan yang melukai kepalanya. Tapi dia bahkan masih terlihat baik-baik saja.

Kalau memang memiliki kelainan ... kelainan macam apa yang membuatnya menjadi seperti anak kecil yang terjebak di tubuh orang dewasa seperti ini?

Ponselku tiba-tiba bergetar panjang menerterakan nama Seungkwan di layar kecilnya. Aku harus mengendap-endap keluar dari kamar agar tidak mengganggu tidur Cheri, barulah kujawab panggilan temanku.

Selanjutnya, aku merasa kakiku tidak menapak bahkan tidak lagi merasakan deru napasku sendiri. Berkat kabar mengejutkan yang disampaikan Seungkwan dengan nada bergetar.

“Mingyu kecelakaan. Nyawanya tidak selamat. Dia sudah di rumah duka sekarang.”

   

[•My Neighbor is Acting Weird•]

to be continued!

Say hello to Seung Cheri!

and the casts :)

HALO!

Bertemu lagi dengan penulis amatiran yang kembali menulis cerita halu buat oknum CSC hehehehe

So yes, it’s a fanfiction (again) with Choi Seungcheol a.k.a SCOUPS as the main cast :) maklum penulisnya lagi bucin oknum ini jadi keterusan bikin cerita beliau.

Sebelum lanjut ke episode berikutnya, mohon baca disclaimer dan terms of read di bawah ini terlebih dulu, yaa!

DISCLAIMER

Cerita ini merupakan fiktif belaka. Penulis hanya menggunakan nama dan visualisasi idol sebagai pembangunan karakter yang dia buat. Jadi mohon untuk tidak membawa karakter dalam cerita ini pada idola aslinya secara berlebihan.

Penulis membuat cerita ini pun atas inspirasi dari beberapa cerita, drama maupun film yang pernah ditemui alias bukan sepenuhnya ide murni. Namun alur maupun runtutan peristiwa yang terjadi pada cerita ini dipastikan hasil dari kerja keras otak halu sang penulis.

TERMS OF READ

[15+]

Bisa bertambah sesuai dengan topik yang tengah dibahas pada bab cerita

content & trigger warning

Akan adanya kata-kata kasar, kekerasan, adegan berdarah atau kematian yang dapat menimbulkan trauma, mengangkat topik isu kesehatan mental yang masih terbilang jarang terjadi

Penulis berharap dengan adanya cerita ini, pembaca bisa lebih memahami akan pentingnya kesehatan mental baik untuk diri sendiri maupun orang-orang di sekitar 🤍

Sekian untuk episode perdana versi Wattpad ini! Kalau tertarik, boleh masukkan ceritanya ke dalam library kalian supaya ada notifikasi update episode berikutnya yaa~^^

Untuk jadwal update-nya kayaknya aku bisa seminggu sekali dan setiap akhir pekan aja ya. Hehehe. Semoga kalian bersedia menunggu~

Sampai jumpa di episode selanjutnyaa!
(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Elvabari❣️
January 7, 2023

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

919K 55.5K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
53.1K 4.9K 30
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
637K 30.6K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
157K 7.7K 28
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...