SEPTIHAN

By PoppiPertiwi

54.3M 4.2M 4.2M

Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaks... More

SEPTIAN AIDAN NUGROHO
1. RAVISPA!
2. SELAMAT BERJUANG, JIHAN
3. AVEGAR! PENGKHIANAT SMA GANESHA
4. ONE BY ONE
5. SEPTIAN JELEKKKK
6. KEJUTAN PAGI
7. RASA YANG BERBEDA
8. KARENA TERPAKSA
9. DIA PERNAH SINGGAH LALU MENJAUH BEGITU SAJA
10. DIA TIDAK CINTA KAMU
11. TERNYATA TIDAK UNTUKKU
12. DIA YANG SEDERHANA
13. SEBASTIAN: SEBATAS TEMAN TANPA KEPASTIAN
14. EUFORIA
15. PERASAAN BARU
16. KEPINGAN
17. CEMBURU
18. UNTUK YANG PERTAMA
19. KITA
20. FEELING + MNG
21. PERGI
22. AWAL BARU
23. KEMAJUAN PESAT
24. ISI KAMERA SEPTIAN? (1)
24. ISI KAMERA SEPTIAN (2)
25. KAMU MAU JADI PACAR SAYA?
26. DAY 1
27. KEJUTAN
28. MEMAAFKAN
29. PESTA
30. PROBLEM
31. TITIK AWAL
32. PERTANDINGAN BASKET GANESHA
33. HIS CHARACTER
INTERMEZZO: WARJOK, QNA & Trailer Story
34. RUANG FOTOGRAFI: Jihan?
35. AWAN
36. 9X - 7i > 3 (3x - 7u)
37. EVERYTHING I DIDN'T SAY
VOTE COVER NOVEL SEPTIHAN + VISUAL
38. FILOSOFI MAWAR, BUNNY & RASA SAKIT (1)
38. SEPTIAN, THALITA & JIHAN + INFO NOVEL SEPTIHAN(2)
38. EXCLUSIVE: BERJUANG (3)
39. EXLUSIVE: 520 & PERAHU KERTAS : NOVEL SEPTIHAN
40. EXLUSIVE: PERINGKAT PERTAMA | JIHAN HALANA (SELESAI)
1. EXTRA PART SEPTIHAN: DISTRO SEPTIAN AIDAN NUGROHO
2. EXTRA PART SEPTIHAN: PERAYAAN UNTUK SEPTIAN AIDAN NUGROHO
3. EXTRA PART SEPTIHAN: LANTAI 80 || A SKY FULL OF STARS
4.1 EXTRA PART SEPTIHAN: PARADE KUMPUL RAVISPA [RULES OPEN RPPI]
4.2 EXTRA PART SEPTIHAN: SUIT & LUXURY
4.3 EXTRA PART SEPTIHAN: PODIUM
4.4 EXTRA PART SEPTIHAN: RESTU
4.5 EXTRA PART SEPTIHAN: MENGERTI?
4.6 MENENANGKANNYA
4.8 EXTRA PART SEPTIHAN: BETTER BELIEVE ME
4.9 EXTRA PART SEPTIHAN: DITERIMA

4.7 EXTRA PART SEPTIHAN: TENTANG WAKTU

145K 13.9K 5.2K
By PoppiPertiwi

Ketemu lagi kita di cerita ini jam berapa kalian baca extra part ini??

— Sebelumnya mau bilang follow dulu yuk KaryaKarsa: PoppiPertiwi untuk dapetin notif lanjutan extra part bagian ini yaa nanti dijelasin di AN atau Instagram: Writerpi

Siapa kemarin yang udah baca part lanjutan 4.6 Septihan di KaryaKarsa?

Kasih kita spaman 🔥supayan makin exicted atau semangat baca part ini

Isi paragraf di tiap linenya ready??

4.7 EXTRA PART SEPTIHAN: TENTANG WAKTU

"Just be you, be beautiful and be comfortable in your own heart."

Ketika Jihan tertidur di sofa Septian berjongkok di sebelahnya. Ia terdiam. Sejujurnya tidak tega. Cowok itu menatapnya lalu menyusuri rambut Jihan dengan jari agar tidak menutupi wajahnya. Seketika ada sengatan dalam darah dan kulitnya saat menyentuh Jihan.

