Mirélen [END]

By ekapdw

410K 47.6K 7.1K

Kisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah... More

Prolog
1. Hate to love
2. Aldenra's
3. Badness
4. Masterpiece
5. Mirele's Heroes
6. Still wrong
7. Are you okay?
8. Mirele's world
9. Fams
10. What's wrong with you?
11. Be my?
12. February 14th
13. W/him
14. Punishment
15. Mirele and Galen
16. Mad.
17. Sorry, Mawar.
18. Fighting!
19. W/Fazan
20. El
21. Foxy
22. My way
23. Bye, Aura.
24. Useless
25. Remaining
26. Period
27. Why?
28. Wound
29. Different
30. Date
31. Heros
32. ill
33. Bara
34. The winner
35. Mansion
36. Peace
37. Aura's back
38. She's not fine
39. Thankyou, pak.
40. She's trouble
41. Bit love?
42. Fearfull
43. Mirele's garden
44.
45. Punished
46. Hospital
47. Hope
48. Lonely
49. Rose
50. Beautiful soul

Epilog

8.6K 609 110
By ekapdw

E P I L O G

16 March 2018. Rome, Italy.
Jcslinna Hospital.


“Akh!” Seorang wanita meringis ngilu kala merasakan sakit yang teramat sangat pada perut besarnya. Tangannya bergerak memegang perut buncitnya, sementara tangan yang satunya spontan bertumpu pada tembok untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.

“Biar saya bantu nyonya,” Wanita itu mengangguk, dia didudukan di sebuah kursi roda oleh gadis muda yang juga mengenakan baju pasien yang sama sepertinya. Wanita hamil itu mendongak, memandang wajah gadis muda yang membantunya itu.

“Apa masih sakit?” Tanya Mirele setelah memastikan bahwa wanita hamil itu duduk dengan benar di kursi roda miliknya.

Wanita hamil itu menggeleng, “Sudah baikan. Terimakasih,” Katanya mengucap terimakasih menggunakan bahasa Indonesia. Mirele menerjit kemudian.

“Nyonya orang Indonesia?” Tanya Mirele yang mendapat anggukan dari wanita hamil itu.

“Panggil saya Kintan. Atau jika boleh panggil Kak saja, jangan nyonya. Saya masih 25 tahun.” Katanya tersenyum ramah. Mirele mengangguk,

“Aku Mirele Kak.”

“Ruangan Kak Kintan dimana? Aku antar, mau?”

Kintan menggeleng, menahan tangan Mirele yang hendak mendorong kursi rodanya. “Enggak usah Mirele, kakak tadi ingin jalan-jalan karena lelah rebahan. Dimasa-masa menjelang lahiran dianjurkan untuk tidak terlalu sering hanya tiduran. Jadi kakak mau jalan-jalan dulu tadinya, eh ga tau kenapa dede bayinya nendang sampai sakit,” Kintan tertawa, Mirele dibuat ikut tertawa mendengar ujaran Kintan.

“Kalau gitu gimana kalau ke taman depan? Aku tadi juga mau kesana Kak,”

Kintan mengangguk, “Boleh. Tapi kakak gapapa kok gak usah duduk di kursi roda. Biar kamu—”

“Enggak usah Kak. Aku gapapa kok, kakak aja yang duduk, aku dorongin,”

“Tapi serius kamu ga papa?” Tanya Kintan khawatir.

“Gapapa Kak, ayo.” Mirele mulai mendorong kursi roda itu menuju ke taman rumah sakit.

Setibanya mereka berdua disana, Mirele mendudukan dirinya di kursi taman, sementara Kintan kini bangun dari kursi rodanya, beranjak duduk di sebelah Mirele.

“Prediksi lahirnya tanggal berapa, Kak?” Tanya Mirele yang melihat perut Kintan sudah sangat besar.

“Dua hari lagi, tanggal 18 Maret kata dokter,” Jawab Kintan seraya mengelus lembut perut besarnya.

“Wah, kayanya aku sama dede bayi bakalan Ulang tahun barengan nih,” Ujar Mirele terlihat gemas, “Boleh aku pegang perut kakak sebentar?”

Mendengar itu tanpa ragu Kintan mengangguk, “Boleh banget, dari tadi dede bayi nendang terus. Pasti seneng mamanya ditolongin cewek cantik,”

Mirele tertawa kecil, tangannya terulur mengelus perut besar Kintan yang tertutup baju pasien. “Aku tebak pasti dede bayinya cewek,” Ujar Mirele.

