One Night Change It

By coo-de

266K 8.6K 473

Nasib Inara bisa berubah hanya dengan satu malam. Semua ini gara gara dia bertemu Davin laki laki berusia emp... More

#01
#02
#03
#04
#05
#06
#07
#08
#09
#10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

15

8K 312 30
By coo-de

Hari ini Davin dan Inara benar benar membuat jadwal dating, dating layaknya orang biasa. Awalnya mereka akan pergi nonton tapi begitu sampai di bioskop tidak ada film seru. Davin menyarankan ke dufan tapi Inara menolak keras, karena itu terlalu kekanakan. Akhirnya berkat kemampuan bermain handphone Inara, mereka menemukan tempat dating yang cocok dan jarang di datangi oleh orang lain yaitu Musium. Katanya Museum Date itu akhir akhir ini lagi trend tapi masih untuk beberapa orang tertentu.

Davin memarkirkan mobilnya dengan santai. Kali ini Davin membawa mobil bukan motor kesayangannya. Sebenarnya alasan Davin lebih sering menggunakan motor pertama karena lebih cepat, kedua mobilnya sering di gunakan urusan kantor ya maklum aja ya kantor nya masih kecil jadi dia harus berkorban.

Jika di lihat dari segi manapun orang pasti tahu kalau Davin dan Inara itu sepasang kekasih. Mereka berdua nampak sangat romantis, keduanya sama sama menggunakan pakaian serba hitam padahal bukan di sengaja. Inara menggunakan dress hitam di bawah lutut sedangkan Davin dengan pakaian turtleneck hitam. Tangan mereka terus saja bergandengan sesekali Davin merangkul pinggang Inara seolah menandakan bahwa Inara miliknya.

"Vin?" Panggil Inara.

"Iya"

"Kamu sebenarnya suka seni nggak?"

"Ya kalo di tanya suka sih suka"

"Paham? I mean seni itu kan bukan cuman di liat tapi di nikmati. Kamu paham tentang menikmati arti dari seni seni yang di tuju pembuatnya?"

"Nggak hehe" Jawab Davin polos.

"Dihh, kalo gitu aku salah dateng ke sini sama kamu"

"Emang kamu sendiri juga paham?"

"Ya nggak lah, makanya kalo pergi ke museum jangan ajak kamu. Kalo gini kan susah aku nggak ngerti kamu juga nggak ngerti" Davin mengacak rambut Inara gemas dengan tingkah mereka sendiri di tambah omelan Inara yang ada benarnya juga.

"Ya nggak papa sayang, kamu itu nggak usah paham soal seni. Cukup pahami aku aja udah"

"Cuih gombal" Pergi meninggalkan Davin yang malah tertawa. Davin tau Inara sedang salting makanya dia pergi.

"Ko pipinya merah?" Kejar Davin.

"Siapa yang merah?"

"Salting ya?"

"Ini tuh blush on" Mata Inara masih tidak ingin melihat Davin. Matanya terus saja mencari sesuatu entah mencari apa. Sampai Davin menangkup seluruh wajahnya dengan tangan. Menggoyangkan ke kanan kiri seolah mengecek sesuatu.

"Perasaan tadi blush on nya nggak semerah ini" Ucap Davin dengan seriusnya masih meneliti wajah Inara. Bukannya berhenti pipi Inara malah tambah bersemu merah.

Cup~

Mata Inara terbuka lebar. Gila ini berondong maen cium aja mana di tempat umum lagi.

"Apa tuh?" Ucap Davin seolah tidak terjadi sesuatu, Davin bergerak ke salah satu lukisan besar. Inara sempat mencibir tapi kakinya mengikuti Davin.

Gambar yunani kuno terlihat jelas dalam  lukisan ini seseorang berdiri di puncak dengan berberapa orang lainnya. Sedangkan satu orang tengah memanjat puncak walaupun terlihat ada semacam duri disana. Bisa terlihat seseorang yang berdiri di atas itu seorang perempuan jika di lihat lebih jelas terdapat seperti mahkota kecil di kepalanya. Ekspresinya menunjukan kesedihan.

