DOOZY

By Sfiensa

1.6K 612 3K

⚠️ Warning ⚠️ !! Cerita ini mengandung kekerasan fisik !! _____________________________ Arsene Orc atau biasa... More

*PERHATIAN
Prolog
✧◝Cast◜✧
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Orc Visual
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28

Chapter 13

9 4 0
By Sfiensa

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment


________

Hujan turun begitu deras disertai petir yang memekikkan telinga. Hari ini hari minggu waktunya orang-orang untuk berelaksasi. Karena terhambat hujan yang disertai petir, semua listrik di padamkan. Para penghuni rumah panti kini tengah sarapan bersama dengan beberapa lilin di sekitarnya. Ibu panti selalu mengeluarkan mimik tegas yang membuat semua anak panti tertunduk takut. Bunyi petir yang muncul secara tiba-tiba membuat situasi semakin tegang.

"Tetap fokus pada sarapan kalian!" Seru ibu panti.

Tiba-tiba terjadi gempa yang tidak terlalu kuat. Semua anak panti saling menatap ibu panti karena acara sarapan mereka belum selesai. Ibu panti menghela nafas kesal. Satu menit kemudian, gempa berakhir.

"Jika sarapan kalian sudah selesai, kumpul di ruang tengah segera!" Titah ibu panti seraya menaruh sendok dan garpunya. Kemudian dia beranjak dari kursi dan melangkah menuju ruang perpustakaan.

Halena yang sekarang menjabat sebagai ketua panti untuk menggantikan Lydia yang sudah di adopsi, membuka suara untuk menghilangkan kekhawatiran para anak panti dengan berdiri.

"Karena di luar masih hujan dan listrik belum menyala, kita habiskan saja dulu sarapan kita. Ibu panti sangat mentolerir menghabiskan makanan tanpa tersisa sedikitpun." Tutur Halena dengan lantang.

"Baik," Seru semua anak panti bersamaan.

Halena duduk kembali dan melanjutkan sarapannya dan diikuti oleh lainnya. Ibu panti berjalan menuju rak-rak buku. Beberapa buku ditata semua kelompoknya. Dia berhenti di depan rak dan mengambil sebuah buku berjudul 'Innocent people just die'. Kemudian ibu panti duduk di kursi ruang baca. Dia membuka buku catatannya lalu membuka buku tersebut. Tangannya bergerak menulis hal-hal yang terdapat pada buku tersebut. Setelah selesai, ibu panti mengembalikan buku tersebut ke tempat asalnya.

Semua anak panti telah berkumpul di ruang tengah. Halena, Aubree, dan Laurels berdiri di belakang Kaisa. Atensi mereka tertuju pada ibu panti yang tengah menuruni tangga.

"Bree, kamu merasa ibu panti seperti penyihir yang ada di film-film, kan?" Tanya Laurels kepada Aubree.

"Baru aja aku mau bilang gitu. Eh, jangan-jangan ibu panti beneran penyihir yang sedang menyamar menjadi manusia?" Balas Aubree.

"Tapi hidung ibu panti tidak sepanjang dan seruncing seperti penyihir, lalu dagunya juga tidak terlalu runcing. Hanya saja, telinganya agak sedikit runcing." Bisik Laurels.

"Kalau pun benar dia seorang penyihir, semoga saja dia penyihir baik." Bisik Aubree.

Ibu panti tiba di ruang tengah. Kemudian dia duduk di salah satu kursi khusus untuknya.

"Perhatian semuanya! Mulai saat ini, sistem edukasi kalian akan saya rubah. Kalian tidak perlu lagi belajar teori-teori manusia, kalian hanya akan belajar fisik setiap harinya. Setelah kalian mahir, saya akan mengirim kalian ke luar negeri untuk mengasah kembali kemampuan kalian." Tutur ibu panti dengan tegas.

"Jika ada yang keberatan dengan peraturan baru ini, kalian boleh angkat kaki dari rumah ini." Tambah ibu panti.

Semua anak panti hanya terdiam dan saling melirik satu sama lain.

"Memangnya ada apa sehingga peraturannya tiba-tiba berubah?" Tanya Kaisa hati-hati.

Ibu panti menatap lekat Kaisa,"Hanya untuk berjaga-jaga. Jika saja terjadi sesuatu yang besar, kalian akan siap menghadapinya. Kalian harus hidup dengan penuh keberanian dan siap bertarung dengan hal besar, bukan hidup dalam ketakutan dan lebih memilih mati begitu saja.".

