The Unwanted Queen || COMPLET...

By aristaptr

980K 76.4K 2K

[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjad... More

Hello!
The Unwanted Queen || 1
The Unwanted Queen || 2
The Unwanted Queen || 3
The Unwanted Queen || 4
The Unwanted Queen || 5
The Unwanted Queen || 6
The Unwanted Queen || 7
The Unwanted Queen || 8
The Unwanted Queen || 9
The Unwanted Queen || 10
The Unwanted Queen || 11
The Unwanted Queen || 12
The Unwanted Queen || 13
The Unwanted Queen || 14
The Unwanted Queen || 15
The Unwanted Queen || 16
The Unwanted Queen || 17
The Unwanted Queen || 18
The Unwanted Queen || 19
The Unwanted Queen || 20
The Unwanted Queen || 21
The Unwanted Queen || 22
The Unwanted Queen || 23
The Unwanted Queen || 24
The Unwanted Queen || 25
The Unwanted Queen || 26
The Unwanted Queen || 27
The Unwanted Queen || 28
The Unwanted Queen || 29
The Unwanted Queen || 30
The Unwanted Queen || 31
The Unwanted Queen || 32
The Unwanted Queen || 33
The Unwanted Queen || 34
The Unwanted Queen || 35
The Unwanted Queen || 36
The Unwanted Queen || 37
The Unwanted Queen || 38
The Unwanted Queen || 39
The Unwanted Queen || 40
The Unwanted Queen || 41
The Unwanted Queen || 42
The Unwanted Queen || 43
The Unwanted Queen || 44
The Unwanted Queen || 45
The Unwanted Queen || 46
The Unwanted Queen || 48
The Unwanted Queen || 49
The Unwanted Queen || 50
The Unwanted Queen || 51
The Unwanted Queen || 52
The Unwanted Queen || End
The Unwanted Queen || Extra Part I
The Unwanted Queen || Extra Part II
New Story!
Warning!

The Unwanted Queen || 47

11.7K 898 61
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget to follow, vote, and comment on this story!
******

Boom! Duarr!

Tubuh Alissya menegang, jantung wanita itu berdetak kencang. Seketika kekhawatiran menyelimuti dirinya. Dengan cepat Alissya berbalik dan berlari menuju aula istana. Namun langkah wanita itu terhenti saat merasakan sebuah tangan menghentikan dirinya.

"Jangan hentikan aku Steve!" Ujar Alissya dengan tatapan tajam penuh mengintimidasi. Steve yang melihat perubahan raut wajah dari Alissya seketika terdiam. Namun ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya terhadap ratunya yang berubah sangat drastis. Saat itu juga Alissya kembali berlari menuju aula istana untuk melihat keadaan suaminya.

Pintu aula terbuka, Alissya segera melangkah masuk untuk mencari keberadaan Evan. Namun langkah wanita itu terhenti saat melihat apa yang terjadi dihadapannya.

*****

Alissya berdiri mematung melihat keadaan di dalam sana. Seluruh tempat itu telah hancur berantakan. Beberapa orang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Hanya dalam waktu singkat, tempat yang dihiasi berbagai bunga kini berubah menjadi lautan darah.

Namun pandangan wanita itu tertuju pada barisan kelompok berjubah hitam berdiri tepat di hadapan Evan dan Lord Xavier.

Crystal yang mengetahui kedatangan Alissya membulatkan matanya terkejut. Pasalnya ia mengetahui jika Alissya sudah diamankan oleh Steve, tetapi wanita itu malah kembali ke tempat itu. Dengan cepat Crystal melesat menghampiri Alissya untuk menjaga menantu dan calon cucunya yang ada di dalam kandungan Alissya.

"Apa yang terjadi mom?! Siapa mereka?!"

"Kita harus pergi dari sini!" Ujar Crystal tanpa menjawab semua pertanyaan dari Alissya.

Alissya menggeleng, "Aku tidak akan pergi." ujarnya tegas.

Crystal hanya mampu menghela nafas berat saat mengetahui Alissya pasti akan bersikap keras kepala, bersikeras tidak pergi dari tempat itu. Akhirnya mereka tetap berada di ruangan tersebut dan tentunya dijaga ketat oleh prajurit istana.

"Akhirnya kalian muncul." Ujar Lord Xavier sambil tersenyum menyeringai. Tidak dengan Evan yang menatap tajam pada salah satu petinggi istana yang berdiri dihadapannya.

"Hahaha!"