Davin Inara masih terpana dengan keindahan lukisan tersebut. Tidak terlihat jelas tapi setiap goresannya seperti mengandung makna yang dalam.

"Lukisan ini terinspirasi dari romeo dan juliet, semua orang melarang cinta mereka. Perbedaan kasta membuat mereka berdua berbeda di mata orang orang. Takdir Juliet disini ada di tangan sang pria, jika dia tidak bergegas Juliet mungkin akan dinikahi orang lain." Ucap seseorang yang baru saja tiba di antara Davin dan Inara. Laki laki paruh baya itu tersenyum menjelas arti dari lukisan itu dengan semangat.

"Cinta itu dilandasi sebuah ketulusan. Bukan cuman itu mencintai seseorang juga butuh keberanian. Keberanian dalam cinta akan muncul jika cinta mereka sudah utuh." Sambungnya lagi.

"Keberanian? " Davin sedikit bingung dengan tutur pria paruh baya ini.

"Iya keberanian untuk saling memiliki, keberanian untuk siap menghadapi masalah, siap sakit hati tentunya" Davin dan Inara mengangguk kompak. Mereka seperti sedang mendapatkan advice dari seseorang, memperhatikan setiap kata yang dengan teliti.

Belum puas dengan museum datenya, mereka kembali melanjutkannya mencari cafe aesthetic yang cocok untuk mereka yang tengah di mabuk asmara. Bukan cuman itu tentunya cocok buat mengisi perut mereka yang mulai kelaparan. Hampir 20 menit mereka berkeliling mencari cafe pas ternyata akhirnya dapat juga.

"Spaghetti carbonaranya satu, yang aglio o lio nya satu, mau panada juga ya. Kalo minumnya mau ice americano, sama ice latte satu"

"Ada pesenan lainnya ka?" Davin sedikit menimangnimang tawaran pelayan.

"Katanya mau cake" Sindir Inara

"Hehe kamu mau juga nggak?"

"Dih kalo mau pesen nggak usah nawarin segala" Inara memutarkan matanya tapi respon Davin justru malah terkekeh.

"Ya udah mba mau red velvet nya satu, sama gelato choco cookiesnya satu ya" Si pelayan langsung menuliskan semua pesanan Inara.

"Perasaan tadi aku nawarinnya cake aja deh nggak sama gelato"

"Yang gelato buat kamu" Simple tapi perbuatan Davin ini bisa buat sudut bibir Inara melengkung ke atas.

"Pengertian banget sih, jadi tambah sayang" Inara mencubit pipi Davin gemas.

"Kalo sayang cium dong"Davin memajukan bibirnya siap di cium Inara.

"Ehem" Si mbak pelayan ganggu deh, tapi kasian juga mana si mbaknya jomblo lagi.

"Untuk gelato sama cake nya mau dong serve nanti setelah makan?"

"Iya mbak setelah makan aja"

Dating mereka kali ini bisa di bilang sukses walaupun cuman keliling jakarta tidak lebih. Tapi jujur mereka berdua merasa senang apalagi Davin tidak berhenti menunjukan rasa senangnya.

Saat ini mereka tengah menikmati menu makan malam, bukan makanan di restaurant terkenal tapi Davin mengajak Inara untuk menikmati ketoprak langganannya di pinggir jalan. Bukannya Davin tidak mampu untuk mengajaknya  ke restaurant bintang lima walaupun usaha Davin baru mulai tapi buktinya dia bisa tinggal dengan apartemen elit. Hanya saja davin tuh sederhana dan apa adanya dan Inara suka itu. Menurut Inara tidak perlu uang banyak untuk membahagiakan seseorang cukup dengan selalu ada di sisinya, menemaninya, menjadikan dia itu sebagai orang spesial itu cukup dan Davin punya itu semua.

