Forever Mine

By 23gwen

4.7M 208K 10.8K

"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya... More

prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Tolonggg yaaa
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 23

69.5K 3.3K 49
By 23gwen

Mobil Liam telah berhenti tepat didepan Maxwell Company, dua petugas keamanan yang berjaga didepan pintu segera membukakan pintu untuk kami, aku tersenyum dan menggumamkan terima kasih padanya sebelum kemudian berjalan disamping Liam yang tampak sangat bahagia pagi ini, aku melihat dress yang kupakai saat ini, rasanya tidak tepat ketika seorang CEO perusahaan ini mengajakku ke pertokoan dan membelikanku sebuah pakaian, rasanya benar-benar seperti wanita murahan.

"Senang rasanya bisa melihatmu mengenakan pakaian yang kupilihkan untukmu" kata Liam saat kami berjalan ke arah lift, aku melihat beberapa orang juga sedang menunggu didepan lift. Aku berharap dia tidak membicaraan hal ini ketika kami telah berada di ruangan itu, karena hal itu bisa jadi hal yang sangat memalukan, setidaknya untukku.

"Aku akan segera mengirimkan kepada anda biaya untuk gaun ini Mr Maxwell" aku berkata padanya tepat sebelum kami berhenti tepat didepan lift.

"Aku akan sangat tersinggung untuk hal itu Ms Warren" balas Liam sambil mempersilahkanku untuk masuk kedalam lift terlebih dahulu, setelah semua orang berada didalam lift, aku melihat semua orang melihatku dengan pandangan yang aneh, itu tidak mengherankan kerena percakapanku barusan dengan Liam, mereka juga pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa datang bersama atasan mereka ini.

Aku merasakan hangat dipingangku, kemudian aku melirik kesamping dan aku melihat sebelah tangan Liam memeluk pinggangku, astaga apakah dia harus melakukan ini didepan pegawainya, aku yakin mereka pasti akan mengosipkan hal ini, aku menoleh untuk menatapnya sejenak berniat untuk mendapatkan penjelasannya untuk tindakannya ini, tapi dia hanya balas menatapku dengan hangat, aku segera melepaskan tatapan kami sebelum para pegawainya semakin salah paham.

***

Di jam makan diangku aku memutuskan untuk tetap bekerja di ruanganku dengan ditemani kopi kesukaanku, sampai aku dikejutkan ketika asistenku tiba-tiba mengetuk pintu ruanganku kemudian masuk, aku tersenyum kepadanya.

"Maaf mengganggu, tapi Mr Maxwell ingin bicara kepada anda Ms Warren, dia sudah menunggu anda di ruangannya" aku memejamkan mataku mengumpulkan semua sisa kesabaran dalam diriku ketika aku mendengar perkataan Gaby barusan, pria itu benar-benar menyulitkanku, apalagi yang dia inginkan dariku.

"Tentu saja Gaby, aku akan segera menemuinya, dan maaf sudah mengganggu makan siangmu" aku tersenyum padanya sekali lagi lalu beranjak dari ruanganku.

Ketika aku hampir sampai diruangannya, aku melihat seorang wanita cantik yang terlihat berjalan kearah ruangan Liam, dia membuka kacamata hitamnya saat dia sampai dimeja sekertaris Liam, aku melihat wajahnya saat dia memiringkan tubuhnya, dan saat itu juga aku serasa membeku, seeluruh tubuhku tidak bisa digerakkan, dadaku terasa sangat sakit, mataku juga terasa panas, air mataku memaksa untuk keluar, dan akhirnya berhasil keluar, sekali lagi aku mengeluarkan air mataku untuk hal yang sangat tidak berharga. Aku tidak ingat berapa lama aku terdiam disana, tatapanku hanya terpaku pada wanita yang akhirnya memasuki ruangan Liam dengan angkuhnya. Aku mengepalkan telapak tanganku yang masing-masing ada disamping tubuhku hingga buku-buku jariku memutih.

