Certain Things《Jaeyong》✔

By acel_kins-

1M 157K 37.7K

[Romance] [M] ❝I'm certain that i'm yours.❞ More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 39
Part 40
Part 41
EXTRA PART

Part 38

8.9K 1.2K 197
By acel_kins-

MALAM harinya Jaehyun kembali ke rumah Ten, tapi kali ini tidak dengan tangan kosong. Hanya saja, waktu yang ia miliki untuk memperbaiki hubungan bersama Taeyong hanya tersisa empat hari lagi, Jaehyun tidak mau membuang kesempatan terus menerus.

Memang awalnya Jaehyun memutuskan untuk pergi, tapi ia berniat kembali di hari yang sama demi membawa beberapa makanan kesukaan Taeyong. Jaehyun ingin menghormati keputusan serta mengerti kemauan Taeyong, ia tahu bahwa lelaki cantik itu enggan melihatnya, namun; Jaehyun juga tidak dapat membiarkan Taeyong semakin menjauh dari kehidupannya.

Di sinilah Jaehyun berdiri sekarang, di depan pintu rumah Ten, tadi Ibu dari temannya Taeyong itu keluar dan menyambutnya setelah tahu bahwa ia memiliki hubungan dengan Taeyong. Tapi Jaehyun memilih untuk tetap di luar, ia tidak mau masuk ke dalam dan membuat Taeyong semakin tidak nyaman.

Senyum Jaehyun mengembang tatkala melihat Taeyong yang kini berjalan menuju ke arahnya, wajah lelaki cantik itu terlihat sedikit kesal.

"Selamat malam, aku merindukanmu, jadi-"

"Apa kau sama sekali tidak mengerti jika aku enggan bertemu atau sekedar melihat wajahmu?" potong Taeyong cepat, ada sedikit rasa nyeri di dalam dada karena mengatakan hal kejam seperti itu pada lelaki di hadapannya, "i told you, get out of my face."

Mendengar itu senyum Jaehyun sedikit luntur, ia memberikan kantung plastik yang sejak tadi ia genggam pada Taeyong. "Aku membawakanmu roti dan ubi manis, ada beberapa cemilan yang kau sukai juga. Oh ini," Jaehyun mengeluarkan syal berwarna cokelat dari kantung tersebut dan memakaikannya di leher Taeyong. "Udara semakin dingin, jangan sampai sakit, aku tidak bisa mengawasimu dari dekat."

Alasan terbesar Taeyong untuk tidak ingin bertemu Jaehyun adalah, ia enggan membiarkan hatinya luluh. Keberadaan kekasihnya itu saja sudah menjadi godaan yang sangat sulit di tolak. Taeyong memundurkan langkah kaki setelah Jaehyun memasang syal di leher, ia tidak mengambil kantung belanjaan yang Jaehyun sodorkan, hanya menatap.

Rasanya Taeyong ingin memeluk lelaki tinggi di hadapannya saat ini, tapi ia tidak memiliki keberanian untuk itu. Taeyong terlalu larut dengan seluruh rasa kecewa yang selama ini ia pendam, egonya melambung tinggi.

Jaehyun berdehem pelan. "Tadi aku bertemu Irene di lift, ia menanyakan keberadaanmu, sepertinya Irene sudah pulang dari bulan madunya," tangannya masih menggantung di udara karena Taeyong belum mengambil kantung belanjaan yang ia sodorkan. "Maaf karena aku muncul ketika kau bahkan tidak ingin melihat wajahku, hanya saja aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja. Aku mau berusaha lebih keras untuk mendapatkan hatimu kembali.

"Apa yang aku ucapkan sebelumnya mungkin terdengar begitu egois di telingamu, aku selalu meminta maaf tanpa berpikir dan aku tidak dapat memahamimu dengan baik. Terima kasih karena sudah menyadarkanku, berkat itu aku dapat berubah sedikit demi sedikit agar dapat memahamimu lebih baik lagi dari sebelumnya."

Taeyong mengalihkan pandangan ke arah lain, berusaha untuk tidak terbawa suasana dan menjatuhkan air matanya. "Kenapa baru sekarang?" ia bergumam, "setelah semuanya cukup berantakan dan hatiku terluka, kau baru berniat untuk memahamiku dengan baik? Lalu bagaimana sebelumnya? Jika aku tidak pergi dari apartemen, apa kau bahkan akan berpikir jauh seperti ini?"

Jaehyun terdiam, dadanya terasa sesak; apa yang keluar dari mulut Taeyong menghantam dirinya begitu keras. Benar, bila semua ini tidak terjadi, apa Jaehyun akan berpikir jauh? Ia menyalahkan dirinya sendiri untuk itu.

Menghirup napas panjang, Jaehyun akhirnya menarik lengannya kembali dan memilih untuk menaruh kantung belanjaan di kursi halaman depan rumah Ten yang terletak di sampingnya.

"Maaf," Jaehyun menunduk. "Maaf karena aku terus meminta maaf."

Taeyong mengigit keras bibir bawahnya. "Lebih baik kau pergi saja, aku tidak membutuhkanmu sekarang."

Lagi, rasa sakit di dalam hati Jaehyun semakin menjadi-jadi. "Apa.. apa mungkin nanti kau akan membutuhkanku lagi?" ia tersenyum getir, "jika waktu itu tiba, di mana kau membutuhkanku, bisakah aku berada di sisimu seperti kemarin?"

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Taeyong, ia enggan mengeluarkan suara, karena jika Taeyong berbicara lagi, ia pasti menangis. Tatapan Jaehyun begitu tulus; membuat tenggorokannya tercekat.