Kaysen tengah menikmati teh hijau hangat di ruang tengah. Maniknya sesekali menatap para petani ladang yang tengah membajak ladang melalui jendela. Matahari yang mulai naik menyinari tanaman-tanamannya. Ponsel Kaysen berdering, kemudian dia segera mengangkatnya.

"Bagaimana?"

"Ketiga manusia itu kini tidak bisa masuk ke rumah panti. Banyak pepohonan yang roboh akibat hujan, sehingga mereka sulit untuk masuk."

"Nice. Kamu boleh pulang sekarang, Duca."

Percakapan berakhir. Kaysen menyeringai dan kembali menyeruput teh hijau. Setelah itu, dia beranjak dari kursi sofa dan berjalan menaiki tangga menuju ruang rahasia yang berada di lantai paling atas. Duca sampai di rumah Kaysen dengan wujud seekor kucing. Dia hanya berubah menjadi manusia saat malam hari tiba serta tidak ada seorang pun disini kecuali Kaysen.

Duca melakukan teleportasi dan sampai di lantai paling atas. Dia berdiri di hadapan pintu besar berwarna coklat gelap serta dengan beberapa pahatan ukiran. Kemudian dia mengetuk pintu tersebut dengan tangan mungilnya, setelahnya dia bersiul. Otomatis, pintu tersebut terbuka lebar. Ruangan yang sangat gelap bahkan Duca sangat hati-hati saat masuk. Pintu besar itu tertutup kembali dengan rapat. Maniknya menatap sebuah cahaya. Kaysen menyalakan sebuah lilin yang berada di dinding.

Lilin yang begitu besar mampu menerangi seluruh ruangan ini. Kemudian Kaysen duduk di kursi kebesarannya. Duca menghadap Kaysen.

"Kamu sudah membawa mereka ke luar negeri?" Tanya Kaysen.

Duca berubah menjadi manusia.

"Mereka kini tengah berada di dalam pesawat dan tengah menuju ke negara yang anda perintahkan." Balas Duca seraya duduk di bangku piano. Dia melemaskan jari-jemarinya sebelum memainkan piano.

"Kamu sungguh ingin menjatuhkan mereka? Aku rasa, kamu sangat mengatur mereka. Ingat, Lydia adalah keturunan bangsa iblis yang merupakan musuh dari bangsa kami. Aku tidak ingin terlibat lebih jauh dari bangsa-bangsa itu. Karena jika aku mati, kamu akan mati juga." Tambah Duca sembari menekan beberapa tuts piano.

"Bangsa iblis? Bagaimana bisa seorang manusia memiliki darah iblis?" Tanya Kaysen mengernyit.

"Saat aku mencari latar belakangnya, ibunya pernah diculik oleh bangsa iblis saat sedang mendaki gunung bersama kekasihnya. Kemudian ibunya dipersunting oleh raja iblis secara paksa. Karena raja iblis mengancam akan membunuh seluruh keluarganya jika dia tidak mau dipersunting. Melalui pernikahan itu, dia melahirkan Lydia dan kemudian dia dibunuh oleh raja iblis." Balas Duca sembari memainkan barang-barang yang ada di ruangan ini.

"Sekejam itu bangsa iblis. Lalu bagaimana Lydia turun ke bumi dan berada di panti asuhan?" Tanya Kaysen seraya menengguk teh hijaunya.

"Dia raja iblis dunia kegelapan, mereka sangat kejam. Saat aku gali lebih dalam, yang membantu persalinannya adalah seorang penyihir dari bangsa Orc. Setelah penyihir tersebut mengetahui hal tersebut, kemudian dia menculik Lydia. Kalau dia berada di panti asuhan, aku belum tahu siapa yang membawa dia ke tempat itu." Balas Duca.

Tiba-tiba Kaysen membulatkan matanya,"Jangan bilang ibu panti adalah penyihir itu?". Duca hanya mengedikkan bahunya. Kaysen memijit pangkal hidungnya.

"Kalau pun benar, itu berarti seluruh anak panti berada dalam kendalinya. Karena aku dengar salah satu penyihir serta satu prajurit hilang secara tiba-tiba dari bangsa Orc." Duca duduk di pinggiran meja.