"Ibu..." aku mengucapkan kata itu lagi, dan itu berhasil membuat hatiku hancur untuk kesekian kalinya, aku perlu rasa sakit ini, jika aku ingin melawannya maka aku membutuhkan rasa sakit ini. Dengan tenang aku kembali berjalan kearah ruanganku, aku membuka kotak make-up ku lalu mulai memperbaki riasanku, setelah aku merasa cukup puas, aku kembali keruangan Liam dengan percaya diri, siapapun yang melihatku saat itu tidak akan tahu jika aku menyembunyikan debaran jantung yang semakin cepat ini dalam dadaku, aku benar-benar merasa sangat tertantang saat itu, aku merasa marah, dendam  dan tertarik ingin menunjukkan padanya siapa aku sebenarnya, dan setelah dia melihatku, aku pastikan dia akan menerima penghinaan sama seperti yang telah aku terima darinya, aku kubuat dia hancur lebur dengan semua yang dia miliki.

"Mr Maxwell sudah menungguku" aku berujar pada sekertaris Liam yang lebih terlihat seperti seorang pelacur dengan baju kekurangan bahan yang dia kenakan saat ini.

"Dia sedang bersama ibunya saat ini, kembalilah nanti"

"Aku bilang dia sudah menungguku!" aku berkata lagi, dan dengan ragu dia menghubungi Liam, aku menjaga perasaanku agar aku tidak terbawa dalam semua ini. Aku tidak ingin semuanya kacau, aku juga tidak ingin begitu saja masuk kedalam ruangan Liam, aku harus menunjukkan padanya bahwa aku dihomati disini aku ingin terlihat elegan sekaligus berbahaya didepan wanita itu. Dulu aku seperti malaikat polos yang memohon padanya, sekarang akan kupastikan dia tidak akan melihat yang sama dariku.

"Kau boleh masuk" sekertaris pelacur itu kembali berkata padaku, aku menoleh padanya dengan tatapan tajam.

"Apa aku harus mengatakan padamu bahwa kau seharusnya membukakan pintu untukku nona?, aku tidak menyangka jika Liam Maxwell mempekerjakan pegawai yang tidak berotak sebagai sekertarisnya" aku kembali berkata padanya dan dia terlihat sangat terkejut dengan apa yang kukatakan padanya.

"Jaga kata-katamu!" dia memekik kepadaku, aku langsung berjalan mendekatinya lalu meraih kerah bajunya dan menarikkannya semakin dekat kearahku, aku tidak perduli dengan tatapan pegawai lainnya, akan kutunjukkan pada meeka bahwa mereka tidak bisa bermain-main lagi padaku.

"Kuperingatkan kau, jika kau ingin tetap bekerja disini, lebih baik kau menyadari posisimu dan mulai melakukan pekerjaanmu dengan selayaknya, tapi jika kau ingin menjadi  pelacur maka dengan segala hormat kukatakan padamu bahwa kau berada ditempat yang salah nona, jangan pernah main-main denganku, karena aku sama sekali bukan gadis bodoh dan polos seperti yang kau dan para pegawai lainnya pikirkan tentangku, apa itu cukup jelas untuk kau mengerti?" aku menekan kata-kata tajamku padanya, dan itu berhasil membungkam mulutnya, setelah aku melihat dia mengangguk mengerti aku melepaskan cengkramanku di kerah bajunya dengan sedikit menghempaskannya, alhasil dia terdorong kebelakang. Dia berusaha merapikan pakaiannya lalu segera berjalan untuk membukakan pintu untukku, aku tersenyum padanya seolah tidak terjadi apapun lalu melangkah memasuki ruangan Liam, aku melihat dia sedang berdebat dengan wanita itu, aku sengaja mengetukkan hak sepatuku dilantai saat aku berjalan agar mereka menyadari kehadiranku, dan itu berhasil karena mereka berdua menoleh kepadaku, aku melihat wanita itu terkejut karena kehadiranku, matanya membulat sempurnya, muluutnya sedikit terbuka dan aku juga melihat warna pucat di wajahnya, ya dia sudah menyadari bahwa yang berdiri dihadapannya adalah aku.

"Ow, maafkan jika saya mengganggu anda Mr Maxwell, saya akan kembali lagi nanti" aku berujar dengan wajah sayang menyesal dan hampir saja membalikkan badanku untuk berjalan pergi dari ruangannya.

"Tidak apa-apa Ashley, kemarilah, aku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang" Aku mendengar Liam berkata padaku sambil berjalan kearahku, menahanku untuk tetap disini, dia menyentuh lenganku lembut mengajakku untuk mendekat kearah wanita itu.

