DOOZY

Von Sfiensa

1.6K 612 3K

⚠️ Warning ⚠️ !! Cerita ini mengandung kekerasan fisik !! _____________________________ Arsene Orc atau biasa... Mehr

*PERHATIAN
Prolog
✧◝Cast◜✧
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Orc Visual
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27

Chapter 28

15 2 0
Von Sfiensa

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Arsene berhasil menenangkan dirinya dari serangan emosionalnya. Dia kemudian menghela nafas lalu terduduk lemas di lantai. Sebuah bambu merah tiba-tiba muncul dan melayang di hadapan Arsene. Lalu sebuah surat muncul dari bawah pintu. Arsene segera memungutnya.

'Segera ambil bambu itu dan pergi temui Kaisa, suruh dia mencabut bambu yang berada di belakang rumahnya. Lalu bakar bambunya bersama bambu yang berada di hadapanmu. Dengan begitu, kamu dan seluruh bangsa Orc yang berada di alam manusia akan kembali ke kerajaan dan kutukan itu akan hilang selamanya.' Linn, penyihir menara.

Arsene menatap bambu merah yang terjatuh di lantai. Namun Arsene berpikir lain, dia merasa semua ini hanya jebakan semata. Arsene kemudian membakar kertas tersebut di tangannya.

Tubuh ibu panti melayang di udara dengan tubuhnya terlilit tali api yang sangat panas. Telinganya seketika berdengung sebagai tanda bahwa burung pengantar pesan telah selesai menjalankan tugasnya. Namun ratu belum tersadar dari emosionalnya yang terus memanipulasi pikirannya. Hari tiba-tiba menjadi gelap bagaikan malam, semua makhluk yang berada di mansion ini tersadar kembali. Sang ratu tersadar dan terkejut akan tangannya yang mengeluarkan tali api dan mengikat seseorang. Lalu terdengar suara gemuruh dari luar.

Arsene menggenggam bambu merah itu dan segera keluar melalui jendela. Dia menatap langit yang berubah menjadi gelap gulita bagaikan malam hari. Gerhana matahari tiba-tiba datang dan membuat semua manusia berhamburan keluar menatap sang matahari. Burung-burung berhamburan masuk ke dalam sarangnya, tidak ada satu pun hewan yang berani keluar dari dalam rumahnya.

Duca masuk ke dalam dan berakhir duduk di atas kursi sofa. Dia melepaskan tali pita yang menggulung kertas yang dia dapat dari burung itu. Semua orang tertuju padanya dan saling menghampiri, tak terkecuali si Eluiga. Duca membentang kertas tersebut dengan lebarnya. Beberapa tulisan seperti cacing tertuang diatasnya, tidak heran jika yang menulisnya adalah ibu panti sendiri.

Air berhenti mengalir dari derasnya air hujan yang turun berhamburan. Angin bersindikat berhembus dari rendah menuju ke titik atas, dia pun bisa dicuci otaknya. Temuilah Kaisa dan katakan bahwa cabutlah bambu merah lalu bakarlah sebelum buliran air datang berhamburan memenuhi bumi.

Kaisa berkerut kening, "Surat dari siapa?" tanyanya. Kaysen mengambil kertas tersebut.

"Siapa lagi jika bukan ibu pengganti kalian," Tuturnya dengan maniknya menatap Kaisa dan Sherin bergantian.

Mengingat tentang bambu merah, Kaisa segera berlari mengambil sepeda yang berada di belakang rumah Kaysen untuk membantunya pergi ke rumah lamanya. Karena bambu itu keadaan menjadi kacau seperti ini. Jika saja waktu itu Kaisa tidak menyentuh tanaman itu, apa keadaan tidak akan seperti ini. Kaisa berhenti karena lampu lalu lintas menyala merah. Dia menyeka keringatnya dengan punggung tangannya. Sebuah mobil berhenti di sebelah Kaisa, sang pemilik menurunkan kaca mobilnya.

"Hey anak kecil! apa kamu tahu letak mansion ini?" Tanyanya seraya menyodorkan lembaran foto. Kaisa hanya terdiam. Foto yang ditunjukkan oleh orang tersebut adalah kediaman Arsene. Lampu lalu lintas menyala hijau, Kaisa segera mengayuh sepedanya dan meninggalkan orang yang baru saja menanyainya.

"Huh! dasar anak kecil ditanya malah kabur!" Kesalnya.

"Dia kabur karena bingung, mansion seperti itu tidak ada disini. Ada-ada saja!" Tutur orang yang berada di sampingnya.

"Mansion itu sudah lama tenggelam ribuan tahun yang lalu karena banjir besar yang melanda kota ini. Jika mansion itu muncul kembali, itu terdengar aneh dan tidak masuk akal." Tambahnya.

Telinga runcing Eluiga bergerak mendengung, menandakan sebuah isyarat akan datangnya bahaya yang akan menerpa seseorang.

"Dimana Kaisa?" Tanya Eluiga sembari menatap sekitar menyadari bahwa Kaisa menghilang.

