Stay Alive || Claazora Transm...

By waabee__

4.5M 614K 66.9K

(Open Po dari tanggal 09-30 September)(SEGERA TERBIT) Kiana putri Mahardika, seorang gadis berusia 18 tahun y... More

PROLOG
~1~
~2~
~3~
~4~
~5~
~6~
~7~
~8~
~9~
~10~
~11~
~12~
~13~
~14~
~15~
~16~
~17~
~18~
~19~
TOKOH
~20~
~21~
~22~
~23~
~24~
~25~
~26~
~27~
~28~
~30~
~31~
~32~
~33~
~34~
~35~
~36~
~37~
~38~
~39~
~40~
Baca!
Hallo Guyss^^
Open PO (09-30 September)
PO ke 2 (25 November- 15 Desember)

~29~

85.5K 14.9K 2.6K
By waabee__


Astaghfirullah, mau istighfar dulu:)

Ok lanjut,,

~Pertempuran antara Venomous dan Deadly~

~H a p p y R e a d i n g~

Kediaman Hanstanta, tepatnya di kamar si bungsu Zila. Ada seorang gadis yang berdiri di balkon kamar tersebut dengan terus menatap lurus ke depan.

   Gadis yang memakai dress selutut berwarna putih itu terus menatap ke arah pintu gerbang. Tanpa menghiraukan angin malam yang berhembus dingin mengenai kulit putihnya.

"Zora? Gue cariin dari tadi, ternyata disini,"

   Gadis dengan perban yang ada didahinya itu menoleh pada Zila yang datang menghampirinya.

"Kak Zey nggak bakalan pulang malam ini," Jelas sekali ekspresi murung diwajah berpipi tembem Zora mendengar perkataan Zila barusan. Sedangkan Zila tersenyum geli melihatnya.

"Mereka lagi tawuran kan?" Tanya Zora pelan.

"Kenapa? Lo khawatir? Khawatir sama Kak Zey?" Zila tertawa.

"Tenang aja, dia nggak bakalan mati. Seharusnya lo khawatirin kakak lo si Bara bego itu. Venomous itu beringas, monster semua isinya." Zila ikut memandang lurus ke depan.

"Kapan aku bisa pulang?"

"Lo sementara di sini dulu, anggota Deadly itu lagi ngincar lo."

   Zora melirik Zila, ia dibawah oleh Zeynar ke kediaman Hanstanta sore tadi. Sempat bingung tapi dia hanya menurut karena Bara juga menyuruhnya untuk mengikuti Zeynar. Entah kenapa dia sekarang memikirkan kakaknya itu.

"Ayo masuk! Disini dingin. Gue bakal bantu lo ganti perban sekalian kita nonton drakor, mau kan?"

   Zora tersenyum tipis lalu mengangguk. Keduanya masuk ke dalam kamar Zila.

-----

"Beraninya lo nyentuh dia!!" Geram Reza. Mukanya terlihat memerah karena marah. Perkataan Zeynar terus terngiang dikepalanya. Badannya gemetar menatap dengan aura permusuhan dengan Zeynar.

   Dia menarik kerah baju Zeynar dan memojokkan pemuda itu ke dinding kamar Zora. Tangannya dengan cepat ditahan oleh Zeynar ketika dia akan menghajar pemuda itu.

   Reza menggeram marah, rasanya sangat gila jika perkataan Zeynar tadi benar adanya. Emosinya memuncak dan memaksakan tangannya yang ditahan oleh Zeynar untuk menghajar pemuda itu.

   Zeynar terkekeh, dia menendang perut Reza dengan lututnya dan menampar pria itu dengan sangat keras. Reza mundur beberapa langkah. Sudut bibirnya yang belum sembuh kini kembali mengeluarkan darah.

   Tidak sampai di situ, dengan gerakan memutar Zeynar menendang wajah Reza sampai pemuda itu tersungkur ke lantai.

