The Unwanted Queen || COMPLET...

By aristaptr

981K 76.4K 2K

[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjad... More

Hello!
The Unwanted Queen || 1
The Unwanted Queen || 2
The Unwanted Queen || 3
The Unwanted Queen || 4
The Unwanted Queen || 5
The Unwanted Queen || 6
The Unwanted Queen || 7
The Unwanted Queen || 8
The Unwanted Queen || 9
The Unwanted Queen || 10
The Unwanted Queen || 11
The Unwanted Queen || 12
The Unwanted Queen || 13
The Unwanted Queen || 14
The Unwanted Queen || 15
The Unwanted Queen || 16
The Unwanted Queen || 17
The Unwanted Queen || 18
The Unwanted Queen || 19
The Unwanted Queen || 20
The Unwanted Queen || 21
The Unwanted Queen || 22
The Unwanted Queen || 23
The Unwanted Queen || 24
The Unwanted Queen || 25
The Unwanted Queen || 26
The Unwanted Queen || 27
The Unwanted Queen || 28
The Unwanted Queen || 29
The Unwanted Queen || 30
The Unwanted Queen || 31
The Unwanted Queen || 32
The Unwanted Queen || 33
The Unwanted Queen || 34
The Unwanted Queen || 35
The Unwanted Queen || 36
The Unwanted Queen || 37
The Unwanted Queen || 39
The Unwanted Queen || 40
The Unwanted Queen || 41
The Unwanted Queen || 42
The Unwanted Queen || 43
The Unwanted Queen || 44
The Unwanted Queen || 45
The Unwanted Queen || 46
The Unwanted Queen || 47
The Unwanted Queen || 48
The Unwanted Queen || 49
The Unwanted Queen || 50
The Unwanted Queen || 51
The Unwanted Queen || 52
The Unwanted Queen || End
The Unwanted Queen || Extra Part I
The Unwanted Queen || Extra Part II
New Story!
Warning!

The Unwanted Queen || 38

12K 1K 15
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget to follow, vote, and comment on this story!
******

"Maafkan saya yang mulia," ujar Airish dengan sedikit gugup. "Saya tidak tahu harus menceritakan dari mana, tetapi inti dari percakapan mereka adalah," Evan menaikkan alisnya saat melihat Airish kembali menghentikan ucapannya.

"Mereka akan menculik Yang Mulia Ratu untuk menumbalkannya pada ritual yang akan dilakukan malam purnama. Dengan begitu kekuatan yang ada pada Ratu akan masuk ke dalam tubuh Kenzo." Lanjutnya membuat semua orang membulatkan matanya.

*****

"Shit!" Umpat Evan dengan amarah yang mulai menguasai dirinya.

"Malam purnama? Bukankah itu terjadi dua minggu lagi? Berarti kita masih sempat untuk membuat rencana." Usul Steve.

Airish menggelengkan kepalanya lemah dan menatap Steve dengan raut wajah sedih.

"Tapi masalahnya, meskipun mereka akan melakukannya pada malam purnama nanti, Kenzo tidak akan mengulur waktu untuk menculik Yang Mulia Ratu. Beberapa pengawalnya sudah dikerahkan untuk menuju kerajaan vampire." Jelas Airish.

Keterkejutan kembali dilanda oleh Evan setelah mendengar ucapan Airish. Seketika Evan beranjak dari tempat duduknya dengan tangan mengepal kuat hingga buku jari pria itu memutih. Suasana di ruangan itu menjadi sangat mencekam saat perubahan emosi dari Evan. Bahkan Airish memundurkan langkahnya dan bersembunyi di balik tubuh Leonard.

Tak lama kemudian, pintu berwarna silver itu terbuka, menampilkan Xavier memasuki ruangan dengan langkah tegas. Raut wajah pria itu terlihat begitu serius menandakan jika dia sudah mengetahui apa yang telah terjadi.

"Bagaimana mungkin kau mengirim istrimu ke istana vampire Evan?!" Geram Xavier saat pria itu telah berdiri tepat di depan Evan.

"Karena itu tempat terdekat dad! Aku tidak mungkin memerintahkannya kembali ke istana. Bagaimana jika seseorang mencegatnya di perjalanan?" Sahut Evan tak kalah dinginnya.

