Stay Alive || Claazora Transm...

By waabee__

4.5M 615K 66.9K

(Open Po dari tanggal 09-30 September)(SEGERA TERBIT) Kiana putri Mahardika, seorang gadis berusia 18 tahun y... More

PROLOG
~1~
~2~
~3~
~4~
~5~
~6~
~7~
~8~
~9~
~10~
~11~
~12~
~13~
~14~
~15~
~16~
~17~
~18~
~19~
TOKOH
~20~
~21~
~22~
~23~
~24~
~25~
~26~
~28~
~29~
~30~
~31~
~32~
~33~
~34~
~35~
~36~
~37~
~38~
~39~
~40~
Baca!
Hallo Guyss^^
Open PO (09-30 September)
PO ke 2 (25 November- 15 Desember)

~27~

86.8K 12.9K 747
By waabee__


Karena udah mau puasa. Ntar aku upnya setelah buka puasa atau jam 10 malam. Ok!

Komen kalau ada typo yah, ntar kalau ada waktu, bakal ku revisi^^

~perselingkuhan Reno dan Kiara~

~H a p p y  R e a d i n g~


Flashback

05 Januari 2022,

"Gue pengen akhiri ini semua."

"Kenapa?"

   Kiara membalas tatapan Reno. Pemuda itu hanya menunjukkan wajah datarnya. Keduanya berada disebuah Cafe. Sepulang sekolah Kiara mengajak Reno untuk bertemu karena ingin membicarakan hal serius mengenai hubungan mereka.

"Apa karena lo takut ketahuan sama Ben?"

"Salah satu alasannya emang itu. Tapi cinta gue emang cuman buat Ben seorang. Gue emang terpesona sama lo pas pertama kali lo deketin gue sebulan yang lalu tapi itu cuman sementara doang."

"Lo yang maksa gue buat jadi pacar lo dan lo juga udah bilang sejak awal kalau gue bisa mutusin lo kapan aja kan?" Kiara menatap was-was pada Reno yang masih setia dengan wajah datarnya.

"Seharusnya gue nggak lakuin ini sejak awal. Ben cinta banget sama gue tapi gue malah hianatin dia. Gue benar-benar merasa bersalah banget."

"Ok, kalau itu keputusan lo,"

   Reno melipat kedua tangannya di depan dada. Sedangkan Kiara sedikit tidak percaya dengan respon Reno. Dia kira pemuda ini akan marah dan tidak terima. Mengingat Reno sangat berambisi selalu ingin bersamanya walaupun dia sudah tau kalau Kiara sudah memiliki pacar.

"Tapi bagaimana kalau Ben tau tentang lo yang pernah selingkuhin dia?" Reno menaikkan sebelah alisnya menatap bertanya pada Kiara.

"Gue bakalan jujur sama dia nanti. Mungkin dia bakal marah banget, tapi gue yakin dia nggak bakalan ninggalin gue." Kiara menunduk menautkan jari jemari yang menumpu pada pahanya. Suaranya terdengar pelan.

"Gue harap lo kasih tau dia lebih cepat, karena jangan sampai dia diberitahu sama orang lain."

   Kiara kembali mendongak menatap Reno. "Lo? Lo nggak marah kan karena gue udah mutusin hubungan kita? Lo nggak bakal bongkar ini semua sama Ben kan?" Kiara menggigit bibir bawahnya takut. Apalagi melihat Reno yang tertawa pelan.

"Yah gue bisa apa. Hati lo emang cuman buat Ben doang. Seperti kata lo, gue nggak masalah kalau lo bakal minta putus nanti dan ternyata itu hari ini."

"Tapi yakin, nanti Ben nggak akan ninggalin lo?" Reno menunjukkan smirknya, Kiara terdiam. Dia tidak tau, ada ketakutan besar walau dia sangat yakin kalau Ben tidak akan pernah meninggalkannya.

-----

   Setelah beberapa menit mereka menunggu, akhirnya pintu ruangan Zora dibuka. Zeynar dan Bara langsung berdiri dan berniat ingin masuk tapi masih ada Zila di depan pintu.

"Ck, minggir lo!"

   Zeynar mendorong kepala adiknya itu untuk menyingkir. Zila merengut kesal karena dia hampir saja tersungkur karena dorongan kakaknya itu.  Kemudian ikut masuk setelah Zeynar dan Bara sudah ada di dalam ruangan Zora.

