The Unwanted Queen || COMPLET...

By aristaptr

981K 76.4K 2K

[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjad... More

Hello!
The Unwanted Queen || 1
The Unwanted Queen || 2
The Unwanted Queen || 3
The Unwanted Queen || 4
The Unwanted Queen || 5
The Unwanted Queen || 6
The Unwanted Queen || 7
The Unwanted Queen || 8
The Unwanted Queen || 9
The Unwanted Queen || 10
The Unwanted Queen || 11
The Unwanted Queen || 12
The Unwanted Queen || 13
The Unwanted Queen || 14
The Unwanted Queen || 15
The Unwanted Queen || 16
The Unwanted Queen || 17
The Unwanted Queen || 18
The Unwanted Queen || 19
The Unwanted Queen || 20
The Unwanted Queen || 21
The Unwanted Queen || 22
The Unwanted Queen || 23
The Unwanted Queen || 24
The Unwanted Queen || 25
The Unwanted Queen || 26
The Unwanted Queen || 27
The Unwanted Queen || 28
The Unwanted Queen || 29
The Unwanted Queen || 30
The Unwanted Queen || 31
The Unwanted Queen || 32
The Unwanted Queen || 33
The Unwanted Queen || 34
The Unwanted Queen || 35
The Unwanted Queen || 37
The Unwanted Queen || 38
The Unwanted Queen || 39
The Unwanted Queen || 40
The Unwanted Queen || 41
The Unwanted Queen || 42
The Unwanted Queen || 43
The Unwanted Queen || 44
The Unwanted Queen || 45
The Unwanted Queen || 46
The Unwanted Queen || 47
The Unwanted Queen || 48
The Unwanted Queen || 49
The Unwanted Queen || 50
The Unwanted Queen || 51
The Unwanted Queen || 52
The Unwanted Queen || End
The Unwanted Queen || Extra Part I
The Unwanted Queen || Extra Part II
New Story!
Warning!

The Unwanted Queen || 36

13.4K 1K 7
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget to follow, vote, and comment on this story!
******

Livia berjalan menyusuri lorong penjara bawah tanah kerajaan demon. Ia memberanikan dirinya untuk menemui ayahnya. Meskipun ia tahu jika kedatangannya tidak akan membuat ayahnya senang.

"Aku ingin menemui ayahku." ujar Livia pada salah satu prajurit yang menjaga ruangan Lord Edgar.

"Anda harus meminta ijin pada Yang Mulia Raja terlebih dahulu Tuan Putri." sahut prajurit tersebut.

Livia menatap tajam saat mendengar penolakan dari pria itu. Namun tidak Livia jika akan menyerah begitu saja. Saat itu juga Livia langsung merapalkan sebuah mantra dan membuat prajurit tersebut merasakan sesak pada dadanya.

"Akh!"

Semua prajurit yang ada di penjara tersebut langsung berkumpul dan bersiap untuk menyerang Livia, sebelum sebuah suara menghentikan mereka.

"Hentikan Livia!" Saat itu juga mereka mendengar suara Lord Edgar dari dalam sana.

Pintu sel penjara terbuka menampilkan Lord Edgar keluar dengan raut wajah dinginnya. Livia yang melihat ayahnya langsung berjalan mendekati pria itu.

"Kenapa kau datang kemari nak?" Tanya Lord Edgar.

"Aku ingin menemui ayah," lirih Livia. "Semua orang tidak mempercayaiku, bahkan ibunda sekalipun. Saat ini aku hanya memiliki ayah di sisiku." Lanjutnya dengan menunduk sedih.

"Jika benar kau menganggap ayah penting untuk hidupmu, akuilah semua perbuatanmu nak. Dengan begitu ayah akan selalu ada untukmu." Sontak Livia mendongakkan kepalanya saat mendengar ucapan Lord Edgar.

"Tidak!" Ujar Livia dengan sedikit meninggikan suaranya. "Aku tidak akan mengakui kesalahanku!" Lanjutnya membuat Lord Edgar menghela nafas pelan.

"Baiklah, sebaiknya kau pergi dari sini nak. Ayah ingin beristirahat." Ujar Lord Edgar dan berbalik masuk ke dalam sel penjara. Namun langkah pria itu terhenti saat mendengar samar-samar suara yang berasal dari Livia.

