Love Zone [ON GOING]

Galing kay coklatstraww

36.8K 2.5K 251

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aku tidak tau mengapa aku sangat begitu menyukai kakak kelasku yang bernama Rak... Higit pa

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
CAST
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

24

744 56 25
Galing kay coklatstraww

Happy Reading!

🌼

"Lo ngapain berdiri di sini?"

Aku menoleh dengan kaku. Suara itu adalah suara Kak Dito! Apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku menyengir.

"Hehe."

"Ngapain, Rara?" tanya Kak Dito lagi.

"Eee... itu tadi ada nyamuk! Iya nyamuk kak!" Aku pura-pura menepuk pundakku seolah-olah benar-benar ada nyamuk.

Kak Dito menggeleng. "Mau kemana?"

"Mau ke minimarket."

"Bareng aja."

Aku belum menjawab namun Kak Dito sudah berjalan dulu menuju ke minimarket. Sesampainya di minimarket, aku mengambil snack dan eskrim yang aku mau. Saat ingin membayar tiba-tiba Kak Dito mengeluarkan sejumlah uang dan malah membayar milikku.

"Kok? Nanti gue ganti ya, Kak."

"Gak usah."

Aku merasa tidak enak kepada Kak Dito. Aku memperhatikan Kak Dito yang duduk di kursi minimarket. Ia melirik kursi sampingnya seolah-olah menyuruhku untuk duduk juga.

Tiba-tiba aku berpikir untuk mengatakan hal yang sejujurnya bahwa aku tidak ingin berkomitmen. Perihal kata-kata ku waktu itu... aku rasa aku perlu mengatakan yang sejujurnya.

"Kak.."

"Lo ngapain malem-malem sendirian ke sini? Kenapa nggak minta anter Bang Arsen aja?"

Bibirku terkatup saat Kak Dito memotong ucapanku. Ku rasa besok saja aku mengatakan yang sebenarnya.

"Cemilan gue habis kak. Bang Arsen belum pulang dari kampus."

"Ooo..."

Setelah itu tidak ada yang membuka obrolan. Aku berdiri bersiap untuk pulang karena waktu sudah menunjukkan jam delapan malam.

"Gue balik dulu, Kak."

Kak Dito tersenyum. "Hati-hati ya. Maaf nggak bisa bareng, gue lagi nunggu orang soalnya."

Niat hati ingin bertanya namun nanti aku terkesan orang yang ingin tahu. Aku hanya mengangguk lalu pergi.

Besok aku akan mengatakan hal yang sejujurnya.

***

"Kak Dito!"

Saat aku memanggil Kak Dito, entah kenapa semua orang yang menoleh. Aku jadi merasa malu sendiri.

"Kenapa, Ra?" Kak Dito melepas helmnya kembali.

"Em.. gue mau ngomong."

Kak Dito turun dari motornya. "Mau ngomong apa?"

Aku memegang tanganku. Merasa tidak enak untuk mengatakan semuanya. Namun apa boleh buat, aku tidak ingin membuat Kak Dito berharap.

"Soal omongan kita pas kita pulang bareng waktu itu..."

"Yang lo minta bantuan gue buat suka sama lo?" potong Kak Dito.

Aku mengangguk pelan."Iya,"

"Kenapa?"

"Sebenernya... gue nggak bisa maksa perasaan gue buat suka sama lo, Kak. Meskipun gue mau. Jadi gue minta maaf, gue nggak bisa suka sama lo."

Kak Dito terdiam kemudian dia tersenyum sambil menepuk kepalaku. "Nggak papa. Gue ngerti. Perasaan nggak bisa dipaksa."

Belum sempat aku mengatakan apapun, Kak Dito sudah pergi. Aku hanya berharap semoga Kak Dito tidak membenciku. Meskipun aku tahu, dia pasti sangat sakit hati.

Saat aku akan melewati gerbang, tiba-tiba Kak Raka berhenti di sebelahku dengan motor kesayangannya. Aku menatapnya heran.

"Lo pulang naik apa?" tanya nya secara tiba-tiba.

"Mau pesen ojol," jawabku sambil menunjukkan handphone yang berada di genggamanku.

"Nggak usah. Bareng gue aja."

Sebenarnya aku masih trauma karena kejadian beberapa minggu lalu ketika kami akan pulang bersama namun berujung Kak Raka yang mengantar Ghina.

"Nggak usah, Kak. Gue naik ojol aja hehe."

Tiba-tiba Kak Raka menarik tanganku dan menyerahkan helm yang entah sejak kapan berada di tangannya. Aku terkejut sambil mengenakan helmnya. Aku tambah terkejut saat Kak Raka memasangkan pengait helm kepadaku.

"Naik."

Aku terdiam sambil menaiki motornya. Apakah aku masih tidur dan aku sedang bermimpi?

***

"Lo pulang bareng Raka?"

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Bang Arsen.

"Tadi gue liat Dito pulang dulu. Kenapa nggak bareng dia?"

Bahuku merosot. Perasaanku daritadi mengganjal karena ini. Kemudian aku menceritakan semuanya kepada Bang Arsen.

"Dia pasti sakit hati, sih,"

"Makanya. Gue nggak enak sama dia. Dia baik banget sama gue."

"Tapi lo bener ngomong kayak gitu tadi biar nantinya Dito nggak berharap. Tapi lo masih suka sama Raka?"

"Masih. Oh iya, Bang." Aku menunjukkan foto yang aku ambil diam-diam kemarin. "Lo kenal cewek ini?"

Bang Arsen terkejut. "Lah, ini mah sepupunya Raka. Sepupu jauhnya. Ini yang lo kira pacarnya Raka?"

