Certain Things《Jaeyong》✔

By acel_kins-

1M 158K 37.7K

[Romance] [M] ❝I'm certain that i'm yours.❞ More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
EXTRA PART

Part 34

10.8K 1.6K 759
By acel_kins-

TERKADANG, setelah semua yang terjadi selama Rose datang dan tinggal di apartemen Jaehyun, Taeyong ingin menyerah; pergi meninggalkan kekasih yang sangat ia cintai itu. Jika di bilang lelah, tentu saja, memang sampai kapan Taeyong bisa menahan perasaan jengkel yang bercokol di dada? Ia tidak mau terus mengalah, membiarkan Rose mengambil seluruh perhatian Jaehyun.

Namun Taeyong belum pernah mengatakan apapun kepada Rose tentang rasa tidak nyaman yang ia rasakan, karena Taeyong masih menghargai wanita yang sedang hamil itu. Hanya saja bila di biarkan terlalu lama, Taeyong juga muak, ia ingin mengutarakan seluruh kekesalan yang menggerogoti hatinya secara perlahan.

Taeyong tersentak ketika merasakan dingin di pipi, ia menoleh, menemukan Mingyu yang tersenyum dengan satu kaleng cola yang menempel di pipi Taeyong.

"Jangan melamun," ujar Mingyu lembut, ia duduk di samping Taeyong, memerhatikan Ten dan Doyoung yang sedang beradu mulut di depan mereka. "Kau sedang memikirkan sesuatu?"

Taeyong mendengus, ia mengenggam cola yang baru saja di berikan oleh Mingyu dan membukanya. Ini hari Rabu, ujian telah selesai sejak satu minggu lalu, hanya saja Ten mengajaknya keluar hari ini. Taeyong tidak tahu bahwa temannya itu juga mengajak Mingyu. Mereka berempat sedang menghabiskan waktu di taman yang terletak di sebelah pusat perbelanjaan.

Ini pukul lima sore, taman tersebut cukup ramai, banyak orang yang menghabiskan waktu di sana untuk berolahraga atau sekedar bermain bersama.

"Memikirkan apa?" tanya Mingyu untuk yang kedua kali, Taeyong masih belum menjawab pertanyaannya.

"Tidak ada." Taeyong meneguk cola yang ada di tangan, membasahi tenggorokan dengan minuman dingin tersebut, "apa kau sudah menentukan akan masuk ke universitas mana?" ia mengalihkan pembicaraan.

Mingyu berdehem dan menatap Taeyong. "SNU," ia menggusap tengkuknya. "Bagaimana denganmu?"

"Aku juga ingin masuk SNU, bahkan sudah mendaftar di sana." terima kasih pada Donghae yang menyuruh Jaehyun mengurus seluruh berkas Taeyong agar bisa mendaftar di SNU, "tapi entahlah, lihat nanti."

Sebelah alis Mingyu terangkat. "Lihat nanti?"

"Aku menunggu Ayahku pulang, tapi dia bilang masih ada banyak pekerjaan di luar negeri yang harus di urus sebelum pulang ke Korea." gumam Taeyong pelan, ia kembali menyesap cola di tangan, "aku ingin tinggal bersamanya lagi."

Oh benar, Mingyu dengar dari Ten jika kini Taeyong tinggal bersama adik Ayahnya, tapi ia tidak tahu bila info tersebut benar atau tidak. Sebagai anak semata wayang yang hanya memiliki orang tua tunggal, mungkin memang sulit bagi Taeyong untuk bertahan tanpa Ayahnya.

"Kenapa, tidak senang tinggal bersama saudaramu?"

Mendengar itu Taeyong tertawa kecil. Saudara? Ia tidak tahu Mingyu mendapat info dari mana, tapi itu terdengar menggelikan.

Awalnya Taeyong senang tinggal bersama Jaehyun, tapi kini ia sudah tidak tahu lagi. Jaehyun terus memberi janji tentang menjadikannya sebagai prioritas, menjauhi Rose atau hal lainnya. Tapi, janji hanya janji. Belum tentu di tepati karena sampai saat ini, Taeyong masih merasa jika Jaehyun terus menuruti beberapa kemauan Rose.

Lalu apa, setelah Taeyong terluka dan menangis, apa Jaehyun akan meminta maaf terus menerus seperti biasanya? Apa Jaehyun akan menangis untuknya lalu menyuruh Taeyong agar tetap tinggal di sisinya? Itu sudah kadaluwarsa.

Kenyataannya, Jaehyun sama sekali tidak menangkap apa yang sebenarnya Taeyong inginkan. Memang, Taeyong sangat lemah terhadap seluruh pesona Jaehyun, ia bahkan terus memaafkan lelaki itu tanpa syarat. Namun jika terus seperti ini, Taeyong tidak tahan lagi.

"Sungguh, kau tidak senang?" lagi, Mingyu bertanya karena Taeyong malah melamun untuk yang kesekian kalinya.