"Thanks ya" Ucap Inara dalam sambil memandang Davin. Davin menggeleng sambil menyentuh pipi Inara.

"No, aku yang harusnya bilang thank you ke kamu."

"Thank you ya sayang udah mau jadi one special person in my life. Sorry aku cuman ngajak kamu ke tukang ketoprak langganan aku" Inara tertawa mendengar kalimat terakhir dari Davin.

"Jangan kan tukang ketoprak di ajak ke tukang tahu bulat aja aku mau, yang penting sama kamu"

"Di ajak ke pelaminan mau?"

"Mau lah tapi nggak sekarang" Wajah Davin berubah mendadak tidak suka dengan jawaban Inara.

"Ck. Masa iya aku harus hamili kamu biar kamu mau nikah sama aku" Si labil, Inara mendelik katanya kemarin iya mau buktiin dulu kerja kerasnya ke Ayah Inara eh sekarang udah ngotot lagi mau nikah.

Drrrtttt drrrtttt

"Bentar" Davin izin angkat telepon.

"Hallo.. Ada apa Mas?"

...

"Mas Arka ?"

...

"Lo di mana Anjing!!"

Inara yang awalnya cuek pandangannya langsung berubah menatap Davin. Davin terlihat sedang marah matanya membesar wajahnya merah. Jujur ini baru pertama kali Inara melihat Davin seperti ini.

Davin menutup teleponnya kasar lalu segera mengeluarkan uang selembar berwarna merah dan mengajak Inara pulang dengan segera.

"Aku anterin kamu pulang sekarang ya" Inara menggeleng.

"Aku temenin kamu ya" Tawar Inara

"Tapi ra--"

"Please.." Kalo Inara sudah memohon seperti ini Davin tidak pernah kuat menghadapinya makanya kepalanya pelan pelan mengangguk.

Bukan pertemuan Inara dan Arka yang Davin takut kan tapi tempat yang akan mereka datangi sekarang. Tempat yang sebenarnya cukup bersejarah untuk mereka. Tapi Davin tidak ingin Inara menginjakkan kaki ketempat itu kedua kalinya.

Suara musik sudah terdengar dari luar. Tangan Davin terus saja memegang Inara dengan mata yang sibuk mencari sosok Arka. Arah jam 3 akhirnya ketemu, Arka tengah duduk dengan beberapa botol minuman alkohol. Wajahnya tampak stress.

"Mas Arka"

"Vinn" Mata Arka berkaca kaca dan ini juga pemandangan yang pertama kali Inara lihat.

"Stop minumnya lo itu sebenarnya kenapa sih?" Arka hang mendengar itu malah tertawa.

"Perempuan sialan itu baru aja tinggalin gue"

"Harusnya Friska bersyukur dapetin gue yang sempurna ini"

"Tapi kenapa dia malah ninggalin gue, Friska juga batalin pertunangan kita" Davin bingung harus bersikap gimana.

"Friska?" Inara yang merasa di panggil oleh Arka bingung. Arka sepertinya sudah mabuk parah.

Arka berjalan terburu buru mendekati Inara. Memeluknya erat lalu..

Cup

"Anjing!"

Bughh

Bughh

"Davinnn"

**

Readers sorry telat update huhu :(

Oh iya mau ngasih tau ini detik-detik menjelang konflik yaaa berdoa aja semoga konfliknya nggak berat ya..

Say sorry sekali lagi kaya nya minggu depan aku mau off dulu nggal akan update soalnya aku lagi belajar buat buku cerita anak anak. So minggu depan aku mau fokus dulu kesana. Tapi tenang aku pasti update ko hehe..

See you

Continue Reading

You'll Also Like

472K 2.5K 19
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
2.4M 36.1K 49
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
991K 146K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
3M 151K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