"Oh god! Kau bisa menghubungkan portal ke sana. Apa itu sangat sulit bagimu?" Ucapan Xavier sontak membuat Evan terdiam. Pasalnya ia tidak memikirkan masalah itu. Bahkan pikirannya sudah dipenuhi dengan Kenzo dan Livia, sehingga ia tidak memiliki rencana apapun untuk melindungi istrinya sendiri.

"Di sini dia lebih aman dibandingkan tempat itu. Cepat jemput dia sebelum kakek dan nenekmu tiba." Ujar Xavier dengan tegas sebelum melangkah meninggalkan ruangan itu.

"Shit!"

Brakk...

Evan kembali menggebrak meja kerja yang ada di hadapannya. Namun kali ini meja itu tidak tertolong, karena meja itu sudah terbelah menjadi dua. Saat itu juga Evan melangkah keluar dari ruangan meninggalkan Steve, Leonard dan Airish yang masih terdiam ketakutan melihat kemurkaan Evan.

'Dia lebih menakutkan dari Kenzo.' Batin Airish bergidik ngeri.

*****

"Di mana Alissya?!" tanya Livia saat memasuki aula tempat Kenzo berada.

Kenzo yang tengah duduk memejamkan matanya dengan sebelah tangan menopang dagunya seketika membuka matanya dan menatap tajam ke arah Livia.

"Bukankah kau sudah mengutus pasukanmu untuk menculiknya?" Tanya Livia lagi.

Kenzo tetap terdiam, tanpa berniat membalas ucapan Livia. Sebenarnya ia enggan untuk menerima kerja sama dari gadis itu, tapi ia tidak punya pilihan lain, karena sewaktu-waktu ia bisa menggunakan Livia sebagai senjatanya.

"Kenapa kau diam saja?!"

Kali ini Kenzo tidak bisa menahan dirinya lagi setelah mendengar suara Livia yang mulai meninggi. Saat itu juga Kenzo merapalkan sebuah mantra yang membuat tubuh Livia seketika tertarik dan berhenti tepat di hadapan Kenzo.

"Kau sangat berisik cantik. Lebih baik kau kembali ke kamarmu, biar aku yang mengurus hal itu." Ujar Kenzo dengan suara berat yang begitu pelan namun sangat tajam.

Livia menelan ludah saat melihat perubahan Kenzo. Sampai saat ini ia masih belum terbiasa dengan pria itu. Tatapan tajam dengan mata merah menyala, membuat Livia merasa bulu kuduknya mulai berdiri. Tanpa pikir panjang wanita itu langsung berbalik meninggalkan tempat itu.

Kenzo yang masih duduk di tempatnya, menatap tajam kepergian Livia. Saat itu juga Dominic datang dan menunduk hormat di hadapan Kenzo.

"Awasi wanita itu, jangan sampai dia berulah. Aku tidak ingin rencanaku hancur karena wanita itu." Ujar Kenzo.

"Baik Yang Mulia."

"Bagaimana dengan Airish?" tanya Kenzo membuat Dominic mendongakkan kepalanya dengan gugup sebelum kembali menundukkan kepalanya.

"Dia berhasil meloloskan diri dan sampai saat ini saya masih berusaha mencarinya. Dia berhasil menyamarkan aroma tubuhnya Yang Mulia." Kenzo menatap penuh menyelidik terhadap Dominic saat mendengar penuturan pria itu. Lalu ia mengibas satu tangannya memberi perintah pada Dominic untuk segera meninggalkan ruangan. Tanpa pikir panjang Dominic berbalik dan melangkah keluar untuk kembali melakukan tugasnya.

Dominic berjalan menuju sebuah ruang bawah tanah yang hanya diketahui oleh raja penyihir hitam sebelumnya yang tidak lain adalah ayah Kenzo, dan juga dirinya. Dominic menatap sekitar, memastikan jika tidak ada yang melihat dirinya masuk ke ruangan itu. Setelah dirasa aman, pria itu pun masuk dan menutup pintu rapat-rapat.

Siapapun orang yang memasuki tempat itu akan disuguhkan sebuah pemandangan yang sangat langka. Di mana, di dalamnya terdapat sebuah pohon yang menjulang tinggi. Bagaimana mungkin sebuah pohon bisa tumbuh dengan sangat tinggi di dalam ruangan bawah tanah. Namun itulah kenyataannya. Tempat itu dibuat khusus oleh raja terdahulu untuk keadaan tertentu.