Terdengar suara tawa yang menggema di setiap sudut ruangan. Evan menatap tajam Dalton yang merupakan dalang dibalik pemberontakan ini. Sudut bibir pria itu terangkat membentuk sebuah senyuman miring yang terlihat mencemooh lawan yang ada dihadapannya. Evan tidak menyangka jika selama ini ia telah membiarkan benih-benih pengkhianat berkembang di dalam wilayah kekuasaannya.

Namun sayangnya, Evan telah mencari tahu semua informasi dari seluruh petinggi istana yang telah memberontak, yang tidak lain adalah salah satu keturunan dari Lord Charles, Raja Vampire terdahulu, sebelum Lord Jackson menduduki tahta. Dialah Dalton Keylos atau Dalton de Leykos. Pria itu telah menyembunyikan nama aslinya dan semua orang berhasil masuk ke dalam perangkapnya.

Saat itu juga Evan tahu, apa tujuan mereka melakukan pemberontakan ini. Tentunya mereka ingin kembali merebut tahta kerajaan demon.

"Aku tidak menyangka jika aku masih memiliki seorang saudara. Lebih tepatnya, aku tidak tahu jika Lord Charles memiliki anak selain Gerry." Dalton yang mendengar ucapan Xavier seketika mengepalkan tangannya kuat.

"Apapun yang kau rencanakan, itu tidak akan berhasil," ujar Evan dengan wajah datarnya. "Jika kau bersikeras, kau hanya akan mengalami apa yang dialami oleh ayah ataupun saudaramu."

Dalton tersenyum miring, "Bukankah kau terlalu percaya diri?" ujar Dalton membuat Evan menaikkan satu alisnya.

"Aku akui jika kau sangat kuat dalam memenangkan peperangan dengan semua musuhmu. Tetapi itu dulu, karena sekarang kau bukanlah siapa-siapa."

Saat itu juga sebuah lingkaran muncul mengelilingi Evan, membuat Crystal dan Alissya membulatkan matanya terkejut. Perlahan muncul cahaya yang begitu terang dan menutupi seluruh tubuh pria itu. Xavier membelalak dan ingin menarik Evan keluar dari lingkaran itu, tetapi kekuatan yang mengelilingi tubuh putranya begitu kuat membuat pria itu tidak dapat menembusnya.

"Tidak! Evan!" teriak Alissya saat melihat tubuh suaminya yang perlahan mulai menghilang dari tempatnya.

"Apa yang kau lakukan pada putraku?!" teriak Xavier. Namun Dalton hanya menunjukkan senyum seringainya tanpa berniat menjawab ucapan pria itu.

Crystal dan Xavier tak kalah paniknya saat melihat Evan yang mulai menghilang entah kemana. Mereka sama sekali tidak mengetahui apa yang telah direncanakan oleh Dalton. Crystal yang melihat kepanikan Alissya langsung berusaha menenangkan wanita itu.

"Bawa Alissya ke kamarnya. Aku akan mengurus mereka semua." perintah Xavier dengan tegas.

Crystal yang mendengar ucapan suaminya pun menganggukkan kepalanya dan segera membawa Alissya menjauh dari tempat itu. Sedangkan Xavier bersama Steve menghadapi Dalton yang masih berdiri di tempatnya.

"Cepat katakan! Apa yang kau lakukan pada putraku?!"

"Aku telah mengirimnya ke dunia lain," Xavier yang mendengar itu sontak membulatkan matanya. "Jika dia tidak bisa melewati semua rintangan yang ada di dunia itu, maka putramu akan selamanya terjebak di dunia itu."

"Brengsek!"

*****

Di tempat lain, Evan menatap sebuah koridor terentang di sebelah kiri dan kanannya. Ia tidak dapat melihat apa yang ada di ujung koridor tersebut. Udara dingin berhembus menyentuh permukaan kulitnya. Aroma lembab menyeruak ke dalam indra penciumannya. Ia dapat memastikan jika ia tengah berada di sebuah bangunan tua.

Evan mulai memutar otaknya untuk memecahkan rencana yang dibuat oleh Dalton. Ia tahu jika Dalton pasti sudah mengirimkan ke suatu tempat yang tidak ia ketahui. Namun masalah yang tengah ia hadapi kini yaitu, kemana ia harus melangkah. Ia tidak ingin keputusannya justru akan menyulitkan dirinya.

Evan mulai menajamkan indra penglihatannya, berharap jika ia bisa menembus kegelapan yang ada di hadapannya. Seketika mata pria itu terbelalak saat menyadari jika ia tidak dapat menemukan ujung dari masing-masing koridor tersebut.

"Dimana ini?! Kenapa aku tidak bisa melihat ujungnya?! Sial!" umpat Evan kesal.

"Persetan! Aku harus cepat keluar dari tempat ini!"