   Zeynar berjongkok di depan Reza dan menarik kerah baju pemuda itu. "Sejujurnya, lo bukan tandingan gue."

   Reza terbatuk kecil, wajahnya dipenuhi lebam. Ia membalas tatapan tajam Zeynar.

"Sejak awal dia milik gue, lo nggak berhak buat milikin dia, apalagi nyentuh dia." Geramnya.

   Zeynar berdecak, ia berdiri dan menyeret Reza dengan menarik kerah bajunya untuk keluar dari kamar Zora. Reza berusaha memberontak tapi tenaganya sudah terkuras habis. Lukanya belum sembuh dan tendangan dari Zeynar tadi benar-benar membuatnya langsung tumbang.

"Zora, Claazora. Aarrghh, cuman perempuan itu yang buat gue gila."

  Reza diseret menuju tangga. Sedangkan Zeynar tersenyum seperti psikopat yang baru saja mendapatkan mangsanya.

   Ketika menuruni tangga, Reza berusaha memberontak lagi. Dirinya merasa terhina ketika diseret seperti ini. Sedangkan Zeynar agak kesulitan menahannya karena Reza menahan kakinya. Alhasil dia tidak bisa menjaga keseimbangannya dan jatuh terguling dari tangga sampai ke bawah.

   Reza berpegangan pada pembatas tangga untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Dengan napas terengah, dia tersenyum melihat Zeynar yang tersungkur ke bawah.

   Sempat pusing, tapi Zeynar masih sadar. Ia mengepalkan tangannya ketika menyadari ada yang mengalir dari keningnya. Dia terluka.

"Jangan sampai terluka!"

   Perkataan Zora tadi sore sebelum dia meninggalkan gadis itu di rumahnya kembali terngiang dikepalanya. Teringat jelas wajah khawatir dan intonasi manja dari gadisnya.

   Zeynar bangkit, ia melirik tajam Reza yang sudah berdiri walau agak linglung. Zeynar kali ini terlihat menyeramkan, dia sangat marah sekarang.

   Melihat Reza yang berusaha kabur dengan menaiki tangga. Zeynar dengan cepat menaiki tangga dan menarik pemudah itu hingga membuatnya jatuh terguling dari atas tangga.

   Reza tak berdaya di bawah sana. Zeynar memutar lehernya, dia agak pegal karena jatuh dari tangga tadi. Dia menuruni tangga dengan wajah datar.

   Meski Reza hampir pingsan, dia tetap kembali menghajar pemuda itu dengan brutal. Tidak ada orang di sini, jadi dia bebas dan tidak ada yang akan menghentikannya.

Bugh

Bugh

Bugh

"Seperti katanya, lakukan apapun yang ada dipikiranmu."

Bugh

-----

   Cleobara Manuela Danuardja dan Arian Jey Saputra. Keduanya kini saling memimpin pasukan masing-masing.

   Jey menunjukkan senyum miringnya, tatapannya sangat dingin. Ia kemudian mengangkat tangannya. Para anggota Venomous yang sejak tadi bernafsu ingin menyerang kini memperhatikan kode dari Jey untuk menyerang.

   Tanpa basa basi semuanya langsung bersorak dan berlari menyerang para anggota Deadly.

"SERANG!!"

   Bara yang melihat pergerakan anggota Venomous langsung berteriak memerintah anggotanya. Kedua anggota geng motor tersebut saling bertubrukan dan menyerang tanpa ampun.

"Lo sebaiknya mundur, lo nggak bisa apa-apa dengan tangan seperti itu." Rendra mendorong Ginan sebelum pergi menghadapi anggota inti Venomous.

   Ginan berdecak kesal, ia mau tidak mau harus mundur.

"Jalang sialan! Awas lo kalau ketemu lagi." Umpatnya pada perempuan yang telah mengakibatkan tangannya patah.