Di sana, terdapat beberapa anak tangga untuk menuju ke arah pohon itu. Namun tidak sembarang orang yang bisa mendekati pohon tersebut. Dominic melangkah menaiki tangga dan berdiri tepat di depan pohon. Perlahan sebuah cahaya muncul membentuk sebuah pintu. Pintu yang menghubungkan kerajaan penyihir hitam dengan kerajaan lain. Pintu tersembunyi yang tidak diketahui oleh siapapun saat ini, kecuali Dominic. Bahkan Kenzo yang merupakan pemimpin kerajaan itu tidak mengetahui ruangan rahasia ini.

Di sinilah ia berdiri, di depan sebuah pohon tak jauh dari gerbang yang menjulang tinggi. Para penjaga gerbang seketika terkejut saat melihat kemunculan Dominic. Dengan sigap mereka mengarahkan pedang ke arah pria itu.

"Siapa kau?" Tanya salah satu penjaga.

"Aku ingin menemui raja kalian." Para penjaga itu menatap meremehkan pada Dominic. Salah satu dari mereka mendekati pria itu dan bersedekap di hadapannya. Dominic yang melihat itu hanya menatap dengan raut wajah datar.

"Berani sekali kau datang untuk menemui raja kami." Dominic terdiam, ia tidak ingin membalas ucapan penjaga tersebut sedikit pun. Sampai gerbang itu terbuka dan menampilkan seorang kaki tangan raja. Para prajurit tersebut pun seketika menundukkan kepalanya hormat.

"Tuan Darren."

"Ikut aku." Ujar Darren singkat lalu berbalik memasuki istana.

Dominic berjalan masuk, menyusul Darren yang lebih dulu memasuki istana, meninggalkan para penjaga yang terlihat kebingungan. Mereka tidak mengenal sama sekali pria yang baru saja masuk ke dalam istana dan bahkan mengenal Darren. Dengan begitu mereka dapat menyimpulkan jika pria itu mengenal raja terdahulu yang tidak lain adalah Xavier.

"Bagaimana kau bisa keluar dari tempat itu?" Dominic yang berjalan di samping pria itu langsung menoleh ke arahnya.

"Jalan rahasia." Darren menaikkan satu alisnya. Namun ia tidak menanyakan lebih lanjut, karena saat ini mereka telah sampai di depan pintu besar berwarna emas.

Di dalam sana, Xavier berdiri memandang keluar jendela dengan tatapan tajam. Bahkan pria itu masih terdiam saat Darren dan Dominic telah berdiri di belakangnya.

"Sepertinya ini tidak akan berjalan sesuai dengan rencana kita." Ujar Xavier tanpa mengalihkan pandangannya.

"Yang terpenting Airish sudah aman di tempat ini, aku akan berusaha sebisa mungkin untuk membantu kalian." Xavier berbalik saat mendengar ucapan Dominic. Pria itu tersenyum penuh arti.

Dominic, kaki tangan Kenzo, kini telah berkhianat terhadap rajanya sendiri hanya demi seorang wanita, Airish. Tidak ada satupun orang yang mengetahui jika Dominic-lah dalang di balik menghilangnya Airish dari kerajaan penyihir hitam. Kenzo yang terlalu mempercayai Dominic, tanpa mengetahui jika pria itu telah merencanakan sesuatu untuk membantu musuhnya.

Airish, wanita yang selama ini Dominic cintai. Dominic sangat tahu jika Moon Goddess telah merencanakan ini semua. Menjadi mate kedua dari Airish sangat menyakitkan bagi Dominic. Karena apa? Karena ia harus menyaksikan matenya sendiri disiksa oleh rajanya.

Semua orang tentu tidak akan percaya, bagaimana bisa seorang wanita bisa memiliki dua mate sekaligus. Jawabannya karena, Kenzo telah mereject Airish tepat wanita itu memasuki istana karena reputasinya sebagai penyihir yang baik. Tetapi Kenzo tidak bisa membiarkan Airish meninggalkan istana, karena beberapa petinggi telah mengetahui Airish adalah mate dari Kenzo. Petinggi istana terus mendesak Kenzo untuk segera menobatkan Airish menjadi ratu, sehingga Kenzo mau tidak mau membiarkan Airish menjadi ratu bonekanya.

