DOOZY

By Sfiensa

1.6K 612 3K

⚠️ Warning ⚠️ !! Cerita ini mengandung kekerasan fisik !! _____________________________ Arsene Orc atau biasa... More

*PERHATIAN
Prolog
✧◝Cast◜✧
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Orc Visual
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28

Chapter 17

7 2 0
By Sfiensa

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Kerajaan Orc kini dikabarkan tengah terkena sebuah wabah mematikan. Sejumlah warganya tewas akibat serangan wabah tersebut. Sang raja pun memerintahkan warganya untuk mengungsi ke negara tetangga. Namun, sang ratu tidak mau meninggalkan kerajaan sebelum Arsene, putranya, kembali ke negeri ini. Kemudian sepupu dari Arsene berusaha untuk membujuk sang ratu agar mau ikut mengungsi. Sang ratu tetap berpegang teguh untuk menunggu kepulangan Arsene.

"Arsene bukan anak kecil lagi, your majesty!" Kesal raja sembari berdiri di hadapan sang ratu.

"Saya akan tetap menunggunya, walaupun saya harus menunggu dengan keadaan yang mengenaskan!" Bantah sang ratu, kemudian atensinya menatap jendela kamar dengan harapan Arsene akan segera kembali.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar, kemudian sang raja menyuruhnya untuk masuk. Dengan jubah khas kerajaan dan tubuhnya yang kekar serta kulitnya berwarna hijau terang, dia membungkuk untuk menyapa sang raja dan ratu. Atensinya yang menatap keresahan sang ratu kini memberi kode kepada sang raja untuk berbincang di ruangan lain. Sang raja pun terpaksa meninggalkan istrinya sejenak.

Sang sepupu berjongkok, "Semua pasukan telah saya kirim ke dunia manusia untuk melindungi putra mahkota,".

"Bagus. Terus cari mereka dan jangan ada seorang pun yang tahu bahwa putra mahkota telah diseret dengan paksa ke dunia manusia, termasuk sang ratu!" Tegas sang raja. Kemudian pria yang berada di hadapannya hanya mengangguk pelan dan segera keluar dari ruangan ini.

"Arsene, jika saja kamu tidak menerima tanaman itu pasti kamu tidak akan terjebak di dunia manusia saat ini." Gumam sang raja.

Para pengawal mulai menggiring warganya menuju tempat yang telah diberitahukan oleh sang raja. Beberapa penyihir tingkat bawah memimpin jalan untuk melindungi warganya jika ada serangan tiba-tiba. Di sekitar kerajaan, warga yang terkena virus mematikan itu tengah diobati dengan berbagai macam cara, bahkan sihir terkuat pun tidak mampu menyembuhkan mereka yang terjangkit. Sang ajudan mengunjungi kawasan tempat para warga dirawat, dia mengirimkan sebuah surat kepada sang penjaga kawasan agar warga yang terjangkit untuk segera dieksekusi mati.

Sang penjaga kawasan sedikit terkejut setelah membaca surat tersebut. Dia tidak menyangka bahwa raja telah membuat keputusan kejam seperti ini.

"Rahasiakan surat ini dari semua warga, termasuk pasien. Jika ada yang tahu, mereka akan mencoba kabur dari kawasan ini. Kamu tahu sendiri apa hukuman yang akan kamu tanggung jika ada yang kabur?" Tutur sang ajudan. Wajahnya datar namun hatinya merasa iba kepada para pasien yang akan dieksekusi mati karena takut menularkan anggota keluarga kerajaan.

Sang ajudan kembali ke kerajaan dengan menunggangi kereta kuda. Hanya helaan nafas dengan sorot matanya yang tertuju ke luar jendela kereta kuda. Sang ratu berjalan menuruni tangga dengan ditemani beberapa pelayan kerajaan di belakangnya.

"Maaf ratu, apa tidak apa-apa jika kita kabur seperti ini? Jika raja tahu, kita pasti akan terkena hukuman." Resah salah satu pelayan seraya berjalan mengikuti sang ratu.