"Jangan pernah melakukan hal bodoh lagi Livia. Jika kau berani melakukannya, maka ayah sendiri yang akan menghukummu." Ujar Lord Edgar dengan tegas sebelum menghilang dari balik pintu. Sedangkan Livia yang mendengar ucapan dari ayahnya langsung mengepalkan tangannya kuat.

"Aku tidak perduli!" gumam wanita itu sebelum akhirnya melangkah pergi menuju tempat yang ingin ia tuju. Tempat di mana ia bisa mewujudkan keinginannya.

*****

Kereta kuda yang mengantar Alissya telah berhenti di depan sebuah rumah yang cukup mewah yang ada di pusat kota. Di sana Charlotte sudah berdiri di depan rumah untuk menyambut kedatangan Alissya.

"Mommy!" teriak Alissya saat wanita itu sudah keluar dari kereta.

Saat itu juga Alissya langsung berlari berhambur ke dalam pelukan ibunya.

"Bagaimana perjalananmu nak?" Tanya Charlotte sambil mengusap surai panjang milik Alissya.

"Cukup melelahkan. Pinggangku sangat pegal karena harus duduk berjam-jam." Ujar Alissya dengan raut wajah kesal saat ia melepaskan pelukan dengan ibunya. Charlotte yang mendengar keluhan dari putrinya langsung terkekeh pelan.

"Baiklah, istirahatlah di dalam. Mommy akan membuatkan makan malam untukmu." Ujar Charlotte dan langsung dijawab anggukkan oleh Alissya.

Mereka pun masuk ke dalam rumah dengan beberapa pelayan di belakangnya. Tentu saja tidak lupa mereka memasukkan barang-barang milik Alissya.

"Bagaimana kabarmu Grace?" tanya Charlotte saat melihat kedatangan Grace yang baru saja selesai membereskan perlengkapan milik Alissya. Sedangkan Alissya sendiri sudah masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat sejenak.

"Kabarku sangat baik Char, apa ada yang bisa aku bantu?" Tanya Grace saat melihat Charlotte sibuk dengan peralatan dapurnya.

"Tidak perlu, sebaiknya kau istirahat di sana. Kau juga pasti lelah setelah perjalanan jauh." Ujar Charlotte sambil menunjuk ke arah sofa yang ada di ruang tengah.

"Tidak masalah, aku tidak selemah itu." Ujar Grace sambil terkekeh pelan.

"Baiklah jika kau memaksa, kau bisa memotong sayur itu." Ujar Charlotte dan langsung dikerjakan oleh Grace.

Mereka pun akhirnya memasak sambil berbincang dan bercanda gurau. Layaknya sahabat yang baru bertemu setelah sekian lama.

Sedangkan Alissya menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah ia sampai di kamarnya.

"Tempat tidur ini terasa begitu dingin." Ujar Alissya.

Bagaimana tidak, kamar itu tidak pernah sekalipun ditempati. Kamar itu akan terisi jika Alissya datang dan menginap di rumah tersebut. Selebihnya tempat itu hanya akan dibersihkan oleh Charlotte seminggu sekali.

Alissya menegakkan tubuhnya dan duduk di pinggir ranjang menghadap ke jendela yang ada di kamar tersebut. Kemudian ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati jendela. Perlahan tangan wanita itu tergerak untuk membuka jendela agar cahaya dan udara dapat masuk ke dalam kamar itu. Saat itu juga Alissya dapat merasakan angin yang berhembus menerpa wajahnya.

"Angin di sini sangat sejuk walaupun tempat ini berada di tengah kota." Ujar Alissya.

"Baiklah, apa yang harus aku kerjakan di tempat ini?" Lanjutnya sambil menopang dagu dengan satu tangannya.

"Ah benar! Mommy mempunyai kebun di tempat ini. Kalau begitu aku pergi berkebun saja." Ujar Alissya kembali berbicara seorang diri.

Saat itu juga Alissya berbalik dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya dengan lebih sederhana. Setelah itu ia langsung berjalan keluar menuju kebun milik ibunya yang ada di belakang rumah tersebut.