Jahat? Tentu saja. Kekejaman Kenzo telah diketahui oleh seluruh rakyat penyihir hitam. Airish telah merasakan berbagai siksaan dari Kenzo dari awal ia menginjakkan kakinya di istana. Beberapa kali Airish memiliki kesempatan untuk melarikan diri, tetapi selalu ia urungkan.

Dominic yang saat itu tengah ditugaskan oleh Kenzo untuk berperang melawan klan lainnya, harus meninggalkan istana berbulan-bulan, bahkan bisa bertahun-tahun lamanya. Dominic mendengar kabar jika Kenzo telah menemukan matenya, tetapi ia tidak tahu siapa wanita yang telah menjadi ratunya.

Hingga akhirnya ia telah menyelesaikan tugasnya dan kembali ke istana. Sebuah Aroma memabukkan mulai merasuki indra penciumannya. Saat itu juga ia bertemu dengan Airish. Namun bukannya berasa senang, pria itu mengetatkan rahangnya saat mengetahui jika matenya adalah ratunya sendiri.

Airish yang mengetahui jika ia mendapatkan seorang mate dengan waktu yang sangat singkat sejak Kenzo merejectnya juga ikut terkejut. Pasalnya baru dua bulan ia direject oleh mate pertamanya, ia kemudian bertemu dengan mate keduanya. Moon goddess benar-benar membuat takdir yang sangat rumit.

Namun setelah Dominic mengetahui semuanya yang terjadi di istana selama kepergiannya, perlahan hatinya mulai luluh. Saat itu juga ia meminta pada Airish untuk menyembunyikan hubungan mereka dan berpura-pura untuk tidak saling mengenal. Airish berperilaku layaknya sebagai ratu, pasangan dari Kenzo. Bahkan ia berpura-pura untuk tidak menyukai adiknya sendiri di hadapan Kenzo padahal ia sama sekali tidak memiliki perasaan apapun kepada pria itu. Hal itu ia lakukan untuk pria yang ia cintai, Dominic.

Tanpa sepengetahuan yang lainnya, mereka sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Di sana mereka memberikan sebuah perhatian kepada satu sama lain. Terutama Dominic yang selalu merasa khawatir terhadap matenya.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan Airish masuk dengan raut wajah khawatir. Dominic yang melihat kedatangan Airish langsung menghampiri wanita itu dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Kau baik-baik saja?" Airish menganggukkan kepalanya dan tersenyum di dalam pelukan Dominic.

"Kau tidak perlu khawatir, Airish akan aman berada di sini." Ujar Xavier membuat pasangan tersebut melepaskan pelukannya.

"Lalu di mana Queen Alissya?" Pertanyaan Dominic membuat Xavier menarik nafas dalam.

"Evan baru saja menjemputnya."

Dominic mengangguk, "Lebih cepat lebih baik, sebelum Kenzo memerintahku untuk menculiknya."

*****

Suara langkah kaki Alissya terdengar jelas, menggema di setiap sudut ruangan. Wanita itu berjalan ke sana kemari dengan raut wajah gusar. Perlahan langit yang semula cerah, mendadak menggelap. Alissya yakin jika sebentar lagi akan turun hujan disertai badai. Tangan wanita itu tidak berhenti meremas ujung kain hanfu yang digunakannya.

"Evan sebentar lagi akan menjemputmu nak, kau tenang saja." Alissya mendongak mendengar suara ibu mertuanya, Crystal.

Alissya mengangguk, "Aku hanya sedikit cemas mom."

Semua orang yang ada di ruangan itu juga merasakan hal yang sama. Mereka cukup takut jika terjadi sesuatu pada Alissya. Meskipun Lord Jackson telah mengerahkan ribuan prajurit untuk menjaga istana itu. Tapi mereka tidak bisa menebak apa yang terjdi kedepannya.

Brakk...

Pintu terbanting dengan cukup keras. Semua orang menatap ke sumber suara. Di sana mereka melihat Evan yang masuk dengan langkah cepat.

"Evan," lirih Alissya.

"Yang Mulia," Lord Jackson dan yang lainnya memberi salam dan menundukkan kepalanya.

Evan memerintahkan semua untuk menegakkan tubuhnya, lalu berjalan menghampiri Alissya.

"Kau baik-baik saja?" Alissya mengangguk dan memeluk Evan dengan cukup erat. Tak lama kemudian, Alissya melepaskan pelukannya pada Evan dan mendongak menatap pria itu.