"Aku senang." jawab Taeyong akhirnya, ia menatap Doyoung dan Ten yang kini berjalan mendekatinya dengan wajah masam, "mungkin."

Ten mendengus. "Dasar kelinci sialan, jika begitu tadi aku menyewa sepeda untuk satu orang saja!"

"Memang siapa yang menyuruhmu menyewa sepeda untuk dua orang?" tanya Doyoung sarkas.

"YA!"

Taeyong tertawa kecil mendengar perdebatan di antara kedua temannya, Ten dan Doyoung akan selalu bertengkar, tapi jika hanya berdua; mereka pasti sangat akur. Dasar aneh.

Mingyu menghela napas. "Kau tahu?" ia menepuk pelan bahu Taeyong, "jika kau butuh teman cerita atau tempat mengadu, aku akan dengan senang hati mendengarkanmu."

Taeyong mengangguk kecil. "Ya, terima kasih."

Namun untuk saat ini, Taeyong lebih memilih menyimpan seluruh rasa gundah nya sendiri.

***

Pukul enam sore, Taeyong sudah sampai di apartemen, ia membuka pintu dan masuk ke dalam; menaruh sepatu di rak agar tidak berantakan. Suara tawa dari ruang tamu membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, Taeyong menghela napas panjang sebelum melanjutkan langkah kaki.

Iris hitamnya menangkap keberadaan Jaehyun dan Rose yang sedang duduk seraya menyaksikan acara televisi, telapak tangan Jaehyun berada di perut buncit Rose; memberikan usapan pelan. Lelaki bermarga Jung itu tersenyum tatkala merasakan gerakan di dalam sana.

Hati Taeyong mencelos melihat pemandangan di hadapannya. Memang, setelah kejadian di mana Jaehyun meminta maaf karena tidak bisa menemani Taeyong di kala petir datang, Taeyong sedikit menjaga jarak, ia bahkan terkesan mendiamkan Rose serta Jaehyun. Tapi bukankah seharusnya Jaehyun bekerja lebih keras untuk membujuknya?

Ternyata, menaruh harapan pada seseorang itu sangat menyakitkan. Karena ekspetasi tidak selalu sesuai dengan realita.

"Apa aku menganggu?" tanya Taeyong dengan suara dinginnya, berhasil membuat Jaehyun serta Rose menatap ke arahnya, "aku akan pergi lagi jika memang menganggu."

Jaehyun segera beranjak dan menahan pergelangan tangan Taeyong. "Apa yang kau bicarakan? Aku menunggumu sejak tadi, apa kau sudah makan? Aku membeli banyak es krim, makanan manis, serta cookies. Aku juga membuat makanan kesukaan-"

"Apa aku meminta semua itu?" Taeyong melirik Rose yang masih duduk di sofa ruang tamu seraya menatapnya, "Ahjushi menyiapkan sesuatu yang tidak aku minta dan mengabaikan hal yang menjadi permintaan utamaku. Apa menurut Ahjushi aku akan senang?"

Kening Jaehyun berkerut dalam. "Taeyong, apa-"

"Aku muak!" nada suara Taeyong meninggi, ia melepaskan genggaman Jaehyun di pergelangan tangan dan berjalan mendekati Rose, "bukankah Noona tahu jika aku menjalin hubungan dengan Jaehyun? Tapi kenapa akhir-akhir ini kau seperti berusaha mengambil seluruh perhatiannya dariku?"

Rose mengerjapkan mata beberapa kali. "Apa maksudmu, Taeyong?" ia berdiri dari duduknya, "aku tentu tahu kau dan Jaehyun adalah sepasang kekasih, aku tidak pernah-"

"Lalu kenapa kau tidak tahu diri?"

"Taeyong." panggil Jaehyun lembut, ia menyentuh bahu si lelaki cantik, berusaha menenangkan kekasihnya yang sedang meluap-luap itu, "kita bisa membicarakan ini berdua."

Taeyong menepis tangan Jaehyun, rasa marahnya membeludak. "Berdua? Apa kau bahkan pernah memahami apa yang aku inginkan dan aku ucapkan?! Jika aku tidak mengatakan atau memperjelas semua ini, apa kau akan mengerti?!"

"Taeyong, sepertinya ada kesalahpahaman di sini." gumam Rose, ia mendekati Taeyong, berusaha menggapai si lelaki bermarga Lee.

Tapi Taeyong sudah memundurkan langkah kakinya terlebih dulu, menjauhi dua orang yang ada di hadapannya. Sudah Taeyong katakan, sampai kapan ia harus bersabar menghadapi semua ini? Jaehyun dan Rose berteman, ya Taeyong tahu itu, lalu, apakah keduanya tidak mengenal batasan?!

Sudah jelas, Taeyong yang berstatus sebagai kekasih Jaehyun berdiri di hadapan mereka berdua setiap saat, tapi kenapa seolah ia yang terasingkan?! Ya, Taeyong tahu jika Rose sedang hamil atau membutuhkan perhatian lebih dan yang lainnya, hanya saja Taeyong juga memerlukan hal itu!