"Apa Alissya baik-baik saja selama di istana?" tanya Charlotte menatap Grace yang duduk di depannya.

"Kau tenang saja, aku tidak akan membiarkan siapapun melukainya." Ujar Grace mantap.

'Lagi' lanjut Grace dalam hati.

"Terima kasih Grace, aku tidak tahu harus membalas kebaikanmu dengan apa." Sahut Charlotte.

Grace yang mendengar itu tersenyum sebelum berkata, "Ini sudah tugasku untuk melindunginya. Kau tidak perlu membalas kebaikanku." Charlotte yang mendengar itu pun ikut tersenyum senang.

Tak lama kemudian, mereka melihat Alissya yang tengah menuruni tangga dengan langkah cepat. Charlotte yang melihat itu mengerutkan keningnya bingung.

"Kau ingin kemana sayang?" Tanya Charlotte.

"Aku akan pergi ke kebun sebentar saja." Sahut Alissya.

"Baiklah, segera kembali saat makan malam tiba." Alissya yang telah menerima ijin dari ibunya pun tersenyum senang, lalu kembali berjalan menuju belakang rumah tersebut.

"Aku akan mengikuti Alissya." Ujar Grace pada Charlotte.

"Awasi anak itu agar tidak mengambil pekerjaan yang berat." Ujar Charlotte yang langsung dijawab anggukkan oleh Grace.

Saat itu juga Grace menyusul Alissya ke kebun yang ada di belakang rumah, sedangkan Charlotte harus kembali membuat makan malam untuk mereka.

Namun saat Alissya sampai di kebun milik ibunya, langkah wanita itu terhenti sambil menutup mulutnya terkejut. Grace yang juga baru sampai di tempat itu ikut terkejut dengan apa yang telah mereka lihat.

"Apa yang terjadi di tempat ini?" Tanya Grace membulat terkejut.

Kebun yang sebelumnya terlihat begitu asri dengan berbagai sayuran dan buah-buahan yang tumbuh di sana, kini berubah menjadi kebun yang dipenuhi semak belukar. Bahkan seluruh sayuran dan buah-buahan yang ada di sana telah berubah menjadi hitam.

Alissya perlahan mendekati salah satu pohon tomat yang ada di sana. Ia menyentuh ujung daun yang telah menghitam. Saat itu juga ia dapat mencium aroma tak sedap dari tumbuhan itu. Alissya sangat yakin, pasti ada yang telah memberikan zat beracun pada tumbuhan yang ada di kebun milik ibunya.

"Siapa yang berani melakukan ini?" Gumam Alissya.

"Apa yang akan anda lakukan Queen?" Tanya Grace saat melihat Alissya masih terdiam di tempatnya.

"Masuklah ke dalam rumah dan cegah ibuku datang ke tempat ini. Aku harus mencari tahu siapa yang telah melakukan hal ini, dan aku juga harus mengembalikan kebun ini menjadi semula." Ujar Alissya dengan tegas.

"Baik Yang Mulia." Ujar Grace sambil menundukkan kepalanya. Setelahnya, ia kembali memasuki rumah untuk melaksanakan perintah dari Alissya.

Alissya pun segera memidlink William yang berada di istana untuk datang ke rumahnya. Meskipun ia seorang healer tentu William tahu sedikit mengenai zat-zat yang terkandung dalam tumbuhan itu. Ia tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan pria itu.

"Yang Mulia."

Alissya segera berbalik saat mendengar suara William. Saat itu juga ia melihat William telah berdiri di belakangnya.

"Cepat sekali kau datang. Padahal aku baru saja memanggilmu." Ujar Alissya sedikit terkejut.

William yang mendengar ucapan Alissya hanya mampu tersenyum sambil menundukkan kepalanya.

"Apa yang anda perlukan sehingga memanggil saya Yang Mulia?" Tanya William dengan sopan.

"Apa kau melihat tanaman di depanmu?" William yang mendengar itu langsung mengedarkan pandangannya. "Apa kau bisa membantuku mencari tahu zat apa yang terkandung di dalam tanaman ini?" lanjutnya.