"Apa yang terjadi?" Evan menangkup wajah Alissya dan mengecup kening wanita itu dengan lembut. Namun Alissya bukannya senang, jantungnya malah berdegup kencang saat Evan tak kunjung membuka suara. Membayangkan sesuatu mungkin saja akan terjadi atau bahkan telah terjadi di luar sana.

"Sebaiknya kalian semua ikut denganku." Alissya menatap bingung, namun ia tidak bisa mengeluarkan sedikitpun pertanyaan yang ada di dalam pikirannya. Saat ini ia hanya ingin mematuhi ucapan suaminya dan tidak ingin merepotkan yang lainnya.

"Sebaiknya anda membawa Queen Alissya dan ibunya saja Lord. Kami akan tetap berada di sini, kami takut jika sewaktu-waktu mereka menyerang tempat ini." Evan mengangguk mengerti, lalu menatap Alissya, ibunya dan juga ibu mertuanya secara bergantian.

"Baiklah, hubungi kami jika kalian membutuhkan bantuan."

"Baik Yang Mulia."

Evan melingkarkan tangannya di pinggang Alissya dengan erat. Sebuah portal kemudian muncul di hadapan mereka. Lord Jackson dan Queen Nora menundukkan kepalanya saat melihat kepergian mereka dan kembali menegakkan tubuhnya saat melihat portal tersebut mulai menghilang.

Secara bersamaan, sebuah dentuman keras terdengar di depan istana kerajaan vampire. Pasangan tersebut seketika membulatkan matanya menatap satu sama lain, dan kemudian melesat keluar istana untuk melihat apa yang terjadi.

"Apa yang terjadi?!" Queen Nora menutup mulutnya terkejut menatap banyaknya prajurit yang tergeletak di atas tanah dengan kulit yang terlihat sangat pucat. Lord Jackson menggeram menahan marah saat menyadari jika kerajaannya telah di serang.

Saat ia ingin melangkah, manik mata pria itu menangkap sosok yang berdiri tidak jauh darinya dan tengah bertarung melawan penyihir-penyihir yang ada di sekelilingnya.

Lord Jackson melesat mendekati Evan dengan raut wajah terkejut. "Yang Mulia, kenapa anda masih ada di sini? Bukankah anda sudah pergi dengan yang lainnya?"

Seketika Evan menghentikan serangannya dan menatap tajam ke arah Lord Jackson. "Apa maksudmu?!"

Lord Jackson terdiam sejenak, "Anda baru saja pergi dengan Queen Alissya, Queen Crystal dan Charlotte melalui portal."

"Apa?!" Pekik Evan terkejut.

"Itu tidak mungkin Lord Jackson. Kami tidak ada masuk ke dalam istana. Sedari tadi kami bertarung di luar sini. Bahkan kami sudah berusaha menghubungi anda untuk membantu kami. Tapi tidak ada sedikitpun jawaban dari anda." Jelas Steve sontak membuat Lord Jackson menegang.

"Lalu siapa yang telah membawa mereka?!"

"Dia pasti telah mengubah wujudnya menjadi persis seperti Yang Mulia." Jawaban Steve membuat Evan mengeluarkan aura penuh mengintimidasi. Amarah mulai menyelimuti pria itu saat mengetahui musuhnya berhasil menculik istri dan keluarganya.

Langit mulai menggelap dengan suara petir yang saling bersahutan. Seluruh penghuni dunia immortal seketika memasuki rumah masing-masing saat menyadari bencana akan datang akibat kemurkaan raja mereka. Sedangkan Queen Nora menelan ludahnya susah payah saat melihat perubahan Evan dan bersembunyi di balik punggung suaminya.

"Tunggu pembalasanku Kenzo!" Ujar Evan menggeram marah penuh penekanan.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

1M 138K 47
"I'm Hanzel Lee Alpha of Dark Moon Pack reject you, Devia Alexander as my mate." Penolakannya terngiang-ngiang di kepalaku. Menghantarkan rasa bahagi...
182K 11.5K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
1.2M 94.8K 62
Bagaimana jika seorang King of Werewolf dikhianati matenya sebanyak 3 kali? Dialah Dareen Walcott. Seorang pria yang berpenampilan bak dewa yunani it...
134K 6.1K 39
Tamat!! Sebelum baca wajib vote, comen, share, dan fallow Seorang wanita yang lelah akan hidupnya didunia yang kejam pada dirinya, tapi malah dipe...