"Aku benar-benar tidak ingin mengganggu Mr Maxwell" aku berujar sambil menampakkan raut penyesalan diwajahku.

"Kau tidak mengganggu Ashley" Liam berujar dengan nada sedikit menekan, matanya menyiratkan bahwa dia sedang tidak bermain-main dengan permintaannya. Aku segera saja menyesuaikan diri dengan suasana disekitar kami, aku melihat wanita didepanku ini sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, ekspresinya itu bisa membuatku tersenyum senang dalam hati, ya... aku selangkah lebih maju sekarang.

Liam merangkul pinggangku lalu membawaku kearah wanita itu, kini kami telah berada didepannya.

"Ashley perkenalkan, ini adalah ibuku, Gabriella Maxwell" Liam berujar padaku, seketika senyumku mengembang sambil mengulurkan tanganku lebih dulu padanya.

"Namaku Ashley Warren, senang akhirnya bisa bertemu dengan anda Mrs Maxwell" aku berujar dengan senyuman secerah matahari, tapi dia masih terlihat sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini, mungkin dia pikir ini adalah mimpi.

Dengan gerakan kaku akhirnya dia menjabat tanganku, aku bisa merasakan tangan dinginnya menyentuh telapak tanganku.

"Kurasa ini sudah saatnya kau pergi ibu" suara Liam tiba-tiba terdengar, aku menoleh kearahnya lalu kembali kearah Mrs Maxwell.

"Kurasa sebaiknya aku yang segera pergi dari sini Mr Maxwell" aku segera berbalik untuk keluar dari ruangan terkutuk ini, tapi dengan cepat Liam menarik pinggangku agar kembali padanya, aku mati-matian berusaha menjaga ekspresiku agar tetap terlihat tenang dan terkendali didepan wanita itu, aku tidak boleh sampai kehilangan didepannya.

"Kau tetap disini!, ibuku yang akan segera pergi!" Liam kembali menekan kata-katanya sambil menatap kearah ibunya dengan tatapan tajam dan mengancam.

"Liam, jaga kata-katamu!"

"Kau sudah mengganggu jam makan siangku ibu!"

"Baiklah, aku memang sudah ada janji dengan temanku" wanita itu terlihat salah tingkah, diamenatapku dengan tatapan mengancam, dan aku juga membalasnya dengan tatapan licik, bahkan aku masih sempat melemparkan senyuman sinis kepadanya, hingga akhirnya dia berjalan keluar dari ruangan Liam dengan gerakan angkuhnya.

Setelah dia benar-benar pergi dari ruangan itu aku segera melepaskan pegangan tangan Liam dipinggangku, aku menghadap kearahnya dan segera meminta penjelasan terhadap apa yang baru saja terjadi.

"Aku tidak ingin membicarakannya" Liam berkata sambil kembali duduk di sofa, dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, lalu meremas rambutnya dengan frustasi. Aku tersenyum sinis saat aku melihatnya begitu kacau, ternyata bukan aku satu-satunya darah dagingnya sendiri yang dibuatnya menderita.

"Aku lapar" aku berujar padanya sambil menarik lengannya agar berdiri, dia melihatku dengan tatapan yang sulit kuartikan tapi dia tetap dudk di atas sofanya dan hanya melihatku saja.

"Aku bilang aku lapar, ayo kita makan siang sebelum jam makan siangku habis" aku menarik tangannya sedikit lebih keras dari sebelumnya dan ini berhasil karena dia telah beranjak dari sofanya dan mengikutiku yang masih menarik tangannya, aku tersenyum manis kepadanya dan dia membalas senyumanku dengan senyuman menawannya, kini seluruh pegawainya telah melihat kami, dan hampir semua pegawai wanita disini menatapku dengan tatapan membunuh. Aku membuat posisiku sedikit lebih sulit hari ini, tapi biarlah semuanya terjadi, karena aku baru saja mengumumkan ke semua pegawai yang ada disini bahwa aku  telah memiliki Liam Maxwell disisiku.

***

yaaa, memang sedikit bgt buat chapter ini, tapi gue udah ada buat chapter berikutnya, kalo komentar dan vote buat chapter ini mencapai 250, langsung gue update hari ini juga, oke????.

Continue Reading

You'll Also Like

5.4M 449K 63
"Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PU...
297K 12.2K 32
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
740K 9.7K 31
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.9M 88.5K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