William pun berjalan mendekati salah satu tanaman yang ada di dekatnya dan melakukan hal sama yang dilakukan oleh Alissya, yaitu memegang ujung daun yang menghitam dari tanaman tersebut.

"Ini bukan berasal dari zat Yang Mulia." Ujar William membuat Alissya mengerutkan keningnya bingung. "Ada seseorang yang menyihir tempat ini." Lanjutnya membuat Alissya membulatkan matanya.

"Apa kau yakin?" Tanya Alissya.

"Ya, saya sangat yakin. Jika ini berasal dari zat beracun, dia pasti akan meninggalkan sisa residu di permukaannya, dan anda lihat ini," ujar William sambil mengarahkan sebuah sihir pada salah satu tumbuhan. "Ini sihir yang saya gunakan untuk merusak tanaman ini. Bukankah mereka sama persis?" Lanjutnya.

"Kau benar." Ujar Alissya sedikit pelan.

'Lalu siapa yang telah melakukan hal ini?' Batin Alissya.

"Baiklah, kau bisa kembali ke istana William. Terima kasih sudah membantuku." Ujar Alissya tersenyum pada William.

"Baik Yang Mulia." Sahut William lalu menghilang di tempatnya membuat Alissya membulatkan katanya terkejut.

"Pantas saja dia bisa cepat datang ke sini, ternyata dia bisa berteleportasi." Ujar Alissya.

Alissya menghela nafas pelan. Akhirnya ia memutuskan untuk mengembalikan semua tanaman yang ada di kebun ibunya seperti semula. Lagi pula ia tidak mau ibunya melihat apa yang terjadi pada kebunnya.

Saat itu juga Alissya mengeluarkan kekuatannya dan melayangkan tangannya ke udara. Saat itu juga cahaya emas mengelilingi tanaman tersebut. Tanaman yang semula berwarma hitam, perlahan berubah menjadi hijau. Alissya bernafas lega karena bisa menggunakan kekuatannya dengan baik. Dengan begitu tugasnya dapat terselesaikan dengan cepat.

"Alissya, ayo kita makan malam." Alissya yang mendengar suara ibunya langsung berbalik dan terkejut melihat ibunya berdiri di ambang pintu.

'Apa mommy melihat apa yang aku lakukan tadi?' Batin Alissya.

"Hei kenapa kau diam saja?" Tanya Charlotte saat melihat putrinya hanya berdiri dan tidak merespond ucapannya.

"Ah iya mom, aku masuk sekarang." Sahut Alissya setelah tersadar dari pikirannya.

Alissya pun melangkah masuk ke dalam rumah untuk makan malam bersama yang lainnya. Selama itu juga Alissya tidak pernah mendengar pertanyaan dari ibunya tentang apa yang baru saja ia lakukan. Dengan begitu ia tahu, ibunya pasti tidak mengetahui apa yang telah terjadi dengan kebunnya.

"Aku akan kembali ke kamar untuk beristirahat. Selamat malam mom, Grace." Ujar Alissya sebelum melangkah menuju kamarnya.

"Selamat malam sayang." Sahut Charlotte.

Alissya berjalan dengan sedikit pelan sambil memikirkan perusak kebun ibunya. Bahkan hingga wanita itu sampai di dalam kamarnya, Alissya masih termenung dengan pikirannya.

"Apa yang kau pikirkan Queen?" sontak Alissya mendongakkan kepalanya saat mendengar suara seseorang. Saat itu juga ia terkejut saat melihat Evan berdiri di dekat jendela kamarnya.

"Sejak kapan kau berdiri di sana?" Tanya Alissya terkejut.

"Sejak kau masuk ke kamar." Sahut Evan membuat Alissya kembali terkejut.

'Kenapa aku tidak menyadari keberadaannya?' Batin Alissya.

"Karena kau sibuk dengan pikiranmu sendiri Queen." Sahut Evan setelah membaca pikiran istrinya. Alissya mendengus sebal saat mengetahui Evan telah membaca pikirannya.

Alissya pun melangkah mendekati Evan dan menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya. Wanita itu menghirup aroma tubuh suaminya yang dapat menenangkan dirinya.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Evan sambil mengusap puncak kepala Alissya.