"Selama ada saya, kalian tidak akan terkena hukuman apapun. Awasi saja, jika ada tanda-tanda raja di sekitar sini, kalian harus saling memberi kode." Tutur sang ratu dengan mimik serius. Para pelayan saling mengangguk.

Ratu memakai penutup kepala dengan dibantu oleh beberapa pelayan. Kemudian, mereka berjalan seperti biasa ke halaman belakang. Ada sebuah kereta kuda di halaman belakang yang telah dipersiapkan oleh ratu. Hanya dua pelayan yang masuk ke dalam kereta kuda dan satunya lagi sebagai kusir. Sang kusir menjalankan kereta kudanya dengan cepat. Selama di perjalanan, ratu membuka sebuah lembar peta dunia manusia.

"Beraninya mereka menyembunyikan putra mahkota di dunia manusia!" Celoteh ratu.

Saat raja dan pangeran keluar dari kamar ratu pagi tadi, diam-diam ratu mengikuti mereka hingga menguping pembicaraan mereka. Ratu begitu terkejut setelah mendengar bahwa anaknya, Arsene, telah dibawa ke dunia manusia oleh seseorang. Kemudian ratu memerintahkan para pelayan untuk mencari tahu siapa yang membawa Arsene ke dunia manusia. Tidak membutuhkan waktu lama, para pelayan kembali ke kamar ratu dan menyerahkan sebuah gulungan kertas.

Kereta kuda yang mereka tunggangi sampai di menara penyihir. Ratu turun dari kereta kuda dengan dibantu oleh dua pelayan. Ditatapnya menara yang begitu tinggi dan terdapat beberapa bunga lavender yang menghiasi tempat ini. Kemudian mereka segera masuk ke dalam untuk mencari ruang rahasia bekas tempat penyihir yang telah lama hilang entah kemana. Ratu berjalan ke lorong menuju bawah tanah. Setelah sampai, mereka menemukan sebuah pintu terkunci yang telah usang dan kotor.

Kemudian sang ratu membuka patung burung hantu yang berada di samping pintu, disitu terdapat dua kunci yang sedikit berkarat. Sang pelayan mencoba kedua kunci tersebut untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka, ratu segera masuk ke dalam untuk mengambil ramuan.

"Bawa semua ramuan itu!" Titah sang ratu. Kemudian dua pelayan itu bergegas memasukan semua ramuan ke dalam kantong kain yang berukuran sedang.

Saat mereka tengah berjalan keluar dari menara ini, tiba-tiba pangeran berkunjung kemari dengan membawa beberapa prajurit kerajaan. Ratu dan dua pelayan segera bersembunyi di balik dinding lorong.

"Segel semua lorong menara ini dan pastikan semua ramuan telah disimpan khusus agar virus tidak bisa masuk ke dalam ramuan." Tutur pangeran.

"Tapi, hanya keluarga kerajaan yang boleh menyentuh ramuan-ramuan itu. Maaf jika perkataan hamba lancang." Tutur sang prajurit sembari berjongkok.

Sang pangeran mendesah pelan, kemudian mereka pergi ke lorong lain untuk mengamankan ramuan-ramuan itu. Dengan kesempatan ini, ratu dan dua pelayannya perlahan berjalan menuju pintu keluar. Mereka berhasil masuk ke dalam kereta kuda dan melanjutkan perjalanannya.

Sang pelayan membuka kantong kain besar yang berisi beberapa ramuan yang telah mereka ambil dari menara sihir. Pelayan lainnya membuka sebuah catatan untuk membantu mereka untuk menemukan ramuan yang dapat merubah wujud mereka menjadi manusia. Mereka saling memilah untuk mencari ramuan yang akan mereka gunakan nantinya di perbatasan alamnya dan alam manusia. Di dalam catatan milik salah satu pelayan, ada beberapa ramuan yang dapat merubah wujud menjadi manusia. Merah, kuning, biru, nila, oranye, hijau, dan ungu.

Dari semua warna tersebut, terdapat beberapa energi manusia jika ramuan tersebut diteteskan di kulit tubuh mereka. Sang pelayan kemudian menyuruh sang ratu untuk memilih salah satu ramuan dari ketujuh ramuan yang telah di letakkan di atas meja dalam kereta kuda. Kemudian, sang ratu memilih warna ungu. Dua pelayan tersebut memilih warna hijau dan dan biru.