"Sep, ini mau taruh di mana stock jaket sama sepatu barunya?" Bams datang lalu mengecilkan suaranya.

"Taruh di rak depan aja," balas Septian.

"Jihan tidur?"

Septian bergumam. "Iya mau gue anter pulang."

"Iya anterin aja kasian. Dia udah bantuin dari tadi pagi-pagi banget sebelum lo ke sini." Bams akhirnya berlalu ke rak depan.

Septian lalu kembali fokus dengan Jihan. Seharusnya Septian sejak pagi sudah di distro namun tiba-tiba keluarga besarnya mengadakan pertemuan—yang kalau boleh jujur di sana hanya Septian yang kerja yang lainnya lebih asik bermain.

Septian membanggunkan Jihan. Suaranya berbisik pelan namun berat, "Jihan bangun,"

"Jihan,"

"Sayang bangun," bisik Septian berat.

Jihan yang semula tidur nyenyak terbangun karenanya. Karena cahaya yang menyilaukan. Jihan mengerjap lalu menatap Septian di samping. Jihan ingat sekali Septian memanggilnya sayang tadi. Namun kali ini Jihan mendengarnya berbeda.

"Bangun Jihan ayo pulang," panggil Septian.

****

"Semalem kamu bangunin aku kan Septian? Kamu manggilnya gimana?" tanya Jihan pada Septian, masih penasaran.

Septian hanya bergumam.

"Kok gitu doang? Kamu manggilnya gimana?"

"Bangun Jihan ayo pulang," Septian melonggarkan dasi hitamnya yang panjang. Ia duduk di sebelah Jihan. Kali ini mereka ada di sebuah acara yang sebenarnya Septian dan Jihan lebih suka pergi berdua daripada ada di tempat ramai namun dikelilingi orang-orang yang kurang senang menatapnya.

Kecuali tamu undangan, karena sangat tertarik dengan Septian: pada kepintarannya, kebisaannya dan juga tentu saja apa yang ia punya.

"Selain itu?" Jihan masih ingin memastikan.

"Kenapa kamu mau tau?"

"IYAAA mau tau dong! Apa lagi sebelum itu??" Jihan sangat ingat kalau Septian memanggilnya seperti itu kemarin. Itu bukan hanya mimpi belaka kan?

"Aku sempet bil—" suara Septian terputus saat Kakek dan Neneknya datang.

"Kalian ngapain di sini? Tamu pada di depan," ujar Nenek Septian.

"Nanti kita ke depan Nek."

"Jihan yang ngajak Septian ke sini?" tanya Kakeknya, namun terdengar masih menyebalkan di telinga Septian. Kalau tidak ingat acara. Septian pasti akan pergi detik itu juga.

"Septian yang mau ke sini," jawab Septian.

Mendengar nada suara Septian membuat Jihan kaget. Ia lalu mengalungkan satu tangannya di satu lengan Septian berusaha agar Septian sedikit mereda.

"Nanti ke depan," suruh Kakeknya berlalu ke arah depan, meninggalkannya.

"Kamu kok gitu suaranya Septian," ujar Jihan pada Septian setelah Kakek dan Neneknya pergi.

"Biar Kakek gak semena-mena terus."

"Nenek kamu sampe kaget tadi."

"Kakek kamu emang pembawaannya kaya gitu." Jihan berusaha menenangkannya. Septian mungkin memang pendiam, jago merahasikan apa yang ia rasa namun kadang kala kalau tentang Jihan dia bisa refleks seperti tadi. Seolah ada tombol on dan offnya.

"Kita gak boleh terus memakluminya. Sekali, dua kali bisa. Kalau lebih gak bisa," jawab Septian.

"Iya udah kalau gitu tenang dulu," ujar Jihan.

Jujur untuk situasi seperti ini Jihan akui kalau ia merasa... takut. Septian itu pandai menjaga emosinya namun kalau sudah seperti tadi mungkin saja bisa berkelanjutan. Itu yang membuat Jihan merasa takut namun juga merasa aman.

"Aku yakin Kakek kamu udah bisa nerima aku." Jihan berusaha menghibur.