Alissya yang mendengar itu pun menganggukkan kepalanya, "Ada yang merusak kebun mommy. Tapi aku tidak tahu siapa pelakunya." Sahut Alissya.

"Apa kau perlu bantuanku?" Tanya Evan.

"Sebenarnya aku tidak ingin mencari pelakunya, hanya saja aku takut jika dia akan melakukan hal ini lagi di saat aku tidak bersama ibuku." Jelas Alissya.

"Kau tidak perlu khawatir, aku akan memerintahkan beberapa pengawal berjaga di rumah ini." Alissya yang mendengar itu pun terkejut.

"Apa itu tidak masalah?" Tanya Alissya sambil mendongakkan kepalanya menatap Evan.

"Tentu saja Queen, ini juga demi keselamatan ibumu." Ujar Evan.

"Terima kasih Lord." Evan yang mendengar itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Apapun akan aku lakukan untuk dirimu Queen." Ujar Evan membuat Alissya tersenyum senang.

Perlahan tangan wanita itu menangkup wajah suaminya dan mengusap rahang tegas milik pria itu. Pesona Evan memang tidak akan terkalahkan. Sampai saat ini ia masih terpesona dengan tatapan tajam tetapi meneduhkan itu.

"Aku tahu jika kau sangat terpesona dengan ketampananku Queen." Sontak Alissya yang mendengar ucapan itu mendengus sebal.

"Lalu apa yang akan kau lakukan jika aku berhenti terpesona padamu Lord?" Tanya Alissya sambil menaikan satu alisnya dan menunjukkan senyum miringnya.

"Kau tidak akan bisa Queen." bisik Evan tepat di telinga Alissya sebelum bibir mereka saling bertemu.

Alissya cukup terkejut saat Evan tiba-tiba menciumnya dan menekan tengkuknya sedikit keras untuk memperdalam ciuman mereka. Namun tak lama Alissya mulai terbuai dengan ciuman yang diberikan oleh Evan, hingga ciuman yang semula penuh kelembutan menjadi lebih intens dan liar.

Perlahan ciuman itu mulai turun ke leher hingga ke bahu wanita itu, membuat Alissya melenguh merasakan sensasi yang sangat sulit untuk dijabarkan.

Evan tersenyum menyeringai saat melihat Alissya yang telah memejamkan kedua matanya dan menikmati setiap sentuhannya. Saat itu juga Evan mendorong tubuh Alissya hingga menempel pada dinding kamar dan kembali menyerang wanita itu dengan sentuhan lembutnya.

"Jangan di sini Lord, bagaimana jika ada yang melihat kita?" Bisik Alissya saat menyadari mereka tengah berada di dekat jendela kamar.

"Tidak akan ada yang melihat kita Queen, kau hanya perlu menikmatinya." Sahut Evan membuat rona merah muncul di kedua pipi wanita itu.

Alissya melingkarkan tangannya di leher Evan dan kembali menyatukan bibir mereka. Namun tangan pria itu tidak tinggal diam, ia berusaha melucuti pakaian bagian bawah milik Alissya dan mengangkat satu kaki wanita itu. Saat itu juga Evan langsung menyatukan miliknya dengan Alissya membuat mereka mengerang penuh kenikmatan.

Malam itu menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua. Mereka melakukannya berulang kali dan tidak memperdulikan suara erangan mereka yang memenuhi kamar tersebut.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

377K 34K 53
*** Takdir selalu tak terduga, suka atau tidak kita harus menjalaninya. Agnoraga Demetri Apollo, keturunan murni Dewa Serigala itu telah melenyapkan...
1.5M 78.3K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...
9.4K 782 7
Perjalanan baru dimulai ketika Bele telah nyaman dengan kehidupan barunya setelah merasakan patah hati terbesar, penyebab rasa sakit itu muncul kemb...
Mr. Jeon By jieekim

Teen Fiction

334K 23.5K 66
{MAAF! PART ACAK!} Jeon Jungkook namanya, dia CEO Jeon Crop. Dia udah punya anak, tapi belum menikah dan juga dia bukan duda. "nghhh~ shit!" umpat ta...