   Zora terlihat duduk dipinggir ranjang dengan kepala yang sudah terlilit perban. Wajah bulatnya sedikit pucat dan berkeringat. Gadis dengan pipi tembem itu melihat Zeynar yang baru saja masuk ke ruangannya disusul oleh Bara dan Zila dibelakangnya.

   Ketika Zeynar sudah sampai di depannya. Zora langsung memeluk pemuda itu dan menyenderkan kepalanya yang berdenyut sakit didada bidang Zeynar.

"Aku mau pulang," Zora memejamkan matanya menikmati wangi yang memenangkan dari tubuh Zeynar.

   Zeynar mengecup pucuk kepala Zora berkali-kali. Ia membalas pelukan Zora dan mengusap pelan punggung gadis itu.

   Zila menaikkan alisnya, dia melihat Zora yang berubah manja ketika bersama Zeynar. Dan juga, kemana wajah datar nan sangar kakaknya itu. Ini seperti bukan kakaknya.

"Kita tanya dulu sama Dokter, apa Zora udah bisa pulang atau belum."

   Zora membuka pejaman matanya dan melirik Bara. Ia menatap datar kakaknya itu. Hal itu membuat Bara sedikit canggung dan melarikan pandangan dari Zora.

"Aku udah nanya tadi sama dokternya, Zey. Kalau aku udah bisa pulang. Nanti ada Bi Rika yang bantuin ganti perbanku di rumah." Zora mendongak menatap memohon pada Zeynar.

"Boleh kan?"

"Boleh, sayang."

   Zeynar tersenyum tipis, ia mengusap pelan kepala Zora dengan sayang. Sedangkan Zila menunjukkan ekspresi ingin muntah dan itu disadari oleh Zeynar. Pemuda itu langsung melirik tajam adiknya.

"Iya, tapi sebaiknya lo dirawat-"

"Dia mau pulang." Zeynar menekan setiap katanya, menatap datar ke arah Bara.

   Bara hanya bisa menghela napas pelan. Melihat Zeynar menggendong adiknya dan bersiap untuk keluar dari ruangan ini.

"Zila, Cepat!" Zeynar memerintah adiknya sebelum keluar dari ruangan tersebut. Zila melirik Bara yang masih terdiam, "lo nggak mau pulang?"

"Ck, kunci mobil gue di lo. Buruan! Ntar tuh setan ngamuk lagi." Zila ikut menyusul kakaknya tadi.

-----

   Zeynar membaringkan Zora dengan hati-hati di atas ranjang. Zora tertidur dipelukannya ketika diperjalanan pulang tadi.

"Kenapa Non Zora bisa terluka seperti ini Den?" Terdengar nada khawatir dari Bi Rika setelah melihat kepala Zora yang diperban.

   Sedangkan Bara hanya menghembuskan napas kasar. Ia melihat wajah adiknya yang tertidur pulas. Sembari memperhatikan Zeynar yang sedang melepas sepatu Zora.

   Bara menoleh kearah Bi Rika yang berdiri disampingnya. "Jangan kabarin Mama sama Papa soal ini."

"Tapi kenapa, Den? Nyonya sama Tuan harus tau keadaan Non Zora sekarang."

"Buat apa? mereka juga tidak mungkin  pulang. Mereka terlalu sibuk dengan bisnisnya." Jawab Bara dengan ekspresi datar.

   Zeynar berdiri dan berbalik menghadap Bara dan Bi Rika. Ia mendengar percakapan diantara mereka tadi. Zeynar melirik Bi Rika.

"Tolong jagain dia!"

   Bi Rika mengangguk kaku, ia merasa tidak nyaman dengan tatapan  dari pemuda yang satu ini. Sangat menakutkan, bahkan Bi Rika terus menunduk sejak dilihat oleh Zeynar.

   Zila ikut masuk ke dalam kamar Zora. "Kak, ada yang pengen gue omongin. Sama lo juga." Zila melirik Bara. Ekspresi wajah Zila kali ini lumayan serius.

"Kita bicarain di bawah." Zila keluar dari kamar tersebut lalu disusul oleh Bara. Sedangkan Zeynar kembali berjongkok untuk mencium sudut mata Zora sebelum keluar dari kamar.

"Cepat sembuh, pendek!"

   Zeynar mengelus sayang pipi tembem itu. Hal tersebut diperhatikan oleh Bi Rika. Kemudian Zeynar berdiri dan keluar dari kamar menyusul Zila dan Bara.