   Reno Alfiandi dan Soni Dianggara kini saling berhadapan. Mereka langsung saling menyerang dan saling mengunci pergerakan masing-masing. Keduanya saling menatap tajam.

"Reno Alfiandi!" Geram Soni.

"Lo adalah musuh terbesar Venomous."

   Reno berusaha menahan kunciannya pada Soni. Bibirnya berkedut menatap tajam Soni. Apalagi mendengar ucapan selanjutnya dari Soni.

"Lo pembunuh, kan?" Bisik Soni.

   Reno langsung menendang perut Soni dan menghajar tepat disudut bibir pemuda itu. Soni hampir saja tersungkur, ia mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Badannya menegak kembali dengan menunjukkan tawa yang mengerikan.

"Lumayan juga," Soni meludah, nada meremehkan terdengar jelas ditelinga Reno.

   Reno kembali memberikan serangan pada Soni dan di tangkis cepat oleh Soni. Pemuda itu membalas serangan Soni dengan cepat, keduanya saling menyerang tanpa ampun.

   Di sisi lain, Rendra Arianta tengah melawan Maulana Abighair. Saat ini Abi lebih unggul dengan terus menyerang Rendra yang terus menghindar dan berusaha menangkis serangan Abi. Abi terlihat sangat tenang, tidak seperti Soni yang jika melawan musuh lebih menggebu dengan terus tertawa menyeramkan.

   Rendra tersungkur ke tanah karena tendangan kuat dari Abi. Pemuda itu meringis sakit memegang perutnya. Rendra melirik Abi yang seperti biasa saja, tidak ada napas terengah seperti dirinya. Pemuda itu hanya menatap datar dengan memiringkan kepalanya dan berdiri di depan Rendra.

   Rumor mengenai anggota inti Venomous yang sulit dikalahkan itu kini dia rasakan sendiri. Rendra akui, pemuda yang berdiri didepannya sangat berbahaya.

   Soni dan Abi memang kadang terlihat konyol. Tapi jika berhadapan dengan musuh mereka benar-benar sangat berbeda dan melawan dengan serius.

"Gue rasa lo kayaknya yang paling gila di Deadly. Tapi sayangnya lo juga yang paling pengecut." Abi melihat pergerakan Rendra yang berdiri menghadangnya. Napas pemuda itu terengah dengan memegang perutnya yang masih sakit.

"Bos lo kemana?" Abi mendengus mendengar pertanyaan Rendra.

"Lo nggak bakal bisa ngalahin dia, bahkan Bos lo yang bodoh itu bukan tandingannya." Rendra mengepalkan tangannya mendengar perkataan Abi. Ia menatap marah pemuda itu.

"Lo tau kan arti gila yang gue maksud tadi?" Abi menunjukkan seringainya.

"Waras di luar tapi gila sama obsesi lo yang tersembunyi selama ini. Sayangnya obsesi itu udah dimiliki sama monster yang lebih gila lagi." Abi mendekat dan berdiri disamping Rendra.

"Lo nggak bakalan bisa milikin obsesi lo itu." Bisiknya. Rendra langsung tersulut dan menyerang Abi. Untungnya Abi bergerak cepat dengan menunduk untuk menghindari serangan Rendra.

   Emosi Rendra memuncak, pemuda itu berhasil membuat Abi sedikit kewalahan. Keduanya berusaha menghabiskan tenaga masing-masing dengan terus saling menghajar.

   Di tengah-tengah pertempuran antara Deadly dan Venomous ada sang wakil ketua dari Deadly yang kini berhadapan dengan Arian Jey Saputra.

"Lo udah taukan siapa yang bakal menang?" Jey dengan aura dinginnya melirik sekitarnya. Anggota Venomous jauh lebih unggul karena anggota mereka lebih banyak.

   Bara tersenyum tipis, Jey yang melihatnya sedikit mengerutkan keningnya.