"Sayang," Jaehyun berusaha meluluhkan Taeyong, ia tidak ingin ada keributan seperti ini. "Sepertinya memang ada kesalahpahaman, aku-"

"Kesalahpahaman?" untuk yang kesekian kali, Taeyong memotong kalimat Jaehyun, ia tertawa dingin. "Apa kau sadar jika sebagian perhatianmu terbagi, Jung Jaehyun? Memang siapa yang menjadi kekasihmu di sini, aku atau Rose Noona?! Aku tahu dan sangat mengerti bila kalian berdua adalah teman baik, hanya saja, teman pun pasti memiliki batasan, bukan begitu?!"

Masa bodoh dengan seluruh formalitas terhadap yang lebih tua, Taeyong hanya ingin meluapkan seluruh kekesalan yang sudah ia tahan sejak lama. Memang siapa yang tahan jika melihat kekasihnya tertawa bahagia bersama orang lain?!

Taeyong muak menjadi orang yang selalu mengalah, bertingkah bahwa ia baik-baik saja dengan semua yang terjadi di antara Rose dan Jaehyun.

Rose mengulum bibir. "Taeyong, aku sungguh tidak memiliki niat untuk merebut Jaehyun atau apapun itu, aku minta maaf-"

"Jika begitu kenapa Rose Noona tidak pergi dari sini?!"

"Taeyong!"

"APA?!" seru Taeyong pada Jaehyun yang baru saja memanggil namanya dengan nada tinggi, "is all I want too much to ask?!" air mata menggenang di pelupuk sebelum turun membasahi pipi tirusnya.

Rose terdiam mendengar kalimat yang keluar dari mulut Taeyong, sementara Jaehyun berusaha mendekati lelaki bermarga Lee itu.

"Tolong jangan seperti itu, Taeyong." ujar Jaehyun lembut, ia sadar jika kekasihnya sedang marah, Jaehyun tidak boleh terbawa suasana, "kita bicarakan ini dengan kepala dingin ya? Semuanya tidak seperti apa yang kau pikirkan, jika kau melihatku mengusap perut Rose, itu hanya karena aku ingin merasakan pergerakan bayinya saja. Tidak lebih."

Taeyong mengusap air matanya secara kasar. "Kau pikir hanya itu kesalahanmu?" ia mengalihkan pandangan ke arah lain, "Rose Noona masih memiliki mertua yang mungkin akan menerimanya, kenapa tidak pergi dari sini saja?"

Rose maupun Jaehyun terdiam, tapi di dalam kepala, Rose tentunya berpikir keras tentang kalimat Taeyong yang mengusirnya dari apartemen ini.

"Kenapa diam?" Taeyong menatap Rose dan Jaehyun secara bergantian dengan air mata yang terus turun di pipinya, "jika begitu, aku saja yang pergi menyusul Ayahku. Aku sudah muak tinggal di sini dan melihat kekasihku sendiri lebih mementingkan serta mempedulikan orang lain. I'm trying my best to hold it a little longer, but what can I say if my heart is already broken?"

Jaehyun menggeleng keras, ia kembali menahan kedua pergelangan tangan Taeyong. "Kumohon, jangan seperti ini, dengarkan penjelasanku dulu-"

"Aku sudah terlalu lelah." bisik Taeyong dengan wajah merah dan tatapan benci, "aku sudah sangat lelah."

"Aku akan pergi, Taeyong. Aku akan pergi." ujar Rose yang mengangguk kecil, ia tersenyum lembut, "maaf-"

"Aku saja yang pergi. Tetaplah tinggal di sini semaumu, Noona." Taeyong kembali melepaskan genggaman Jaehyun di tangannya, sudah sangat telat bagi Rose untuk pergi dari sini, "hal terbesar yang membuatku kecewa adalah Ahjushi yang tidak pernah mengerti keinginanku dan tidak menghargaiku sebagai kekasihnya. Jadi, aku saja yang pergi."

"Tidak, Taeyong. Kumohon, jangan seperti ini, kumohon."

Taeyong menggeleng, ia membalikkan tubuh agar tidak melihat raut wajah Jaehyun yang menyedihkan dan mungkin bisa membuatnya kembali luluh. Lebih baik ia pergi dari sini, menemui Donghae.

Semua rasa sakit, cemburu serta iri yang Taeyong simpan sudah tidak dapat di tahan. Meluap begitu saja tanpa bisa ia bendung, Taeyong bukan orang baik yang mampu menahan diri lebih lama dari ini, ia hanya remaja yang menginginkan perhatian penuh dari kekasihnya. Apa itu permintaan yang sangat sulit?

Tbc

Bubu🥺

Continue Reading

You'll Also Like

165K 26.3K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
891K 54K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
49.8K 4.6K 29
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
933K 76.7K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...