“Wah, tebakan kamu bener banget. Dede bayinya emang cewek,”

“Kak Kintan udah lama tinggal di Italy?” Tanya Mirele.

Kintan menggeleng, “Kakak sama suami enggak tinggal menetap disini. Cuma dari dulu itu kakak kepengen banget buat lahiran di negara ini. Karena Italia itu tempat kakak pertama kali ketemu sama suami kakak.”

“Suami kakak orang Italia?”

Kintan lagi-lagi menggeleng, “Bukan. Suami kakak orang bandung, tapi kerja disini. Kakak waktu itu lagi study disini, ketemulah sama suami kakak, terus akhirnya nikah. Pas hamil, kakak udah kekeuh banget kalau mau lahiran disini. Tapi pas udah satu tahun umur anak kakak, kami rencananya mau pulang ke Indonesia lagi.”

Mirele tersenyum mendengarnya, “Semoga lahirannya lancar ya Kak,”

“Amin, terimakasih banyak ya.” Jawab Kintan. “Kamu sendiri, udah lama dirawat disini?”

“Baru sehari kak.”

“Kalau kakak boleh tau, Mirele sakit apa?” Kintan bertanya hati-hati.

“Kanker paru-paru Kak,”

Mendengar jawaban Mirele, raut Kintan langsung berubah. Kintan sontak menatap lurus ke arah Mirele. Dia tertegun mendengarnya. Kintan bahkan baru sadar jika sejak tadi Mirele memakai penutup kepala berupa topi beanie.

“Sudah berapa lama?”

“Setahun lebih mungkin Kak, saat itu aku masih SMP.”

Mirele dibuat terkejut dengan Kintan yang tiba-tiba memeluknya. Beberapa saat Kintan hanya diam sambil memeluk Mirele, sebelum akhirnya dia mengurai pelukan itu. “Kakak gak tau harus ngomong apa. Yang cuma bisa kakak lakuin doa dan support kamu biar cepat sembuh ya, Mirele.”

“Terimakasih, kak.”

Kintan mengelus kembali perut besarnya yang kembali merasakan keram.

“Kak Kintan, gapapa?”

Kintan menggeleng, “Kalau kakak izin pake nama kamu buat nama calon anak kakak, kamu keberatan?”

“Nama Mirele?”

Kintan mengangguk, “Nama kamu ada unsur italia-nya, nama yang cantik, kakak berharap calon anak kakak kelak bisa secantik, sebaik, dan setengar kamu.” Kintan mengelus perutnya kembali, seperti tengah mengirimkan doa-doa baik kepada calon buah hatinya.

“Aku seneng kalau memang kakak mau kasih nama yang sama untuk dede bayinya.” Ujar Mirele.

Kintan tersenyum, “Nama panjang kamu siapa?”

“Mirele Lucrezia, mungkin lebih tepatnya Aydhia Mirele Lucrezia. Kakek dan Mami yang kasih nama itu,”

“Indahnya. Nanti pas kakak lahiran, kita rayain birthday kamu dan baby sama-sama ya,” Kata Kintan yang diangguki Mirele.

***

18 March 2022.
Jakarta, Indonesia.

Laki-laki itu turun dari mobilnya dengan sebucket bunga Mawar putih yang dibawanya. Galen melepas kacamata hitamnya, berjongkok didepan pusara bertuliskan nama orang yang masih begitu berperan besar di dalam hatinya hingga detik ini.

Diletakkannya bucket bunga berisi 18 tangkai Mawar putih di atas pusara itu. Galen mengulurkan tangannya mengelus Nisan bertuliskan Aydhia Mirele Lucrezia itu. Matanya mulai menutup, mengirimkan doa untuk gadis cantik yang hari ini tepat empat tahun meninggalkannya.

“Selamat ulang tahun,” Ucap Galen setelahnya. Laki-laki itu mengamati dalam-dalam Nisan yang terukir indah itu. “Gue gak pernah bosen kalau harus bilang rindu sama lo. Karena nyatanya, gue emang serindu itu sama lo.”

Galen menunduk, tidak. Dirinya benar-benar tidak bisa jika harus berhadapan dengan situasi seperti sekarang ini. Galen akan lemah jika mengunjungi peristirahatan Mirele. “Semua orang hampa tanpa lo, El. Papi lo sakit, tapi untungnya Tante Jovi sama Mawar gak pernah ngeluh ngewarat papi lo selama ini. Tante Arina selalu nangis setiap ketemu gue, dia paling kehilangan lo, El.”

“Gibran sama Ralin udah kuliah, mereka beda universitas. Gibran sekarang lebih dingin sikapnya, Ralin juga pendiem. Trus temen-temen gue juga rindu sama lo, apalagi Fazan.”