"Nggak peduli siapa yang menang atau kalah di sini. Yang pasti gue berdiri di sini sebagai wakil ketua dari Deadly dan berusaha untuk melawan demi anggota gue."

   Jey melepas kedua tangannya yang berada disaku celananya. Dia memasang kuda-kuda, siap menyerang Bara. Begitupun dengan Bara, ia merenggangkan otot-otot nya dan bersiap melawan.

   Jey menunjukkan smirknya, "gue akui, lo adalah yang terhebat dari Deadly. Bahkan lebih hebat dari Reza. Sayangnya lo sama-sama bodoh dan gampang kehasut."

   Setelah mengatakan itu, Jey langsung menyerang Bara. Mereka seakan memiliki kekuatan yang sama. Terlihat seimbang dan tidak ada yang mau mengalah.

   Pertempuran itu sudah berlangsung hampir setengah jam. Saat ini, anggota Venomous lebih unggul. Para anggota inti Deadly dan Venomous masih bertarung. Luka-luka diwajah mereka tidak bisa dihindari. Tapi para inti Deadly sekarang hampir tumbang dan mereka terus berusaha melawan meski penuh dengan luka.

   Pergerakan dari anggota Deadly maupun dari Venomous terhenti. Ketika melihat ketua Venomous datang dengan menyeret ketua Deadly yang sudah tidak sadarkan diri.

   Aura Zeynar sangat menyeramkan dengan darah yang penuh ditangannya. Ada juga cipratan darah diwajahnya. Orang-orang disekitarnya reflek melangkah mundur karena aura gelap yang berasal dari pemuda itu.

"Deadly! Ketua lo udah tumbang!" Zeynar menghempaskan Reza ke tanah.

   Para anggota Deadly langsung melangkah mundur melihat Bos mereka yang sudah tidak sadar diri. Mereka bertanya-tanya, apa Ketua mereka itu hanya pingsan atau mati.

   Rendra dan Reno hanya bisa mengepalkan tangan mereka. Keduanya ikut tumbang ke tanah, mereka juga ikut melirik Bos mereka tersebut.

   Abi dan Soni jatuh terduduk karena kelelahan. Ada lebam yang cukup banyak di wajah keduanya.

   Sedangkan Jey dan Bara hanya berdiri menatap kedatangan Zeynar. Mereka tidak lagi melanjutkan perkelahian mereka. Napas keduanya terdengar sangat kelelahan.

   Entah dari arah mana, seseorang berlari kearah Zeynar dengan pisau lipat ditangannya. Zeynar bergerak cepat menghindari itu tapi lengannya tidak dapat menghindari goresan pisau tersebut.

   Anggota inti Venomous kaget melihat itu. Orang yang menyerang Ketua mereka adalah Ginan.

   Zeynar memegang lengannya yang tergores kini mengeluarkan darah. Ia berbalik menatap tajam orang yang menyerangnya.

"Lo udah bunuh adek gue. Jadi lo juga harus mati!"

   Ketika Ginan ingin kembali menyerang Zeynar. Jey dengan cepat menendangnya hingga Ginan jatuh ke tanah.

   Zeynar menghampiri Ginan, ia langsung menginjak kuat tangan Ginan yang digips. Semua orang yang ada di situ meringis melihatnya. Pasalnya sekarang Ginan berteriak kencang dengan badan yang bergerak seperti cacing kepanasan. Sakit yang luar biasa ia rasakan ketika Zeynar menginjak tangannya dengan kuat.

   Zeynar hanya menunjukkan wajah datar tanpa berniat mengangkat kakinya dari tangan Ginan.

"Sangat disayangkan, karena gue memang pengen dia mati tapi nggak secepat itu. Adek lo beruntung karena dia nggak mati ditangan gue."

    Zeynar tidak mendengarkan teriakan kesakitan dari Ginan. Dia tertawa pelan, Zeynar sangat kejam dan itu yang sedang dirasakan anggota Venomous dan Deadly.