"Ssshh, kalau mereka sudah berurusan dengan manusia pasti masalahnya akan menjadi rumit." Gumam Duca.

*****

Semua anak panti berkumpul di tengah hutan yang tidak cukup jauh dengan rumah panti. Beberapa anak panti di bagi menjadi dua kelompok dan mereka akan dipisahkan. Kelompok pertama yaitu untuk memanah, sedangkan kelompok kedua untuk bela diri. Mereka akan dilatih dengan pelatih masing-masing. Arsene hanya membantu para pelatih untuk mengambil dan menjaga peralatan memanah. Halena dan Laurels memilih untuk masuk ke kelompok bela diri, sedangkan Kaisa dan Aubree masuk ke dalam anggota memanah.

Sang pelatih saling memberikan arahan. Setelah memberikan arahan, para pelatih memberikan contoh peragaan. Arsenen memberikan alat pelindung tubuh untuk pelatih bela diri. Setelah itu, Arsene menancapkan alat pembidik. Kemudian para pelatih saling mencontohkan peragaan memanah dan bela diri.

"Kayaknya susah deh," Bisik Aubree kepada Kaisa.

"Iya maka dari itu kita harus belajar biar bisa," Bisik Kaisa.

Setelah selesai mencontohkan, masing-masing pelatih menunjuk satu orang. Pelatih memanah menunjuk Aubree dan pelatih bela diri menunjuk Halena. Mereka membantu keduanya untuk menirukan apa yang tadi sang pelatih contohkan.

"Iya seperti itu. Jangan tegang!" Tutur sang pelatih memanah kepada Aubree.

"Tekuk sedikit lagi lututnya, Nah, iya!" Tutur sang pelatih kepada Halena.

Kedua manik Aubree fokus ke alat pembidik. Selang satu menit kemudian, Aubree melepaskan busur panahnya. Sayangnya panah meleset dan tidak tertancap di alat pembidik. Halena melakukan tiga teknik dasar bela diri seperti yang dicontohkan oleh sang pelatih.

"Nggak papa nanti coba lagi," Tutur Kaisa kepada Aubree yang terlihat murung.

Kemudian, sang pelatih memberikan arahan tentang teknik yang akan para anak panti pelajari. Setelah itu, satu per satu anak panti akan mempraktikkan di depan pelatih.

Ibu panti berlari tergesa-gesa menuju ruang perpustakaan. Dia mengambil buku yang sama seperti kemarin. Tangannya bergerak melincah membuka dan menulis secara cepat. Tiba-tiba lampu ruang perpustakaan mati. Ibu panti menghentikan kegiatannya tersebut. Dia terlihat cemas serta terduduk kaku di kursi.

"Ada seseorang yang tengah mengawasimu,"

Bisikan suara bariton yang menggelegar di telinga ibu panti, entah siapa sang pemilik suara itu yang pasti ibu panti sedikit gemetaran.

"Jika kita ketahuan, kita akan mati dan dia akan mengambil alih dunia manusia. Jangan sampai dunia goyah hanya karena ego para makhluk!"

Bisikan tersebut terasa mengancam ibu panti.

"Lantas apa yang harus aku lakukan?"

"Bunuh lah semua bangsa Orc, kemudian bunuh diri lah di depan mayat-mayat mereka."

"Kenapa aku juga harus mati?"

"Karena jiwamu telah terikat dengan bangsa iblis, jika kamu mati maka mereka akan musnah."

Lampu kembali menyala, bu panti menghela nafas kasar. Dia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, frustasi. Tiba-tiba seorang pelayan mengetuk pintu perpustakaan, lalu masuk.

"Maaf mengganggu waktunya, ada seseorang menunggu anda di ruang tamu."

"Siapa?"

"Entahlah, tubuhnya tinggi dan wajahnya hampir mirip dengan Kaisa."

"Sebentar lagi saya akan ke bawah,"

Kemudian sang pelayan keluar dari ruang ini, tidak lupa menutup pintunya kembali. Ibu panti kemudian beranjak sembari mengembalikkan buku ke dalam rak. Setelah itu, ibu panti ke luar dari ruangan ini langsung menuju lantai satu untuk bertemu dengan sang tamu.