“Edo udah masuk SMA El, dia udah tinggi, anak-anak yang lain juga, mereka semuanya pinter-pinter. Mereka gak pernah absen setiap tahunnya bikin acara Amal atas nama lo.”

“Bara, temen lo itu selalu ngunjungin lo kesini. Pasti dia banyak curhat sama lo. Setelah kehilangan Heros, dia juga kehilangan lo.”

“Pak Yudhatama sekarang tinggal di Italia, El. Lo gak perlu khawatir, pak Yudhatama udah gak kerja berat lagi, dia udah pensiun. Akhirnya dia bisa nerima Mawar dengan baik sesuai apa yang lo harapkan.”

Galen memasang kembali kacamata hitamnya, sebelum berdiri, Galen mengelus untuk yang terakhir kalinya Nisan Mirele lagi. Setelah itu dia beranjak berdiri, membawa langkahnya untuk meninggalkan area pemakaman itu.

Galen berjalan hati-hati, sampai dimana tiba-tiba kakinya ditabrak oleh tubuh kecil seseorang. Galen spontan membantu gadis kecil itu berdiri. Galen berjongkok, memeriksa keadaan gadis kecil berambut hitam panjang itu. “Kamu gapapa?” Tanya Galen.

Gadis kecil itu memungut tangkai mawar merah miliknya yang terjatuh akibat menabrak Galen. Setelah itu si gadis kecil mendongak, memperhatikan wajah Galen. “Ga apa-apa.”

Galen masih memperhatikan wajah gadis itu. Poni gadis kecil itu tersingkap, memperhatikan ada luka gores disana. Tapi bukan itu yang membuat Galen lebih terpaku. Melainkan wajah dan raut gadis itu yang membuatnya dejavu entah kenapa.

“Tangkai mawarnya patah,” Sesal gadis itu mencoba membuat tangkai bunga mawarnya sempurna kembali.

“Bunganya tetap indah kok walau tangkainya patah,” Ucap Galen. Galen tersenyum, mengambil alih setangkai bunga mawar yang dibawa oleh gadis kecil itu.

“Yang terpenting itu bunganya, tangkainya ada duri, nanti sakit kalau kena tangan kamu. Jadinya mending gini aja,” Galen memberikan kembali bunga mawar milik gadis kecil itu yang sudah dipatahkan bagian bawah tangkainya oleh Galen. Menyisahkan hanya setengah tangkai saja.

“Iya juga ya.” Gadis itu menerima bunga mawarnya dengan senang hati. “Terimakasih ya kakak,”

“Sama-sama.” Galen mengelus puncak kepala gadis itu sebelum akhirnya si gadis kecil berjalan kembali menjauh darinya.

Galen kembali berdiri, hendak melangkah ke arah mobilnya lagi sebelum suara teriakan seseorang membuatnya menghentikan langkah.

“Mirele! Hati-hati sayang, tungguin mama, jangan sendirian kesana.”

“Mirele?” Galen berbalik, matanya kini berhenti di satu objek. Dimana gadis kecil tadi tengah berjongkok di dekat pusara Mirele dan meletakkan bunga mawarnya di atas pusara itu.

“Berapa kali mama bilang jangan bandel.”

Gadis kecil itu melirik mamanya. “Maafin Mirele mama, soalnya Mirele udah kangen sama kakak El.”

Galen terpaku di tempat.

Mirele Hanashita, 18 March 2018

Next, tungguin extra chapterya yaaa!!

Continue Reading

You'll Also Like

KESIE ✔ By El

Teen Fiction

156K 5.8K 61
[SEGERA TERBIT] Pacaran dengan cowok ganteng, anak pemilik sekolah dan diidolakan banyak perempuan, sampai - sampai menjadi rebutan karena keganteng...
198K 18.6K 74
(Completed) "Kenapa sih lo suka banget bikin gue nangis?!" "Karena itu hobi gue, Key.." "Gila lo ya, bangke!" "Abisnya lo manis kalo lagi nangis, gue...
30.2K 837 1
[SELESAI] Namanya Khureen Nattasha. Semua orang memanggilnya Orin. Hanya Alan yang memanggilnya Tasha. Tasha adalah pacar Alan sewaktu SMA, dan karen...
43.8K 4K 43
[SELESAI REVISI✓] cover by @Ttmdesaignart [SPIN OFF SATU TIKET PULANG] Seharusnya seorang Tari Ashallegra, gadis biasa-biasa saja, kudet, punya sikap...