"Sejak awal Deadly sudah kalah dari Venomous."

-----

   Zora menghembuskan napas pelan. Ia mulai bosan menonton Zila yang menari sejak tadi. Gadis itu menari sudah hampir dua jam. Semangat Zila benar-benar luar biasa.

   Zora menekuk wajahnya bosan. Sekarang ia sedang duduk di atas tempat tidur Zila. Dimana pemilik kamar tersebut masih menari di depannya. Gadis dengan pipi tembem itu melirik kearah balkon.

   Hari sudah sore dan malam akan segera datang lagi. Ia sudah menunggu seharian ini tapi belum ada tanda-tanda dari Zeynar yang akan pulang.

"Kangen sama Kak Zey, yah?" Tanya Zila sembari duduk disamping Zora. Gadis itu tengah mengusap keringatnya dengan handuk kecil.

   Zora tidak menjawab, ia memanyunkan bibirnya kesal. Dia sangat ingin mengetahui keadaan Zeynar dan juga kakaknya. Yah, dia juga mengkhawatirkan kakaknya sekarang.

   Tidak lama kemudian, terdengar suara beberapa motor dari arah balkon. Zila dan Zora saling menatap.

"Sepertinya mere-"

   Zila menghentikan ucapannya, karena melihat Zora berlari keluar dari kamar. Bungsu Hanstanta itu langsung ikut berlari mengejar Zora.

   Tanpa alas kaki dan mengenakan celana jeans setinggi paha sampai membuat kaki pendeknya terlihat semakin pendek. Dengan kaos hitam berlengan pendek yang melekat dibadan mungilnya.

   Zora tanpa mempedulikan penampilannya, ia terus berlari dari lantai dua sampai menuruni tangga menuju lantai satu. Ia tidak peduli dengan para maid di rumah ini yang menatapnya khawatir. Takut gadis itu terpeleset.

   Rumah yang sangat besar, tapi tidak mengurungkan niatnya untuk berlari sampai di depan pintu.

   Zeynar baru saja melepas helmnya. Ia melirik seorang gadis yang baru saja keluar dari pintu utama berlari ke arahnya. Jey, Soni, Abi dan juga Bara melihat itu.

   Zeynar tersenyum geli melihat gadisnya berlari kencang ke arahnya. Ia juga mulai melangkah dan bersiap menangkap gadis itu.

   Dan benar saja, Zora langsung melompat kepelukan Zeynar. Bahkan kakinya langsung melingkar dipinggang pemuda itu. Zeynar dengan sigap menahan pinggang ramping Zora. Ia dapat merasakan napas menggebu dari Zora. Gadisnya sekarang berada dalam gendongannya.

   Zora memeluk erat leher Zeynar dan menyembunyikan wajah cantiknya disana. Sedangkan Zeynar mengecup leher putih Zora yang terekspos. Karena gadis itu menyanggul rambutnya.

"Penampilan yang terlalu terbuka untuk keluar rumah. Ini terlalu menggoda, Sayang." Satu kecupan lagi dia berikan pada leher jenjang Zora. Hal itu membuat Zora mengeratkan pelukannya.

   Keduanya melupakan empat pemuda lainnya yang kini memperhatikan mereka.

.
.
.
.
.
Next chapter 30

Huufttt, 2000 kata guys:)
Dan ini chapter yang lumayan sulit aku tulis.

Maaf yah kalau banyak typo atau kata yang tidak sesuai. Kemungkinan bakal ku revisi setelah cerita ini selesai nanti. Untuk sekarang mau fokus selesaiin alurnya dulu. Terimakasih.

Vote dan Komennya juga bestie. Suka banget baca komenanya kalian^^

Continue Reading

You'll Also Like

266K 11K 30
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
3.9M 309K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
298K 22.2K 34
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
5.2M 383K 54
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...