Saat itu juga Evan melesat menuju koridor sebelah kanan. Ia terus melesat dengan cepat berusaha mencari pintu keluar dari tempat itu. Namun sudah hampir satu jam ia melesat, pintu keluar tak kunjung ia temukan. Seluruh tempat itu gelap, ia tidak bisa memastikan apakah ia kembali ke tempat semula ia berdiri atau tidak.

Sekelebat pikiran terbayang dalam benaknya, "Sejauh apapun aku melangkah, aku tidak akan berhasil menemukan pintu keluar. Pasti ada sesuatu yang aku lewatkan."

"Hahaha!"

Evan terkejut saat mendengar suara tawa yang entah berasal dari mana. Namun suara itu terdengar mirip dengan tawa milik Dalton.

"Dalton!" geram Evan mengepalkan tangannya kuat.

"Bagaimana? Apakah kau lelah berlari mengelilingi tempat itu?"

Evan diam, ia sama sekali tidak berniat membalas ucapan Dalton.

"Kenapa? Apa kau akan menyerah Yang Mulia?"

Evan terkekeh pelan, "Bukankah itu yang kau inginkan? Tetapi sayangnya aku tidak akan mengabulkan keinginanmu itu Dalton."

"Ah, tapi aku meragukan hal itu. Sebaiknya kau cepat keluar dari tempat itu atau selamanya kau akan terjebak di tempat itu Yang Mulia. Dan," Dalton menghentikan ucapannya membuat Evan mengepalkan tangannya kuat. "Jika kau tidak berhasil, maka tahta kerajaan akan jatuh ke tanganku dan tentunya istrimu akan menjadi milikku." ujar Dalton dan berakhir dengan suara tawa yang menggema di seluruh ruangan.

Evan yang mendengar semua ucapan pria itu berubah menggelap. Amarah mulai menguasainya. Bahkan manik mata pria itu berubah merah menyala hingga menerangi tempat itu. Evan mengeluarkan kekuatannya dan memukul dinding yang ada di sebelahnya. Saat itu juga tempat ia berpijak bergetar hebat dan tepat di atas kepalanya muncul sebuah cahaya.

"Dalton brengsek!" kesal Evan saat menyadari jika dirinya tengah berada di sebuah ruangan di bawah tanah.

Saat itu juga ia kembali mengeluarkan kekuatannya hingga membuat langit-langit di atas terbelah. Tanpa pikir panjang, Evan terbang ke atas untuk keluar dari tempat itu. Namun harapan pria itu seketika pupus saat melihat pemandangan dihadapannya. Kini ia tengah berada di tengah-tengah sekumpulan monster yang besarnya bahkan sepuluh kali lipat darinya.

"Sial!"

Evan segera melesat menuju sebuah bangunan yang telah hancur tak jauh dari tempatnya berdiri. Dari sana ia dapat bersembunyi dan memantau setiap pergerakan dari semua monster itu.

'Sebenarnya tempat apa ini? Kenapa selama ini aku tidak mengetahui keberadaan mereka?' Batin Evan bingung.

"Ilusi! Tapi bagaimana mungkin? Semua ini terasa begitu nyata."

Evan terus berusaha mencerna dengan apa yang baru saja ia alami. Semuanya terasa begitu tidak masuk akal baginya. Jika memang benar ia berada di dunia ilusi, bagaimana cara mainnya dan bagaimana ia bisa keluar dari tempat itu? Pertanyaan itu hanya mampu dijawab oleh Dalton, dalang di balik semua ini.

"Tidak ada waktu lagi, aku harus melawan mereka untuk mendapatkan jawabannya sendiri."

Saat itu juga Evan keluar dari tempat persembunyiannya dan membiarkan sisi demon mengambil alih tubuhnya. Aura mengintimidasi yang dikeluarkan oleh Evan sontak membuat semua monster yang ada di tempat itu menatap ke arahnya.

Saat itu juga terdengar suara rauman keras dari semua monster itu. Mereka menatap Evan dengan tatapan lapar dan bersiap untuk memangsanya. Evan yang melihat itu dengan cepat melesat menghindari mereka semua.

Pertarungan pun di mulai, mereka saling mengeluarkan kekuatan masing-masing untuk menjatuhkan satu sama lain. Namun Evan yang belum cukup pulih benar merasa sangat kewalahan untuk menghadapi mereka. Dadanya terasa sesak setiap mengeluarkan kekuatan penuh untuk menyerang monster-monster itu.

Evan mundur dengan nafas terengah. 'Sial! Bagaimana mungkin mereka bisa sekuat itu?' Batinnya.

Tanpa ia sadari, salah satu monster muncul dari belakang pria itu dan melempar tubuh Evan hingga menabrak dinding bangunan di dekatnya.