-----

   Bara, Zila dan Zeynar kini tengah duduk disebuah sofa yang ada di ruang tamu kediaman Danuardja. Bara dan Zeynar sedang menunggu Zila yang ingin membicarakan sesuatu yang serius.

"Tadi siang, dikantin, setelah lo ninggalin kantin gue dengar percakapan Reza sama teman-teman lo yang lainnya." Zila menatap Bara.

"Reza punya niat buruk sama Zora biar dia bisa milikin Zora." Zila kemudian melirik kakaknya."Lo pasti paham kan apa niat buruknya, Kak?"

   Mata Zeynar langsung berkilat tajam. Tangannya mengepal kuat, rahangnya mengeras menahan amarah.

"Lo lagi coba mau fitnah teman-teman gue," Bara melirik tajam Zila.

   Zila mendengus sembari tersenyum remeh, menyender  pada sofa yang dia duduki dengan melipat tangan di depan dada. Membalas tatapan Bara dengan santai dengan melipat kedua kakinya dengan anggun.

"Kenapa? Biasanya kan lo langsung percaya gitu aja tanpa adanya bukti." Zila tersenyum miring.

"Seperti lo yang langsung percaya gitu aja ketika dengar dari seseorang bahwa Zora pergi ke hotel dan mengira adek lo itu jalang tanpa adanya bukti atau liat keadaan yang sebenarnya seperti apa."

"Begitukan, Cleobara? Aah, kita kan nggak terlalu dekat jadi memang wajar sih kalau lo nggak percaya sama gue."

   Zila bangkit dari duduknya, ia melihat Bara yang duduk di depannya langsung terdiam. Tangan pemuda itu mengepal dengan kuat, bibirnya menipis menahan marah.

"Udah, kak. Kita pulang aja. Gue jadi kesal, seharusnya gue nggak perlu kasih tau lo tadi,"

"Jadi orang jangan terlalu bego!"

   Karena kesal dengan Bara, sebelum pergi keluar dari rumah itu. Zila menyempatkan untuk mengumpati Bara.

   Kini tinggal Bara dan Zeynar yang masih terdiam. Zeynar kemudian berdiri dari tempatnya berniat menyusul adiknya. Tapi terhenti karena perkataan dari Bara.

"Sekarang gue nggak peduli lo mau lakuin apapun sama Deadly. Karena mereka memang harus dapat balasan dari kelakuan mereka dan itu termasuk gue. Jadi, gue bakal tetap dipihak Deadly untuk mendapatkan balasan itu."

   Zeynar tidak menjawab, dia langsung pergi begitu saja dengan wajah dinginnya.

-----

   Zeynar merogoh ponselnya yang ada disaku celananya. Ia kini sudah berada di depan rumah Danuardja. Zeynar mencoba menghubungi seseorang dan menempelkan benda pipih tersebut ke telinganya.

"Iya, Bos?"

"Serang Markas Deadly malam ini. Hancurin apapun yang ada di sana dan beritau sama mereka kalau perang diantara Deadly dan Venomous akan terjadi besok malam." Ucapan Zeynar terdengar datar dengan mata yang menyorot dingin.

"Baik, Bos."

   Tanpa banyak tanya, Jey yang berada diseberang telpon tersebut langsung menjawab dengan tegas.

"Kumpulin juga semua anggota kita dan beritau sama mereka untuk bersiap melawan Deadly." Tanpa menunggu jawaban dari Jey. Zeynar langsung memutuskan sambungan telponnya.

"Woy, Kak!! Cepetan, gue tinggal nih." Teriak kesal Zila. Ia sudah capek menunggu kakaknya dari tadi. Sekarang dia tengah berdiri disamping mobil sambil menatap kesal kakaknya yang berdiri tidak jauh darinya.

-----

"Lo siapa?"

   Kiara menatap bingung seseorang yang sekarang duduk dihadapannya. Malam ini, dia dikejutkan dengan kedatangan seseorang di rumahnya. Kata Bundanya tadi sih, orang ini adalah siswa dari sekolah barunya.

"Kenalin, gue Ganjil Pradipta. Ketua osis sekolah Hanstanta."

.
.
.
.
.
Next chapter 28

Maaf yah, agak lama upnya, soalnya emang lagi malas aja🌚

Vote dan komennya, bestiiiiihhh, biar saya lebih semangat lagi🔥🔥🔥🔥

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 110K 58
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.5M 259K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
2.6M 150K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
430K 46.9K 21
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...