Setibanya di perbatasan, sang ratu dan kedua pelayan turun dari kereta kuda.

"Pergilah kamu ke selatan dan berhati-hatilah jangan sampai kamu diketahui oleh raja!" Tutur sang ratu sembari melempar satu kantong berisi koin kepada kusir pelayan yang telah mengantarkan dirinya hingga perbatasan ini. Kusir tersebut pun langsung melenggang pergi.

Ratu kemudian membuka penutup ramuan, lalu meneteskannya ke punggung tangannya. Sontak, tubuhnya mulai berubah. Mulai dari warna kulit, rambut, dan bentuk tubuh. Kedua pelayan terpesona melihat sang ratu berubah wujud menjadi seorang manusia yang sangat cantik.

"Bagaimana? Apakah terlihat aneh?" Tanya sang ratu sembari memutar tubuhnya.

"Tidak, ratu. Anda terlihat sangat cantik, sepertinya anda lebih cocok menjadi manusia daripada menjadi Orc." Tutur salah satu pelayan yang terhipnotis akan kecantikan ratu, tiba-tiba satu pelayannya menyenggol bahunya untuk memberi tanda bahwa dia tidak boleh mengatakan hal tersebut kepada ratu.

"Sekarang giliran kalian yang berubah, saya ingin tahu bagaimana bentuk kalian saat menjadi manusia." Tutur sang ratu sembari menata rambutnya.

Kedua pelayan itu pun saling meneteskan ramuan ke punggung tangan mereka masing-masing. Ratu menatap elemen pembatas alam Orc dengan alam manusia. Dia ragu, dia takut akan datang bahaya setelah dirinya masuk ke alam manusia. Namun ini satu-satunya cara agar dia dapat bertemu kembali dengan Arsene.

*****

Arsene mengikat kedua tangan serta kaki Kaisa di bawah kaki meja. Atensinya menatap tajam para musang yang bersembunyi di belakang tubuh Kaisa. Setelah itu, Arsene keluar dari rumah kecil ini. Ibu panti yang hendak melangkah tiba-tiba dikejutkan oleh Arsene yang hendak masuk ke dalam rumah. Dengan sigap, ibu panti bersembunyi di belakang dinding rumah kecil. Jantungnya berdegup kencang. Arsene menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya, indra penciumannya diaktifkan kembali.

"Ada penyusup rupanya," Batin Arsene yang berpura-pura melangkah masuk ke dalam rumah.

Setelah menatap tubuh Arsene masuk ke dalam rumah, ibu panti kembali menjalankan aksinya. Ibu panti perlahan berjalan di sekitar dinding rumah dengan atensinya mengawasi pergerakan Arsene yang tengah masuk ke dalam rumah. Ibu panti tiba-tiba berjongkok karena Arsene berbalik badan, beruntungnya di depannya ada sebuah semak-semak.

"Bangsa Orc memiliki indra penciuman yang tajam, jika terus bersembunyi belum tentu tidak akan ketahuan. Jika melawan, tubuhku tidak akan mampu melawannya." Batin ibu panti.

Kemudian ibu panti mengeluarkan tongkat sihirnya dan menyihir tubuhnya agar tembus pandang. Setelah itu, ibu panti menyimpan kembali tongkat sihirnya di gulungan rambutnya. Saat ibu panti mencoba berdiri, tiba-tiba sebuah pisau melayang dan hampir mengenai leher ibu panti. Beruntungnya ibu panti segera menghindar.

"Sudah kuduga pasti dia akan cepat tahu jika ada penyusup di rumahnya," Batin ibu panti.

Ibu panti melangkah untuk mencari keberadaan Kaisa. Atensinya menatap Arsene yang terus menatap semak-semak tempat ibu panti bersembunyi tadi.

"Cobalah kamu mencariku! Memangnya setelah kamu kembali ke kerajaan, kamu akan masih sebagai putra mahkota? Kamu masih dungu seperti ibumu, jika saja kamu tidak menerima tanaman bambu dariku kala itu, pasti sekarang kamu sudah menjadi raja." Batin ibu panti seraya menatap lekat Arsene.