"Besok aku akan kembali lagi, aku tidak mau menyerah dan melepaskanmu begitu saja." Jaehyun menatap lekat ke arah Taeyong yang menyembunyikan wajahnya, "selamat malam, mimpi indah; kuharap aku ada di dalam mimpimu." ia tertawa kecil. "Aku mencintaimu, Lee Taeyong."

Dengan hati yang berdenyut tidak nyaman, Jaehyun beranjak pergi dari sana, meninggalkan Taeyong yang masih menyembunyikan wajahnya; menunduk. Benar, besok Jaehyun akan kembali lagi, ia sudah bertekad dan tekad itu tidak dapat di hancurkan oleh kata-kata.

Setelah punggung Jaehyun menghilang dari jarak pandangnya, air mata Taeyong menetes menuruni pipi, ia menatap kantung belanjaan yang ada di atas kursi. Kenapa Jaehyun harus mengatakan seluruh kalimat yang terdengar begitu manis di telinganya? Apa lelaki Jung itu tidak tahu bila Taeyong sudah hampir luluh dan hampir memeluknya dengan erat jika ia tidak berusaha untuk menahan diri?

Taeyong mengusap air matanya. "Ugh, sial, aku sangat mencintainya hingga rasanya begitu sulit." ia meraih kantung belanjaan yang di bawa oleh Jaehyun dan membawanya masuk ke dalam lalu menutup pintu, "jika ia terus datang, aku tidak tahu apakah bisa menahan perasaanku lebih lama dari ini atau tidak."

***

Ten menatap pantulan dirinya di cermin seraya memasang aksesoris di telinganya, sesekali ia melirik Taeyong yang sedang duduk di atas kasur; melamun.

"Apa kau akan terus seperti itu?" tanya Ten penasaran, ia memasang anting di bagian atas tindik telinganya. "Kenapa tidak putus saja?"

Taeyong mendengus. "Tidak semudah itu."

"Lalu apa yang sebenarnya kau inginkan? Bukankah sekarang ini kau sedang menyiksa dirimu sendiri karena menahan diri untuk tidak berlari ke pelukannya?"

Bibir Taeyong mencebik, apa yang Ten katakan ada benarnya, saat ini ia sedang menyiksa diri sendiri. Lagi pula Taeyong heran, kenapa ia harus memiliki kekasih yang super baik hingga tidak bisa mengabaikan perasaan orang lain?! Jika saja Jaehyun bersikap dingin lalu menjaga jarak dengan Rose, pasti hubungan mereka akan baik-baik saja.

Sialan, Rose, wanita hamil itu. Apa yang saat ini Rose lakukan setelah membuat hubungan Taeyong berantakan?! Apa Rose bahkan memiliki rasa bersalah?! Menyebalkan sekali jika mengingat bagaimana Rose memilih untuk keluar dari apartemen seolah keberadaannya sejak awal bukanlah sebuah kesalahan.

"Memiliki kekasih yang begitu baik dan selalu mendahulukan orang lain ternyata sangat tidak enak ya?" lagi, Ten berbicara seraya merapihkan tatanan rambutnya, "mungkin karena hidupnya sendiri terlalu monoton, ia jadi lebih mementingkan orang lain terlebih dulu."

Taeyong meringis, sekarang Jaehyun sendirian di apartemen, apa yang sedang lelaki itu lakukan? Membaca buku? Jaehyun bukanlah orang yang senang menghabiskan waktu di luar rumah, sangat membosankan.

"Tapi Taeyong," kali ini Ten menoleh, penampilannya sudah sangat rapih. "Hubungan tanpa sebuah masalah akan terasa hambar, masalah yang terjadi bisa menguatkan hubungan itu sendiri bila kedua belah pihak setuju untuk memperbaikinya. Tidak ada kisah cinta mulus di dunia ini, kau tidak tinggal di dunia dongeng happily ever after. Jika memang lelaki tua bangka itu berusaha berubah demi dirimu, kenapa kau masih tetap keras kepala?"

"Memang kenapa?! Aku hanya tidak ingin menjadikannya mudah. Apa yang aku rasakan selama ini begitu menyakitkan hingga dia perlu merasakannya juga!"

Ten mencibir. "Yap, balas dendam memang cocok untuk remaja seperti kita. Apa kau akan puas setelah balas dendam?"

"Hm," Taeyong merebahkan dirinya di atas kasur. "Mungkin?"

Mendengar itu Ten memutar bola mata bosan. "Terserah, lakukan apa yang kau mau, aku tetap mendukungmu apapun yang terjadi, asal jangan terlalu keras dengan hatimu sendiri." ia menatap jam dinding yang tergantung di kamarnya, "aku ada kencan, sampai nanti."

Taeyong menghirup napas panjang. "Ya, sampai nanti." ia menatap langit-langit kamar Ten, membayangkan wajah tampan Jaehyun yang selalu muncul di dalam benaknya.

Huft, entahlah, Taeyong belum mau memaafkan Jaehyun setelah semua yang terjadi. Hatinya masih sedikit terluka karena selama ini Jaehyun selalu mengabaikannya, sekarang; biarkan Taeyong memiliki waktu balas dendamnya terlebih dulu.

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

271K 22.2K 65
Salmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir mempertemukan mereka kembali, padahal Salmira...
148K 1.5K 13
MINOR DNI !! ini boypussy atau gs yaww, so kalau kalian mau cari yang bxb di book sebelah bukan ini. area treasure [trejo] bisa request di kolom kom...
63.2K 5.6K 14
[ RION KENZO MIKAZUKI ] adalah ketua mafia dari Mikazuki AV Rion kenzo Mikazuki mafia Italia, ia terkenal dengan kekejamannya terhadap musuh maupun...
659K 76.7K 60
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...