Ibu panti terjatuh lemas, rasa panas dan perih menyerang tubuhnya. Dia menatap jam dinding yang berada di atas pintu. Pukul sepuluh lebih enam menit. Melihat semua orang berlari keluar, ibu panti merubah tubuhnya menjadi kucing lalu melenggang keluar dengan hati-hati dari mansion ini. Grusha yang melihatnya kemudian mengejar ibu panti. Ibu panti melompat dari dinding belakang mansion, begitupun dengan Grusha.

Arsene berdiri di tengah halaman rumah orang tua Kaisa, tempat dimana bambu merah tumbuh. Dia menatap bambu merah yang berada di tangannya. Sejenak dia berpikir, jika dia membakar kedua bambu itu maka semuanya akan selesai, semua ras nya akan kembali ke tempat asalnya. Namun dia masih ingin bermain dengan Kaisa hingga dapat merasakan aroma darahnya lagi, begitu menyenangkan saat dia menyiksa Kaisa kala itu. Aroma darahnya begitu nikmat. Dia pun menghirup seolah ada aroma darah Kaisa di hadapannya.

"Arsene..." Gumam Kaisa jauh di belakang tubuh Arsene.

Kaisa menatap bambu merah yang berada di tangan Arsene. Gerhana matahari usai, bumi terang kembali. Kaisa tidak ingin kejadian kala itu terulang kembali, dia memberanikan diri untuk mengambil bambu merah yang berada di tangan Arsene, bagaimana pun caranya.

"Arsene! long time no see!" Panggil Kaisa. Seringainya terlukis di sudut bibirnya.

"Oh, my food!? apa ini yang dinamakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya? saya pemangsa dan kamu adalah mangsaku, bukankah ini satu kesatuan? seperti halnya ranting dan daun?" Tutur Arsene menyeringai.

Kaisa mendecih pelan, tatapannya tidak takut lagi kepada Arsene. Bagaimanapun Arsene merupakan makhluk yang seharusnya tidak ada di dunia ini. Hingga tersisa beberapa langkah lagi untuk merebut bambu merah dari tangan Arsene.

"Bagaimana jika aku balik, aku adalah pemangsa dan kamu mangsaku? sepertinya akan lebih seru," Tutur Kaisa sembari melepas jaket yang digunakannya, lalu membuangnya ke sembarang arah. Arsene menaikkan satu alisnya. Aroma yang dia damba-dambakan selama ini sekarang berada di hadapannya. Tubuh Arsene perlahan memanas dengan kedua bola matanya yang hampir memerah pekat. Kaisa mulai paham mengapa Arsene sangat menginginkan tubuhnya. Kini Kaisa berada lima sentimeter di hadapan Arsene, tangannya bergerak mengalungi leher Arsene.

"Arsene, bagaimana kamu akan memakanku?" Bisik Kaisa di telinga Arsene.

"Aku akan memakanmu hidup-hidup," Tutur Arsene menghendus kulit Kaisa.

Arsene semakin terobsesi dengan tubuh Kaisa dan dengan kesempatan ini Kaisa mengambil pemantik dari saku celananya diam-diam lalu menyalakan dan mengarahkannya ke bambu merah yang dipegang oleh Arsene di belakang tubuhnya.

"Tidak semudah itu, Arsene!" Seringai Kaisa.

Api yang mulai membakar lapisan kulit Arsene dan Kaisa mendorong tubuh Arsene. Dia yang sadar akan hal ini kemudian menjatuhkan bambu tersebut ke tanah. Arsene yang merasa dipermainkan oleh Kaisa naik pitam.

"Sial," Umpat Arsene.

"Mulai sekarang jangan ganggu aku lagi dan kembalilah ke alam asalmu!" Tegas Kaisa.

Arsene tertawa sinis, "Kamu pikir dengan membakar bambu ini aku akan kembali? nope! aku yang membuat permainan ini dan hanya akulah yang bisa mengakhirinya,".

Asap yang membakar bambu tersebut semakin menebal. Bulan Kembali menutupi matahari hingga suasana gelap seperti tadi.

"Welcome to my world, Kaisa!" Seringai Arsene.

Kaisa, Arsene, Kaysen, Duca, ibu panti, Sherin, Grusha, Eluiga, Valentin, dan seluruh keturunan Orc yang ada disini tersedot masuk ke dalam asap tersebut untuk masuk ke dalam negeri Orc. Neraka dunia bagi mereka akan segera di mulai.

"Kurasa kali ini bukan saatnya kita ikut campur masalah mereka," Tutur kurcaci yang berada diatas bukit bersama para peri dan juga pemimpin dryad. Mereka menyaksikan gulungan asap yang melahap tubuh Valentin lalu membawanya entah kemana.

"Ini akan menjadi ujian menyakitkan untuk mereka, setidaknya salah satu dari mereka dapat kembali dengan selamat." Tutur pemimpin dryad.

*****

Pintu utama kerajaan terbuka lebar oleh beberapa pengawal dan diikuti oleh Arsene di belakangnya. Tak lama kemudian terlihat sebuah singgasana yang begitu luas. Semua dayang kerajaan tertunduk seketika berjejer rapih untuk menyambut kedatangan Arsene yang kembali dari alam manusia. Sang raja hanya terdiam dengan tatapan tajamnya. Arsene dan sang ratu betekuk lutut dihadapan raja.