Ibu panti menatap luka yang berada di tulang keringnya. Dia teringat saat Arsene kecil meminta untuk diajarkan sihir secara diam-diam. Saat itu, Arsene meminta untuk bertemu dengan ibu panti di halaman samping. Kala itu ibu panti belum sadar saat Arsene kecil tengah menjebaknya.

"Apa kamu bisa mengajariku sihir manipulasi? Aku rasa jika aku memiliki sihir ini, saat perang nanti dan saat keadaanku terpojok aku dapat menggunakan sihir ini dan kerajaan Orc akan dicap sebagai kerajaan yang tidak dapat dikalahkan." Tutur Arsene kecil dengan nada semangat.

"Baiklah, akan saya ajarkan untuk pangeran kecil yang tampan." Tutur ibu panti seraya tersenyum hangat.

Ibu panti kemudian memberikan contoh sebuah mantra sihir dan Arsene kecil mencoba untuk melafalkannya. Arsene mencoba untuk menggerakkan tongkat sihir ke arah kelinci liar dan menyebutkan mantranya.

"Wow! Kelincinya sungguh memakan ulat itu, dia kira itu adalah wortel. Hahaha!" Tutur Arsene seraya tertawa puas.

Tiba-tiba atensi menatap beberapa prajurit yang tengah berjalan diatas jembatan kolam. Arsene mengembalikkan tongkat sihir kepada ibu panti.

"Apa kamu bisa mengarahkan tongkat sihirmu ke arahku?" Tanya Arsene.

"Tidak bisa, aku tidak bisa melakukan hal seperti itu kepada pangeran!" Seru ibu panti dengan nada sedikit gugup.

"Hanya mengarahkan tanpa menyebutkan mantranya, ayolah!" Tutur Arsene dengan nada memaksa dan menarik jubah ibu panti.

Ibu panti tidak mau seseorang mendengar rengekan Arsene kecil, bisa jadi menimbulkan kesalahpahaman. Kemudian ibu panti mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Arsene kecil tanpa mengucapkan mantranya. Tiba-tiba Arsene kecil terjatuh dengan sendirinya dan berteriak kesakitan padahal ibu panti tidak mengucapkan mantranya. Beberapa prajurit yang tengah berjalan di atas jembatan kolam sontak bergegas berlari ke arah Arsene kecil.

"Apa yang kamu lakukan terhadap pangeran?" Pekik salah satu prajurit.

Prajurit lainnya mengarahkan pedangnya ke arah ibu panti. Arsene kecil dibawa masuk oleh pengasuhnya. Kemudian ibu panti dibawah ke dalam ruang tahanan untuk disiksa. Hingga sampai sekarang ibu panti masih merasakan bagaimana sakitnya terkena siksaan walaupun dia tidak bersalah sama sekali.

"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi kembali, Kaisa sama sekali tidak bersalah. Jika kamu berani menyakitinya, aku tidak segan-segan untuk menghilangkanmu dari semesta ini!" Gumam ibu panti seraya menatap Arsene yang tengah masuk ke dalam rumah, kedua tangannya di kepal kuat.

Ibu panti tiba-tiba teringat arah Arsene sebelum masuk ke dalam rumah. Atensi ibu panti menatap sebuah rumah kecil. Kemudian dia berlari menujur rumah tersebut dan mencoba untuk membukakan pintunya.

"Kaisa, apa kamu di dalam?" Bisik ibu panti. Namun tidak ada sahutan dari dalam rumah tersebut.

"Akhh!" Pekik ibu panti setelah seseorang menghunuskan sebuah sihir ke leher ibu panti dan membuat sihir tembus pandangnya menghilang. Ibu panti mencoba untuk membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang melakukan hal ini, namun orang itu lebih dulu membuat ibu panti terjatuh pingsan.

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

500K 34.2K 43
menikah dengan duke Arviant adalah hal yang paling Selena syukuri sepanjang hidupnya, ia bahkan melakukan segala cara demi bisa di lirik oleh Duke Ar...
101K 9.8K 28
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
1M 88.6K 43
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
655K 61K 29
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...