Septian hanya memandangnya. Jihan yang dipandang seperti itu merasa nyalinya menciut karena Septian memandangnya seolah-olah Jihan melakukan kesalahan.

"Bener kan?"

"Mungkin."

"Kamu marah banget ya kalau aku digituin?"

"Kamu kalau digituin malah diem aja gimana aku gak kaya tadi?" Septian membuat Jihan mendengarkannya dengan seksama.

Senyum Jihan terbit setelahnya lalu kedua tangan Jihan memeluk Septian membuat Septian memandangnya dengan bingung. Jihan lalu menggusap punggung Septian dan merasa tenang setelahnya.

"Tumben kamu marahnya keliatan gitu."

"Kenapa takut?"

Jihan mengangguk di pundak tegap Septian. Septian lalu membalas pelukannya. Mungkin memang tadi ia terlalu hingga membuat Jihan jadi seperti ini.

"Di mana mana gue liat orang pacaran," Guntur yang nyolong di meja belakang melenggos.

Oji tertawa. "Makanya lu ambil makanannya di depan aja. Kan udah gue bilangin tadi."

"Gue ke belakang kan mau ambil banyak! Mau gue plastikin semua trus bawa pulang," Guntur masih memegang piring-piring makanannya.

"Pemerasan," kata Jordan.

"Gue ke sini cuman ngucapin selamat aja. Sisanya ngerampok makanan," kekeh Guntur membuat Jordan tertawa lebar di sebelahnya.

"Trus lo taruh di mobil siapa kalau ditanya satpam?" tanya Galaksi.

"Mobil Jordan dong! Biar aja biar dia yang dikira ngerampok. Gue kan nebeng di mobil Oji," ujar Guntur dengan PD-nya membuat teman-temannya tertawa namun Jordan hanya misuh-misuh karenanya.

"Berengsek lo ya Tur," cetus Jordan.

"Ayo ke depan Jihan," ajak Septian membuat Jihan mengikutinya ke depan, menyapa tamu.

****

"SEPTIANNN! Aku masih penasaran tau! Kamu pas itu manggil aku apa?" Jihan menghapus isi papan LAB.

"Memang apa yang kamu denger?"

"Waktu itu aku denger.. sayang bangun," Jihan menjeda. "Itu bener kan?"

"Oh iya?"

"Kok kamu jadi balik nanya sih?? Bener kan?"

Septian merapihkan teropong kecilnya. Ia juga menggunakan jas lab yang berwarna putih saat Jihan menghampirinya ke sini setelah jam pulang sekolah.

"Kamu mau denger lagi?" tanya Septian pada Jihan membuat Jihan melotot.

Jadi benarrr??

****

Rasanya melelahkan ketika pagi harus sekolah, sore ke distro dan menjelang malam justru ada rapat perusahaan keluarganya karena sedang ada dalam masa-masa yang cukup sulit. Akhirnya Septian yang harus bertanggungjawab membujuk investor yang hendak invest di perusahaan keluarganya agar kembali percaya pada mereka.

Ini semua karena Aaron, sepupunya yang salah bertindak dan berkata-kata.

"Mohon dipertimbangin lagi Pak," kata Septian.

Ia menyelesaikan jamuan makan malam itu di sebuah restoran bergaya Jepang.

"Anak saya sering cerita tentang kamu," ujarnya Albern pada Septian.

Septian mendengarkannya dengan seksama.

"Dia juga tau banyak tentang kamu. Saya gak nyangka kalau itu kamu orangnya. Ternyata benar yang anak saya bilang. Selain pintar kamu juga bertanggungjawab penuh atas apa yang terjadi. Walaupun itu bukan kesalahan kamu," ujar Albern.

"Thank you Pak," balas Septian sopan.

"Mungkin besok kita bisa coba dinner bareng?" tanya Albern. "Hitung-hitung ngobrolin saham ini dan kenalan sama dia. Kamu sudah punya pacar?"

Dengan duduk yang tegap Septian mengatakan, "Saya sudah punya pacar."

"Ah begitu sayang sekali. Padahal saya liat kamu cocok sama anak saya."

"Kalau tidak ada pembahasan tentang saham saya pamit dulu, Pak," Septian lalu berdiri. Ia akhirnya pamit dan menutup pintu bambu ala Jepang itu dan menggunakan kembali sepatunya, untuk pulang.