"Maaf, Yang Mulia! Saya telah melakukan kesalahan dengan diam-diam masuk ke alam manusia tanpa seizin anda," Sang ratu terus menunduk sembari meratapi kesalahannya. Dia tidak peduli jika nantinya raja memberi hukuman padanya karena kesalahannya ini. Karena ratu tidak bisa diam saja melihat anaknya tengah di alam manusia tanpa tahu kondisi Arsene. Ratu terlalu sayang kepada Arsene sehingga dia terkadang lupa statusnya yang sebagai ratu kerajaan.

"Aku tidak mempersalahkan hal itu, ada hal yang lebih penting yang ingin aku permasalahkan." Tegas sang raja. Kedua maniknya menatap Arsene.

"Seseorang yang anda cari sudah saya temukan, namun dia telah berikatan dengan banyak manusia sehingga beberapa manusia ikut masuk ke dunia kita." Tutur Arsene. Seluruh tubuhnya sedikit bergetar karena sang raja terus menatapnya dengan tajam.

Tiba-tiba sang raja tertawa dan menimbulkan suasana menjadi semakin tegang. Jarang anggota kerajaan bahkan rakyat sekalipun melihat raja tertawa sepuas ini. Pintu utama kembali terbuka, sepupunya melenggang bersama para prajuritnya. Diliriknya Arsene sekilas kemudian memberi hormat kepada raja.

"Semua pintu yang terhubung dengan dunia kita telah saya blokir, jadi siapapun yang berniat kabur tidak akan bisa keluar dari dunia ini." Tutur Grusha, seorang yang dipercaya oleh Arsene sekaligus sopir Arsene saat mereka berada di alam manusia. Iya, Grusha adalah sepupu Arsene. Siapapun dapat menjadi anggota keluarga Orc, namun dengan syarat dan izin dari raja.

"Sejak kapan kamu menjadi orang kepercayaan raja?!" Arsene terkejut setelah mendengar perkataan Grusha. Orang yang dipercayainya kini mengkhianatinya. Arsene bangkit dan mencengkeram jubah Grusha.

"Maaf Arsene, ini demi kebaikanmu." Bisik Grusha. Arsene mendecih, lalu mencengkeram jubah Grusha.

"Aku tidak perlu dikasihani olehmu dengan cara seperti ini! Aku menjadikanmu sebagai tangan kananku agar kamu merahasiakan apapun yang aku lakukan dari raja, tapi apa? sungguh mengecewakan!" Geram Arsene. Kemudian Arsene melepaskan cengkeramannya dari jubah Grusha. Tangan Arsene mengamit sebuah pedang tajam nan panjang dari belakang tubuhnya, pedang milik Arsene yang selalu dia bawa selama di kerajaan.

"Aku memberi kepercayaanku yang tulus namun kamu menginginkan kemarahan yang tulus dariku? baiklah, akan aku berikan untukmu!" Arsene menghadapkan mata pedang tersebut ke arah leher Grusha.

"CUKUP!" Tegas sang raja.

"Arsene, kamu sudah banyak berulah selama ini. Berhentilah membunuh sesama kita, kamu bukan malaikat yang ditugaskan untuk mencabut nyawa. Jika kamu terus seperti ini, kedudukan putra mahkota akan aku serahkan kepada Grusha." Tambahnya dengan nada ancaman. Grusha lemas mendengar perkataan raja barusan, ancaman yang diberikan oleh raja dapat menghancurkan hubungan pertemanannya dengan Arsene.

Arsene membuang pedangnya lalu menatap penuh ancaman kepada Grusha kemudian pergi meninggalkan ruangan ini. Di sisi lain, Kaisa, Kaysen, Duca, ibu panti, Sherin, Eluiga, dan Valentin tengah di kurung di sebuah penjara Bawah tanah dengan kedua tangannya masing-masing diikat oleh rantai besi.

"Bagaimana caranya kabur dari sini?" Tanya Sherin kepada ibu panti.

"Jika kita kabur dari sini, maka Arsene akan membunuh kalian satu persatu." Balas ibu panti tanpa mimik muka.

"Sebenarnya apa gunanya kita berada di dunia ini? lalu kenapa banyak makhluk seperti Eluiga disini?" Tanya Sherin sekali lagi. Ibu panti hanya terdiam.

"Tidak ada henti-hentinya Arsene untuk melukai seseorang bahkan tadi hampir saja membunuh Grusha, aku takutnya jika kedepannya Arsene akan semakin ganas dan menimbulkan malapetaka di negeri kita," Tutur prajurit yang tengah berjalan di sekitar penjara.

"Aku bahkan merinding membayangkannya," Ucap prajurit yang ada disebelahnya.

Eluiga terkejut bukan main saat mendengar para prajurit yang mengatakan bahwa Grusha hampir dibunuh oleh Arsene. Kedua tangannya mengepal erat.

"Arsene," Batinnya.

-tbc-

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

10.1M 1.2M 62
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...
726K 42.9K 68
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...
616K 27.4K 37
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
90.9K 9K 26
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...