DOOZY

By Sfiensa

1.6K 612 3K

⚠️ Warning ⚠️ !! Cerita ini mengandung kekerasan fisik !! _____________________________ Arsene Orc atau biasa... More

*PERHATIAN
Prolog
✧◝Cast◜✧
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Orc Visual
Chapter 14
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28

Chapter 15

13 4 2
By Sfiensa

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Kaisa mematikan lampu tidurnya. Sedetik kemudian dia menyalakannya kembali. Lalu dia memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur dan menuju ruang tengah untuk menyalakan televisi. Rasanya kurang jika hanya menonton televisi tanpa cemilan. Kaisa melangkahkan kakinya menuju pantri untuk mengambil beberapa camilan. Setelah itu Kaisa kembali ke ruang tengah. Dia menyetel film 'The Greatest Showman', film kesukaannya.

"Belum tidur juga?"

Valentin berjalan menuruni tangga dan menghampiri Kaisa.

"Aku putuskan untuk tidak tidur lagi, lalu kamu juga belum tidur?"

"Kalau kamu belum tidur, bagaimana aku bisa tidur?"

Valentin duduk di sebelah Kaisa dan mengambil cemilan di hadapannya. Kaisa sedikit kesal karena cemilannya diambil oleh Valentin. Dilihatnya film yang diputar oleh Kaisa.

"Mau berdansa?"

"Tidak minat,"

"Tidak minat lagi? Padahal dulu kamu suka sekali berdansa,"

"Darimana kamu tahu?"

Valentin berdeham, bukan Valentin namun jiwa Teon yang berada di dalam tubuh Valentin. Dia lupa bahwa jiwanya berada di tubuh ini yang bukan tubuhnya. Kemudian dia membenarkan duduknya.

"Teon,"

"Iya?"

Valentin langsung mengalihkan pandangannya. Bagaimana bisa dia ceroboh seperti ini. Dia tidak ingin Kaisa tahu bahwa dia berada di dalam tubuh Valentin. Teon tidak ingin Kaisa menangis seperti dulu karena dirinya harus pergi untuk selamanya dan meninggalkan Kaisa dengan kondisi seperti itu.

Kaisa menatap dalam kedua manik Valentin. Dia memastikan Valentin adalah Teon yang selama ini dia rindukan. Kemudian dia menangkup wajah Valentin untuk memastikan lebih dekat lagi. Karena sekarang dia yakin, apa yang tidak mungkin di dunia ini dengan kemungkinan besar ada. Warna bola mata yang sama dengan Teon membuat Kaisa semakin yakin bahwa Valentin adalah Teon. Lalu Kaisa mengecup sekilas bibir Valentin. Kedua mata Valentin membelalak.

"TEON!! MY FIRST KISS!!" Jiwa Valentin yang tinggal bersama dengan Teon di dalam satu tubuh kesal dengan apa yang telah dilakukan oleh Kaisa.

Dengan polosnya Teon menjawab, "Oh, sorry! I'm not wrong!!".

Kemudian Teon memegang kendali tubuhnya lagi. Dia mendorong pelan tubuh Kaisa agar tidak terlalu dekat dengan tubuhnya. Wajahnya sedikit memerah karena kecupan satu detik itu.

"Eh, eum, maaf. Itu salahku." Kaisa mengalihkan pandangannya ke layar televisi.

"Iya itu salahmu! Seharusnya kamu lebih mengendalikan tubuhmu karena kita cuma berdua di rumah ini!"

Kaisa terdiam. Setelah itu, dia beranjak dari kursi sofa dan berniat pergi ke kamarnya. Namun dia kembali lagi hanya untuk mematikan layar televisi ynag sedari tadi menyala menyaksikan kejadian mereka berdua.

"Udah tengah malam, segeralah tidur!"

Kemudian Kaisa berlari menaiki tangga dan pergi ke kamarnya. Di dalam kamar, Kaisa menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuhnya di selimuti hingga menutupi wajahnya yang memerah karena malu atas apa yang dia lakukan. Kaisa terus bergumam dengan kesalahannya tadi hingga tertidur.

Valentin membuka kamar Kaisa untuk memastikan perempuan tersebut telah tertidur. Setelah itu, dia menutupnya kembali. Jiwa Teon keluar dari tubuh Valentin. Kemudian mereka berjalan menuju ruang bawah tanah yang mana pintunya berada di dalam kamar Valentin.