Albern meliriknya lalu mengirim pesan pada anak perempuannya.

****

"Lo sih kenapa pake ngomong sama Zaki udah tau kan Septian itu cemburu buta kalau lo sama Marcus atau Zaki," ujar Febbi.

"Gue gak tau kalau Zaki bakal manggil gue sayang. Gue kira Septian gak tau," ucap Jihan.

"Lo kan tau Septian banyak yang bakal ngasih tau. Cowok lo tuh terkenal Jihan TER-KE-NAL di sekolah ini! Bakal banyak yang bilangin ke dia secara cuma-cuma," Febbi benar.

"Apalagi cewek-cewek kelas sebelah tuh pada ngarepin cowok lo, ngarepin lo putus sama dia!"

"Lo jangan ngomong gitu dong gue takut nih Feb."

"Iya udah sorry kalau gitu mau ke gedung depan dulu tadi liat Oji di sana," cengengesannya. Febbi lalu melipir pergi dari tempat basket.

Jihan duduk di tribune basket sambil melihat Septian bermain dengan gila-gilaan melempar bola oranye itu ke ring. Jihan meringis. Ia jadi serba salah karena Septian tampak jauh dan Jihan tahu kalau cowok itu tidak seperti biasanya.

"Septian mau minum gak?" tawar Jihan.

Namun Septian hanya menoleh sebentar dan melempar bola basket itu dari jarak jauh yang langsung masuk dengan sempurna.

Jihan lalu melihat Septian menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Ia mengambil air minum itu dari tangan Jihan dan menghabisinya hingga tandas.

"Kurang?" tanya Jihan pada Septian.

"Udah cukup," balas Septian.

Jihan pikir Septian mendiamkannya namun ternyata tidak tapi kenapa rasanya sangat aneh? Kenapa Septian tampak menjaga jarak padahal mereka duduk bersebelahan?

Bahkan Jihan bisa merasakan hawa panas atau suhu tubuh Septian yang berkeringat setelah bermain basket.

"Beneran udah cukup?"

Septian menoleh dengan pandangan dingin padanya membuat Jihan meringis karenanya. "Udah cukup yaaa, iya udah kalau gitu." Jihan menggenggam erat botol minuman yang diminum Septian tadi.

"Mau kemana?"

"Pulang."

"Oh—iya," Jihan berdiri.

"Kemana?" Septian menyadari Jihan mengambil jalan terpisah darinya.

"... pulang?" Jihan menunjuk koridor sebelah kirinya sementara Septian ada di koridor kanan.

"Kenapa lewat sana?"

"Kan mau pulang.. kamu juga kan mau pulang??"

Kening Septian mengerut, mengerti kalau Jihan bermaksud untuk pulang sendiri. Septian lalu menghampirinya dan menarik tangannya agar berjalan di jalur koridor kanan bersamanya.

"Ini pulangnya kita bareng gitu? Tadi kan aku sendiri ke sininya. Kamu gapapa kalau mau balik, balik aja. Aku sendirian juga bisa pulangnya gapapa ini beneran deh kamu tenang aja," Jihan merasa tidak enak karenanya.

"Septian kamu denger gak?"

"Septian??"

Septian berhenti lalu menoleh pada Jihan.

"Pulang sama aku," suara Septian membuat Jihan akhirnya diam, membisu karenanya.

****

"Kamu marah ya?" tanya Jihan pada Septian saat cowok itu hendak menghidupkan mesin mobilnya. Septian lantas menoleh padanya. Namun Jihan sengaja menatap ke arah depan, menghindari pandangan Septian.

"Kamu diem berarti bener?" tanya Jihan lagi.

"Kamu selalu ngira pas aku lagi diem itu marah?" tanya Septian pada Jihan.

"Berarti enggak?"

"Tergantung."

"Tergantung gimana?"

"Tergantung kamunya gimana."

Sejenak Septian dan Jihan terdiam karenanya. "Aku juga gak tau kenapa dia manggil aku kaya gitu. Tanya Febbi. Dia juga ada di sana. Kaget juga," ujar Jihan menjelaskan pada Septian daripada mereka salah paham.

"Iya tau," ucap Septian.