Aku mengangguk. Jujur saja aku sangat terkejut. Orang yang aku cemburui selama ini adalah sepupunya Kak Raka. Apakah peluangku untuk bersama Kak Raka akan semakin besar?

"Dia cuma sepupu Raka. Sekarang lo kejar deh tu si Raka."

"Ya masa gue sih yang ngejar."

"Yang suka kan lo, bukan si Raka."

Aku merasa tertampar dengan ucapan Bang Arsen.

"Nggak mau, deh. Gue mau sekolah yang bener biar Papa sama Mama bangga."

Bang Arsen mengangguk. "Nah, itu yang paling bener. Jangan cowok aja yang dipikirin."

"Wah... ada apa ini anak-anak Mama tumben akur," ujar Mama seraya duduk dan meletakkan sepiring ubi yang baru direbus.

"Hehe... nggak ada apa-apa, Ma." aku menyengir.

"Mama nanti mau ke supermarket. Rara ikut, ya?" ajak Mama.

Aku mengangguk dengan cepat. Aku sangat suka berbelanja bersama Mama. Itu sangat menyenangkan.

"Rara mau, Ma. Nanti jam berapa?"

"Sekarang aja. Mama mau ke siap-siap dulu, ya." Mama beranjak lalu pergi ke kamar.

"Lo nggak ikut, Bang?" tanya ku.

Bang Arsen menatapku sebentar lalu kembali fokus dengan ubi nya. "Nggak, lah. Gue nganter sama jemput aja. Lama kalo ngikut belanja."

Aku mengangguk lalu pergi ke kamar untuk berganti baju. Aku mengenakan dress selutut dengan motif floral dan menggerai rambut ku serta mengenakan tas selempang.

Saat aku sudah turun, Mama dan Bang Arsen sudah siap di depan. Kemudian kami bertiga menuju ke supermarket.

"Arsen pulang dulu, ya. Nanti kalo udah selesai kabarin aja." ujar Bang Arsen saat kami sudah sampai di depan supermarket.

"Hati-hati ya, Kak."

Aku dan Mama melambaikan tangan kepada Bang Arsen yang sudah mulai menjauh.

***

Aku dan Mama mulai mencari barang-barang di rumah yang sudah menipis atau habis. Kurang lebih sudah satu jam kami di sini dan ini pun belum selesai. Aku sudah lelah.

"Rara, tolong ambilin kecap yang biasa di pake. Tempatnya di sebelah sana." Mama menunjuk ke arah rak bumbu.

Aku mengangguk lalu pergi ke arah yang ditunjukkan Mama. Sayangnya aku tidak bisa meraih kecap tersebut. Raknya terlalu tinggi. Kemudian tiba-tiba ada sebuah tangan yang lebih panjang dari tanganku meraih kecap tersebut. Aku melotot karena merasakan di belakangku ada orang. Dengan pelan aku menoleh dan terkejut di depanku terdapat dada bidang yang ternyata adalah milik Kak Raka.

"Nih." Dia menyerahkan kecap tersebut kepadaku.

"Eh, makasih." Aku mengambil kecap tersebut.

"Lo sama siapa?" tanyanya.

"Sama Mama. Lo kok ada di sini, Kak?"

"Nemenin Bunda gue belanja." Dagu Kak Raka mengarah kepada perempuan paruh baya yang sedang memilih tepung.

"Oh... kok bisa sampe sini?" Aku merutuki diriku yang banyak bertanya seperti sok dekat saja.

"Gue nggak sengaja liat ada cewek pendek yang nggak bisa ngambil kecap di rak atas. Jadi gue bantu aja."

Aku sangat terkejut mendengar Kak Raka berbicara sepanjang itu. Lalu apa maksudnya dengan kata-kata 'cewek pendek'. Sepertinya dia sedang mengejekku. Walaupun raut wajahnya sangat lempeng.

"Gue nggak pendek." Aku sedikit tersentil dengan kata-katanya tadi.

"Lo lebih pendek dari gue."

"Iya deh, Kak."

"Raka."

Bunda Kak Raka menghampiri kami. Aku menyalami tangannya dan tersenyum tipis. Bunda Kak Raka sangat cantik.

"Ini siapa?" tanya Bunda Kak Raka.

"Ini Rara. Adiknya Arsen, Bun," jawab Kak Raka.

Bunda Kak Raka tersenyum lalu mengelus rambutku. "Oalah, cantik ya, sopan lagi. Pantes."

"Pantes apa, Tante?" tanyaku heran.

"Itu pantes Rak--"

"Bunda udah selesai?" potong Kak Raka dengan cepat.

"Sudah."

"Ayo pulang, Bun. Ayah udah nungguin daritadi." Ajak Kak Raka lalu menggandeng tangan Bundanya untuk pulang.

"Bunda pulang dulu ya, nak Rara. Kalau mau main ke rumah suruh Raka aja buat jemput." Bunda Kak Raka tertawa kecil.

Aku hanya tersenyum lalu meng-iyakan ajakan Bunda Kak Raka. Aku melambaikan tangan saat mereka sudah mulai menjauh.

Jujur saja aku masih tidak mengerti dengan kata 'pantes' yang Bunda Kak Raka ucapkan tadi.

🌼

Jangan lupa untuk vote dan beri komentar yang banyak. Terima kasih.

Jangan lupa follow Instagram: @ coklatstraww

See you!

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

1.3M 115K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
1.7M 63.2K 28
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
4.9M 388K 37
[DIMOHON BUAT READER'S SEBELUM BACA CERITA INI UNTUK TAHU KALAU INI MENCERITAKAN TENTANG TRANSMIGRASI YANG CUKUP KLISE. JADI JIKA ADA KALIMAT YANG SA...