"Pangeran dari bangsa Orc berulah lagi. Tidak habis pikir, mengapa mereka suka sekali mengganggu bangsa manusia!" Kesal Valentin.

"Sepertinya mereka di bawa ke istana bangsa Orc, bagaimana cara masuk ke bangsa mereka?" Timpal Teon.

"Hanya bangsa Orc atau keturunannya yang dapat membawa manusia ke dalam bangsa itu. Selain itu, tidak bisa!" Valentin menutup buku tebal nan usang itu.

Duca yang berada di atas tempat tidur mini terbangun karena suara Valentin dan Teon. Kemudian dia melompat ke lantai lalu berubah wujudnya menjadi manusia. Duca meregangkan otot-ototnya yang kaku karena terlalu lama tidur. Kemudian maniknya menatap Valentin dan Teon yang tampak gelisah.

"Ada apa?" Tanya Duca seraya mendekati Valentin yang tengah membaca buku yanga terlihat usang.

"Kamu tahu siapa pangeran dari bangsa Orc?" Tanya Teon.

"Arsene, si tukang kebun rumah panti." Balas Duca seraya menarik kursi.

"Aku merasa aneh dengan Kaisa, adikmu. Aura tubuhnya berbeda dengan tubuh manusia pada umumnya. Seperti tubuh bangsa Orc! Aku yakin Kaisa ada hubungannya dengan kedatangan pangeran bangsa Orc ke bangsa manusia. Karena itu, tadi aku tidak memanipulasi pikirannya." Tambah Duca.

"Apa kita coba saja masuk ke bangsa Orc dengan menggunakan adikmu?" Valentin menatap Teon.

"Tapi kalau gagal bagaimana? Karena jika gagal, setengah darah manusia akan hilang secara tiba-tiba. Portal masuk ke bangsa Orc sangat suka mencuri darah manusia yang berusaha masuk ke dunianya." Cemas Teon.

"Pangeran bangsa Orc tidak memiliki kekuatan kembali ke dunianya. Pasti dia menyembunyikan orang-orang tak jauh dari penglihatan kita." Celetuk Duca.

"Bagaimana bisa seorang pangeran yang akan diangkat menjadi raja tidak memiliki kekuatan yang sangat diperlukan seperti itu?" Teon bingung.

"Entahlah. Mungkin saja setengah kekuatannya telah di kunci." Duca memastikan.

*****

Ibu panti berlari dengan hati-hati menuju perpustakaan. Tidak lupa dia menguncinya kembali. Kemudian dia membuka buku catatannya dengan cepat. Lalu dia memanggil seseorang menggunakan sihirnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, orang yang di panggil muncul di belakang ibu panti. Dengan ciri-cirinya dia seperti seorang pria berkulit putih nan tinggi, sayangnya wajahnya tertutup kain hitam. Sontak, ibu panti langsung menghadap ke belakang.

"Kamu yang menculik para manusia itu? Tolong katakan yang jujur! Mereka tidak bersalah sama sekali!" Pekik ibu panti.

Pria tersebut hanya tertawa seringai, "Kamu berpikir terlalu jauh! Meskipun aku dari ras itu, aku tidak mungkin menculik manusia sebanyak itu.".

"Lalu siapa yang menculik mereka? Karena hanya ada kita berdua yang masuk ke dalam bangsa manusia!"

"Aku dengar, pangeran tiba-tiba masuk ke dalam bangsa manusia. Padahal pangeran masih berada dalam tahap pemulihan kekuatannya, sepertinya ada yang menarik pangeran ke bangsa manusia."

"Pangeran ke bangsa manusia? Sejak kapan?"

"Dari bau tubuhnya, sekitar beberapa bulan yang lalu."

"Jika pangeran tahu keberadaan kita, habislah kita! Lagipula siapa suruh kamu menculikku hingga ke bangsa manusia!?"

"Harusnya kamu berterima kasih padaku! Kalau saja waktu itu aku tidak menculikmu, kamu pasti sudah dihukum mati! Aku tahu sebenarnya itu bukan kesalahanmu."

"Jika sudah tahu, kenapa waktu itu kamu tidak membelaku?!"

"Membela tanpa bukti tidak ada gunanya, layaknya bumi tanpa matahari."