"Terus kenapa kamu kaya gitu dari tadi?"

Saat ini Jihan tampak lucu dan menggemaskan di matanya. Septian menatapnya dari samping. "Aku gak tau harus ngomong apa."

"Masa ngomong aja gak tau. Emangnya pake kuota apa. Emangnya bayar pulsa apa? Enggak kan?" Jihan masih menatap ke arah depan membuat Septian mencoba agar tidak terkekeh geli.

Septian lalu mencebik pipi perempuan itu dengan satu tangannya membuat Jihan refleks menoleh padanya. "Harus digituin dulu biar mau noleh?"

"Kamu apaan sih."

"Sekarang jadi kamu yang marah?"

"Jadi bener tadi kamu marah sama aku?"

Septian mengusap rambut Jihan. "Iya enggak lah emang aku anak kecil apa. Apa-apa marah, apa-apa marah. Cuman iya emang rada kesel dikit."

"Susah ya ngungkapin apa yang lagi kamu rasa?"

"Nanti aku coba lebih banyak."

"Beneran??"

"Bener."

"JANJI YAAA?"

"Iya Jihan," jawab Septian.

Septian lalu mendekatkan dirinya dan mengambil sabuk pengaman lalu memasangkannya pada Jihan. Membuat Jihan terus memperhatikannya. Septian lantas membawa mobilnya untuk pergi dari sana.

****

Septian langsung masuk ke dalam begitu mendengar Jihan ada di sini. Ia lalu mengedarkan pandang dengan cekatan. Kakinya lalu masuk sambil mencari-cari keberadaan Jihan.

"Jihan mana?" tanyanya.

"Gak tau Sep," jawab Jordan.

"Lah bukannya terakhir kali Jihan sama lo Dan?" tanya Guntur.

"Terakhir kali sama Oji," balas Jordan.

"Ngumpetin Jihan lo berdua ya biar dapet harta warisannya Asep??" kekeh Nyong.

"Tadi gue liat dia di belakang mungkin atau lo cari di depan Sep. Kali aja dia di taman sebelah." Bams memberitahunya.

Septian lantas bergegas keluar untuk mencari Jihan. Ia hanya membalas sapaan Kejora, Febbi dan Lala dengan singkat. Saking inginnya bertemu Jihan. Ia justru lupa bertanya pada teman-temannya cewek itu.

Setelah menyusurinya, Septian menemukan Jihan sedang duduk di dekat air terjun.

"Jihan," panggil Septian membuat Jihan menoleh padanya.

Septian menggulung celana panjangnya sedikit dan menghampiri Jihan, melewati air pendek sekakinya. Lalu ia duduk di sebelah Jihan, tepatnya di batu besar yang kering.

"Gimana rapatnya?" tanya Jihan pada Septian.

Sejenak Septian merasa bersalah karena datang terlambat dari janji yang sudah ditentukan teman-temannya.

"Lancar," jawab Septian.

"Bahas apa aja?"

"Saham,"

"Itu aja?"

"Banyak,"

Jihan tidak bertanya lebih banyak. Ia mendongak dan memperhatikan derasnya air terjun.

"Tadi aku ketemu sama Pak Albern dia yang mau mindahin sahamnya ke perusahaan lain dari perusahaan keluarga aku trus aku juga ketemu sama anaknya. Kita makan siang sambil bahas itu," Septian berusaha menjelaskannya. Berusaha untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

Di tengah suara air terjun membuat Septian harus mengatakannya dengan lebih jelas.

"Jihan," panggil Septian. "Anaknya suka sama aku."

Jihan menoleh pada Septian. Demi Tuhan, Jihan tidak pernah berdebar yang sekencang ini sebelumnya. Debaran itu bahkan membuat dadanya terasa lebih sakit dari biasanya.

"Terus?"

"Aku diminta sama Kakek buat sementara sama dia. Supaya berhasil mempertahankan saham itu. Maaf," ucap Septian pada Jihan.

Sejenak Jihan memperhatikannya, namun Septian tampak benar-benar sedang serius. Tak ada kebohongan di matanya. Yang ada hanya kejujuran namun kejujuran itu justru membuat Jihan merasa sedih. Sedih karena Septian tak mempertahankannya.