Atensi Kaysen teralih dengan kedatangan ibu panti. Setelah ibu panti duduk di kursi sofa dengan anggun, Kaysen memberikan amplop surat yang sedari tadi di pegang. Ibu panti mengernyit, kemudian dia membuka amplop tersebut. Kaysen menyeruput teh hijau yang telah dibuatkan oleh sang pelayan tadi.

"Aku akan mengambil Kaisa kembali," Perkataan Kaysen membuat ibu panti sedikit terkejut.

"Jika kamu mampu merawat Kaisa, saya akan memberikannya padamu. Saya tahu kamu telah keluar dari perusahaan dan skandalmu." Bukannya ibu panti tidak ingin mengembalikkan Kaisa kepada keluarganya, hanya saja dia takut Kaisa tidak terawat baik setelah diambil kembali.

"Tenang saja, skandal itu tidak akan mempengaruhi Kaisa dan aku mampu merawat Kaisa dengan hasil usahaku." Tutur Kaysen serius.

"Saya bisa saja memberikan Kaisa kepadamu, tapi apa Kaisa mau kembali? Saya tidak bisa memaksa dia, jika dia mau kembali saya akan menyerahkan kembali padamu, namun jika dia tidak mau aku tidak akan memberikannya padamu." Kaysen sedikit kesal dengan perkataan ibu panti dan dia juga tidak bisa memaksa Kaisa untuk kembali.

Kaisa melesatkan anak panah dan mendapatkan skor delapan di papan pembidik. Sang pelatih mengangumi Kaisa yang tidak menyerah dan terus berlatih dan ini adalah skor pertamanya setelah sekian kali gagal. Karena hari semakin gelap, sang pelatih mengakhiri kelas hari ini dan dilanjutkan kembali besok. Kemudian semua orang berkumpul untuk kembali ke rumah panti. Banyak bebatuan besar di tengah hutan sehingga mereka sangat berhati-hati saat berjalan.

"Sa, biasanya kalo di dalam novel kalau di tengah hutan seperti ini ada vampir, kan? Lantas, vampir beneran ada nggak?" Tanya Aubree kepada Kaisa.

"Jangan bilang gitu, ih! Udah mau malam ini!" Seru Kaisa dengan bulu kuduknya sedikit berdiri.

Burung gagak tiba-tiba melintas di atas mereka. Angin sore yang semakin dingin membuat suasana menjadi horor, terlebih mereka masih berada di tengah hutan. Aubree yang tengah membantu Kaisa mendorong kursi rodanya, tiba-tiba mendengar sesuatu padahal dia berada di tengah kerumunan orang.

"Sa, kamu dengar sesuatu nggak?" Bisik Aubree.

"Dengar, sih. Mungkin itu suara penunggu hutan, biarin aja! kita fokus kembali jalan pulang ke rumah. Kalau tiba-tiba mereka mengganggu kita, iya udah kita pasrah aja kan kita nggak punya kekuatan buat lawan mereka." Bisik Kaisa.

"Kalau itu vampir, bagaimana?" Bisik Aubree.

"Nggak ada vampir di dunia ini! Itu hanya makhluk fantasi dari imajinasi manusia, walaupun ada pasti populasi makin berkurang karena dimakan oleh vampir." Bisik Kaisa.

"Eh, bukannya tadi kita udah lewat jalan ini? Ini sebenarnya tempat nya sama atau kita yang kembali lagi kesini?" Celetuk pelatih bela diri setelah menyadari bahwa dia telah melewati jalan yang sama.

Kemudian semua orang saling melihat sekitar dan mengingat arah jalan yang tadi mereka lalui.

"Kan, Kaisa! Ini pasti ulah vampir, mereka pasti sedang menjebak kita dengan menutup arah jalan dan membuat kita hanya berputar-putar saja." Bisik Aubree dengan nada ketakutan.

Kaisa terdiam. Kini langit mulai menggelap dan angin semakin dingin. Sedangkan mereka belum bisa menemukan jalan keluarnya. Tiba-tiba atensi mereka menatap semak-semak yang saling bergesekan. Kemudian mereka mulai menjauhi semak-semak tersebut. Dan bayangan hitam mulai keluar dari dalam semak-semak.

"Duca?" Gumam Kaisa.

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

190K 16.9K 18
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
174K 12.2K 50
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
1.5M 77.5K 76
[𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] [𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭-𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐤𝐨𝐫] [𝐓𝐞𝐫𝐝...
267K 16K 20
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...