Ibu panti hanya terdiam sembari menutupi rasa kesalnya. Helaan nafasnya terdengar pilu. Teringat betapa sakitnya mereka saling mencela dirinya yang tidak tahu apa-apa. Terlebih hidup ibu panti hanya sebatang kara, kedua orangtuanya tewas saat perang kala itu dan adiknya meninggal karena sakit sejak empat tahun yang lalu. Yang membuat perasaannya hancur kala adiknya meninggal, kekasihnya datang menghampiri dirinya sembari membawa wanita lain dengan perut yang sedikit membesar.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku tidak ingin kehilangan anak-anak itu."

"Jalan satu-satunya adalah mencari pangeran, karena aku yakin dia dalang dibalik ini semua."

Pria tersebut menghilang bersamaan dengan dentingan jam yang menunjukkan pukul tiga pagi. Ibu panti frustasi, bagaimana bisa dia mencari pangeran kalau dia tidak pernah tahu wujud pangeran saat menjadi mamusia.

Duca duduk di depan pintu kamar Kaisa sembari membaca buku. Dibaliknya halaman buku dan disuguhi dengan kalimat-kalimat aneh yang sama sekali dia tidak pahami. Duca tetap membaca walaupun tidak mengerti apa artinya. Maniknya tidak sengaja menatap liontin yang menggantung di lehernya, liontin yang sama dengan milik Kaysen. Teringat dulu saat dia pertama kali bertemu dengan Kaysen di tepi sungai saat Kaysen hampir tenggelam dan dia yang menyelamatkannya walaupun tubuhnya penuh dengan luka. Karena kejadian itu, Kaysen mengadopsi Duca yang notabenenya adalah seekor kucing jantan sebagai bentuk balas budi.

"Ngapain kamu disitu pagi-pagi begini?" Celetuk Kaisa seraya menguap.

Duca langsung menutup bukunya dan menoleh ke belakang.

"Baca buku," Duca memamerkan bukunya kepada Kaisa.

"Baca buku itu pagi atau malam hari bukan dini hari seperti ini!" Kaisa hanya menggelengkan kepalanya pelan sembari berjalan. Duca berdiri dan mengikuti Kaisa.

"Kamu mau kemana pagi-pagi begini?" Tanya Duca seraya menuruni tangga.

"Aku mau latihan memanah di halaman rumah kak Kaysen, mau ikutan juga?"

"Kalau kamu memperbolehkannya,"

"Boleh aja sih kamu ikut, tapi kalau kak Valentin udah bangun."

"Mana bisa begitu! Jalanan masih gelap, kalau di tengah jalan kamu diculik sama monster itu gimana?"

"Baguslah! Jadi aku lebih mudah untuk menyelamatkan mereka."

Kaisa membuka kunci pintu menuju garasi rumah Valentin dengan pelan agar Valentin tidak mendengarnya. Setelah itu, Kaisa mengambil sepeda yang berada di samping mobil Valentin.

"Jalanan masih gelap, Kaisa!" Rengek Duca.

"Sepedanya cuma satu, Duca!" Kaisa menirukan nada suara Duca.

"Mau kemana kalian?!" Celetuk Valentin yang tiba-tiba sudah berada di belakang mereka dengan berpakaian masih menggunakan baju tidur.

Kaisa dan Duca hanya terdiam.

Kini mereka berdua tengah berdiri di depan Valentin di ruang tamu. Pertanyaan yang di lontarkan oleh Valentin belum dijawab oleh mereka. Valentin kini layaknya seorang ayah yang tengah memergoki kedua anaknya kabur. Sesekali Duca dan Kaisa saling bertatapan untuk memberi isyarat untuk menjawab pertanyaan Valentin.

"Kaisa, kamu masih ingat kan apa yang kamu katakan saat di tengah hutan kemarin?" Tanya Valentin seraya menyeruput teh hijau.

Kala itu di tengah hutan.

"Lepaskan tanganku!"

"Nggak, Kaisa! Sekarang ikut kakak pulang!"

"Kaisa, kamu ingin membiarkan teman-temanmu hilang begitu saja? Mereka yang selalu mendukung dan membantumu selama ini. Saya tidak memaksa kamu untuk kembali, namun kamu pergi begitu saja tanpa mengucapkan selamat tinggal kepada mereka?"

Kaisa terdiam, perkataan ibu panti benar kenapa dia harus pergi tanpa berpamitan.