"Jadi maksud kamu, kamu bakal sama dia gitu?" tanya Jihan.

"Tunggu, aku bisa jelasin lebih banyak sam—"

"Kamu ngorbanin aku?" tanya Jihan berdiri membuat Septian ikut berdiri. "Lagi?"

Mendengar kata lagi membuat Septian jadi tidak tega setelahnya. "Aku gak mau ngorbanin kamu."

"Bisa gak sih kamu stop berkorban kaya gitu Septian? Aku tau kamu mau nyelametin yang lainnya. Aku tau kamu gak punya pilihan. Mereka yang selalu bergantung sama kamu. Aku tau. Tapi kamu selalu aja gak mikirin diri kamu sendiri. Kamu selalu mikirin kebahagiaan mereka. Yang ada kamu sendiri kan yang capek?" Jihan meledak membuat Septian memegang erat tangannya.

"Jihan,"

"Aku dari tadi nungguin kamu ya trus kata Jordan kamu mendadak ada rapat its okay aku bisa ngerti. Aku berharap setelah ini kamu bakal bisa sama aku tapi apa? Kamu malah ngorbanin aku? Hubungan kamu sama aku?" tanya Jihan.

"Jihan tenang,"

"Apa? Kalau kamu mau ngomong cuman buat nyakitin aku mending kamu diem."

Septian diam, tahu kalau kali ini dia ada di dalam masalah. Bagaimana menjelaskannya pada Jihan?

****

AN: Haiii haii semuanya gimana part inii?

— KALIAN TEAM SEPTIAN ATAU JIHAN??

— SPAM NEXT DI SINI YUKK yang banyak semangat kalian❤️

— SPAM JUGA SEPTIHAN di sini yuk kerjasamanya temen-temen

— Mau lanjutan extra part Septihan yang bagian ini di KaryaKarsa: PoppiPertiwi?

Jam berapa di tempatmu ketika tiba di part AN ini?

Baca ini penting: Sistemnya itu kaya gini: Jadi satu extra part Septihan ada di Wattpad, satunya lagi (lanjutannya) ada di Karyakarsa nah berlanjut begitu temen-temen semoga ngerti yaa

Untuk dapetin notifnya nanti follow dulu yaa

Ini yang part lanjutan 4.6 kemarin

—————

Find and follow we on Instagram: Writerpi di sini kalian bisa baca chat story & au yaa juga lebih cepat dapet informasinya biar gak sider dan keliatan baca & makasiih feedbacknya

———
Baca juga cerita-cerita seru lainnya dari PoppiPertiwi dengan judul Galaksikejora, Harmony dan Geraldmarsya

Jemput juga baju Ravispa lengan pendek/panjangnya di shopee Pavisco store juga follow Instagram: PoppiPertiwi & Wattpadpi ya gengs!

————

1-10 emoji kamu gengs saat selesai baca part ini?

— SPAM "🔥" For update lagi

— SPAM "💗💗" Untuk dukung Septihan

—Spam Galaksi

— Spam Jordan

— Spam Septian

— Spam Bams

— Spam Guntur

— Spam Oji

— Spam Nyong

—————

1. Siapa nama yang paling kamu suka di part ini?

2. Team SeptianJihan ada?

3. Team JordanLala hadir?

4. Team BamsFifi hadir?

5. Team GalaksiKejora ada?

Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana

Baca juga cerita extra Part Septihan & cerita-cerita atau Extra Part Lainnya di KaryaKarsa: PoppiPertiwi

Oji Anuraga Raspati & Febbi Kanaya

Bams Adnyana & Fifi Raveya

Follow Instagram:
POPPIPERTIWI | WRITERPI
POPPIPERTIWISTORY (TIK TOK)
SEPTIANAIDAN
JIHANHALANA

With love, Poppi Pertiwi yang lagi digempur konser konser kpop & thailand

Kita update lagi kapann guyss?❤️❤️

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 270K 46
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
405K 63.3K 24
SERI KETIGA KLANDESTIN UNIVERSE (Klandestin edisi Spesial Ramadan) Season 1 : Asrama Lantai 7 Season 2 : Sapta Harsa Puasa bareng lagi nih sama Kla...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

1.4M 58.6K 56
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
3.3M 154K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...