Uhhuk!

Darah segar mulai mengalir dari sudut bibirnya. Perlahan pandangan pria itu memburam, dan tak lama kegelapan mulai menguasainya.

******

Sementara di istana, seluruh keluarga kerajaan berkumpul di ruang kerja milik Evan setelah Dalton menguasai aula istana. Allisya terlihat begitu terpuruk setelah menghilangnya Evan. Sedangkan Crystal dan yang lainnya berusaha mencari cara untuk mengatasi Dalton yang berusaha untuk menguasai istana.

Brak!

Pintu ruangan terbanting cukup keras membuat semua orang yang ada di dalamnya terperanjat. Terlihat Xavier memasuki ruangan dengan rahang mengeras menahan amarah.

"Bagaimana?" Tanya Crystal khawatir. Xavier hanya mampu menggeleng menjawab pertanyaan dari istrinya.

Semua orang merasa khawatir pada Evan yang masih belum pulih sepenuhnya. Bahkan pria itu belum bisa mengeluarkan seluruh kekuatannya. Itulah yang membuat Alissya terdiam dengan pikiran yang dipenuhi oleh keadaan suaminya.

"Kita harus mencari cara untuk mempertahankan istana selagi Evan berjuang entah di mana. Kita tidak boleh menyerahkan kursi singgasana begitu saja."

"Kau benar, dia tidak berhak untuk mengambil alih kerajaan." Sahut Lord Geordan yang baru saja tiba di istana.

Xavier yang mendengar suara ayahnya langsung menatap ke arahnya. Namun ia mengerutkan keningnya saat tidak melihat keberadaan ibunya.

"Ibumu ada di istana vampire, aku mengirimnya ke sana untuk mengawasi pergerakan di istana ini. Karena hanya tempat itu yang tepat untuk bersembunyi." Ujar Lord Geordan kembali saat mengetahui apa yang ada di dalam pikiran putranya.

"Karena itu aku ingin Crystal dan Alissya segera berangkat ke tempat itu." Lanjutnya.

"Tidak grandpa, aku ingin menunggu Evan di sini." Tolak Alissya dengan cepat.

"Kau tidak boleh berada di tempat ini, karena Dalton telah mengincarmu."

Semua orang yang ada di ruangan itu seketika dibuat bingung oleh ucapan Lord Geordan.

"Apa maksud..." belum selesai Alissya berbicara, tiba-tiba pintu ruangan kembali terbuka dengan cukup keras.

Brakk!

Seorang pria masuk ke dalam ruangan tersebut dengan menatap tajam pada semua orang yang ada di sana. Xavier dengan cepat berdiri di hadapan pria itu dengan tatapan tak kalah tajamnya.

"Beraninya kau masuk tanpa seizinku!"

Tidak ada respond sedikitpun pada pria itu. Ia tetap menatap tajam dan mengeluarkan sebuah surat dari balik sakunya. Saat itu juga Xavier menerima surat tersebut dan membacanya.

"Apa itu Lord?" tanya Crystal penasaran.

Xavier terdiam dan terus membaca isi surat yang diberikan padanya. Seketika mata pria itu membulat, membuat semua orang menatap penuh penasaran.

Lord Geordan yang sangat penasaran dengan isi surat tersebut langsung merampasnya dari tangan Xavier. Namun setelah Lord Geordan selesai membaca surat tersebut, mereka berdua justru terdiam dengan raut wajah terkejut.

"Apa yang terjadi?! Tolong katakan pada kami." Ujar Crystal kesal.

"Apa terjadi sesuatu pada Evan, dad?" Ucapan Alissya sontak membuat Xavier dan Lord Geordan menatap ke arah wanita itu. Sedangkan Alissya yang melihat reaksi dari mereka hanya mampu terdiam dengan manik mata yang mulai berkaca.

"Tidak mungkin!" Lirih Alissya.

******

Continue Reading

You'll Also Like

854K 70.8K 50
Jordan Dandelion seorang Alpha yang memimpin Lightmoon Pack. Ribuan tahun lamanya sendiri tanpa kehadiran Mate. Sampai suatu saat, dirinya mulai ingi...
9.4K 782 7
Perjalanan baru dimulai ketika Bele telah nyaman dengan kehidupan barunya setelah merasakan patah hati terbesar, penyebab rasa sakit itu muncul kemb...
1.2M 94.7K 62
Bagaimana jika seorang King of Werewolf dikhianati matenya sebanyak 3 kali? Dialah Dareen Walcott. Seorang pria yang berpenampilan bak dewa yunani it...
178K 11.4K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...