"Kakak nggak mau kamu terluka lagi seperti dulu dan kakak nggak mau kamu terlibat dalam sesuatu yang buruk. Kamu ingin tahu bukan tentang kecelakaan yang menewaskan Teon? Pelakunya sebenarnya kamu tahu selama ini. Tolong Kaisa, kakak nggak mau kehilangan kamu! Coba pikirkan, jika kejadian itu terulang kembali dan korban selanjutnya adalah kakak, apa kamu mau kakak pergi selamanya?"

Kini Kaisa tidak bisa menjawab. Dia bingung dihadapkan dengan dua pernyataan yang tidak bisa dia pilih. Sejujurnya, Kaisa tidak ingin kehilangan teman-temannya, namun dia juga tidak bisa kehilangan kakak yang selama ini dia sayangi.

"Bukankah seharusnya kalian memikirkan cara untuk mereka kembali, bukan malah menyudutkan Kaisa seperti ini!" Celetuk Valentin yang datang tiba-tiba.

Saat Kaisa menatap Valentin, tiba-tiba saja dia dapat melihat memori saat kecelakaan waktu itu. Namun memorinya berjalan mundur dan lenyap begitu saja. Bahkan Kaisa melihat warna bola mata Valentin sama dengan warna bola mata Teon.

"Jika hal yang mustahil sungguh terjadi, apa aku sungguh bisa melihat Teon untuk yang terakhir kalinya?" Batin Kaisa.

"Jadi kamu lebih memilih tinggal bersama nona Linn atau dengan kakak?" Tanya Kaysen serius.

Kedua manik Kaisa menatap ibu panti dan Kaysen bergantian. Jika dia tinggal dengan Kaysen, dia tidak akan bisa keluar rumah. Sedangkan jika tinggal bersama ibu panti, Kaisa takut jika ibu panti adalah seorang penyihir. Kaisa bingung harus tinggal bersama siapa dan dapat membuat dirinya aman. Maniknya tidak sengaja menatap Valentin yang tengah menatap dirinya.

"Aku tinggal dengan kak Valentin, daripada harus dengan tinggal dengan kalian yang terus membahas monster!"

Kaysen mendecak kesal, "Kakak izinkan kamu tinggal dengan Valentin dengan satu syarat, kamu tidak boleh keluar rumah tanpa izin dari Valentin!".

"Iya, kakak cerewet!"

Kini Kaisa telah teringat kembali apa yang dia katakan saat di tengah hutan kala itu.

"K-kaisa cuma mau sepedaan di halaman rumah kok," Bohong Kaisa.

Kemudian Valentin menatap Duca.

"Aku cuma mau temenin dia aja biar aman," Duca menunjuk Kaisa.

Valentin menatap curiga pada Kaisa dan Duca, "Sekarang masih dini hari, umumnya manusia bersepeda pada pukul setengah enam pagi. Apa yang kalian berdua sembunyikan?".

"Oke sebut saja aku kalah. Aku mau latihan memanah di halaman rumah kak Kaysen." Kaisa mengangkat tangan kanannya.

"Jika tujuanmu ingin latihan memanah di rumah Kaysen, lalu untuk apa kamu menginap dirumahku?"

"Iya... kamu bilang waktu itu pintu terbuka lebar untukku, jadi aku cuma mau masakanmu aja, nggak boleh?"

"Aku kira kamu tidak berselera makan," Valentin bangkit dari kursi sofa.

"Iya memang," Gumam Kaisa tanpa di dengar oleh Valentin.

Fajar telah tiba. Kaysen menikmati udara pagi dengan secangkir teh hijau seraya berkutat dengan laptop. Dia memeriksa peningkatan penjualan jagung serta gandum yang dia jual kepada pihak luar melalui perantara. Karena berita itu Kaysen masih belum bisa keluar. Jika dia yang menjualnya langsung, bisa-bisa sang pembeli langsung mengusir Kaysen. Namun Kaysen tidak tinggal diam, dai terus mengumpulkan bukti untuk menyerang Moona dan Lazarus suatu saat nanti. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Dilihatnya pesan dari Lydia.

"Lydia, kamu pikir dengan masuknya kamu di perusahaan itu kamu bisa merendahkanku? Jangan mimpi!" Seringai Kaysen.

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 88.2K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
500K 34.2K 43
menikah dengan duke Arviant adalah hal yang paling Selena syukuri sepanjang hidupnya, ia bahkan melakukan segala cara demi bisa di lirik oleh Duke Ar...
185K 16.5K 18
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
168K 10.8K 21
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...