Stay Alive || Claazora Transm...

By waabee__

4.5M 616K 67K

(LENGKAP) Kiana putri Mahardika, seorang gadis berusia 18 tahun yang lumpuh sejak kecil dan memiliki penyaki... More

PROLOG
~1~
~2~
~3~
~5~
~6~
~7~
~8~
~9~
~10~
~11~
~12~
~13~
~14~
~15~
~16~
~17~
~18~
~19~
TOKOH
~20~
~21~
~22~
~23~
~24~
~25~
~26~
~27~
~28~
~29~
~30~
~31~
~32~
~33~
~34~
~35~
~36~
~37~
~38~
~39~
~40~
Baca!
Hallo Guyss^^
Open PO (09-30 September)
PO ke 2 (25 November- 15 Desember)
EPILOG

~4~

118K 16.2K 474
By waabee__


~Perasaan cinta yang bodoh~

~Selamat Membaca~

Ketika mobil yang ditumpangi Zora memasuki kawasan sekolah. Semua orang yang melihatnya entah itu yang berjalan kaki atau sedang memarkirkan kendaraannya langsung menjauh dari mobil tersebut. Kedatangan seseorang yang dijuluki sebagai Demon Queen memang selalu seperti itu.

   Mereka tidak mau berurusan dengan Claazora, karena jika ada seseorang yang berada didekatnya dalam radius kurang dari satu meter maka habislah orang tersebut. Claazora akan mempermalukannya dengan berbagai cara. Tidak ada yang bisa melawan karena dia mempunyai kekuasaan lebih tinggi dari mereka yang dia tindas.

   Claazora keluar dari mobil, dia melepas topi hitamnya dan menyisir rambutnya kebelakang. Aura kecantikannya kini memancar tanpa ia sadari. Zora menatap kagum bangunan didepannya ini, sangat luas dan besar.

   Kiana atau sekarang adalah Zora. Sebenarnya hari ini adalah hari pertamanya dia bersekolah selama hidupnya. Dikehidupannya dahulu sebagai Kiana, ia hanya menjalankan pendidikan dengan homeschooling.

   Puas memperhatikan sekitarnya, Zora kembali memakai topi hitamnya. Dia menyadari lirikan segan, kagum, heran, bingung dan penuh tanda tanya lainnya dari orang sekitarnya. Tapi dia berusaha untuk tidak peduli karena Zora sudah tau ini akan terjadi. Mereka semua pasti akan menyadari perbedaannya dan itu tidak bisa dihindarinya.

   Kiana adalah Kiana dan Zora adalah Zora. Keduanya memang tidak sama dan yang berdiri disini sekarang adalah Kiana. Tentu saja dia akan menjadi dirinya sendiri lagipula jika mengikuti sifat asli dari Zora, Kiana pasti tidak akan bisa. Karena lingkungan kehidupannya dulu sangat baik dan banyak dukungan disekitarnya. Beda dengan Zora, jadi Kiana akan berusaha memperbaikinya.

"Kiri atau kanan?" Gumam Zora pelan sembari menggigit bibir bawahnya bingung.

   Dia bingung akan mengambil langkah kemana. Zora tau dia berada dikelas berapa dan bayangan letaknya pun terlintas diotaknya. Tapi lagi-lagi dia bingung mengenai arahnya. Sekolah ini besar dan luas, ia tidak akan semudah itu menemukan kelasnya.

"Zora!"

   Zora kaget bukan main, padahal panggilan itu terdengar pelan tapi itu membuatnya tersentak kaget karena Cici yang muncul secara tiba-tiba.

"Kamu bikin kaget tau nggak!"

"Ma-maaf Zora,"

"Tidak masalah."

   Zora tersenyum tipis, ia senang melihat kehadiran Cici. Jadi dia bisa ke kelas dengannya karena Zora dan Cici sekelas.

"Kamu mau ke kelas kan? Ayo!" Ajak Zora semangat.

"Iya tapi...."

"Tapi?"

"Tasnya?" Cici menunjuk tas Zora.

"Huh? Tas?"

"Lo udah cuci tangan kan?!"

"I-iya Zora"

Grepp

Zora melempar tasnya dan langsung ditangkap oleh Cici.

"Bawain sampe ke kelas, awas! Jangan sampai tas gue lecet apalagi lo jatuhin. Karena tas gue itu mahal dan ada make up didalamnya yang harganya bahkan bisa beli harga diri sampah kayak lo, paham?!" Dengan menahan tangis Cici mengangguk cepat mendengar itu.

"Jawab iya!!!" Bentaknya lagi.

"I-iya Zora,"

"Bagus!"

   Zora meringis dalam hati ketika ingatan itu terlintas di kepalanya. Dia menatap Cici dengan menggaruk pelipisnya merasa bersalah.

"Mulai hari ini aku akan membawa tasku sendiri."

"Jadi, ayo ke kelas!!" Lanjutnya dengan semangat. Zora sangat tidak sabar memulai pembelajaran pertamanya hari ini. Tidak, bukan Zora tapi Kiana.

   Dia melangkah mendahului Cici yang masih mematung. Kejutan yang diberikan Zora hari ini benar-benar membuatnya tercengang dan serasa tidak bisa dipercaya.

"Kayaknya aku masih tidur deh, belum bangun dan masih di alam mimpi." Gumamnya dengan mengangguk kecil untuk meyakinkan dirinya. Dia menatap punggung Zora yang mulai menjauh.

"Tidak. Ini nyata." Gumamnya lagi serasa putus asa. Menyadari sesuatu, ia langsung berlari menyusul Zora yang sudah lumayan jauh.

"Zora!"

   Zora menghentikan langkahnya dan menatap bingung Cici yang masih berusaha mengatur napasnya, "ada apa?"

"Kenapa kamu kesini? Arah kelas kita kan kesana,"

   Zora terdiam, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Seharusnya tadi dia tidak pergi begitu saja dan menunggu Cici untuk pergi bersama. Tapi saking semangatnya dia dengan percaya diri melangkah begitu saja.

"Hahaha, kamu tau kan! sebenarnya kepalaku masih sakit jadi aku agak linglung." Jawabnya dengan tawa yang kaku.

"Ya udah! Ayo kesana tapi bersama."

   Zora langsung memeluk lengan Cici dan melangkah bersama. Walau sempat tidak siap karena ditarik dengan tiba-tiba tapi dia berusaha bersikap biasa. Melangkah bersama dengan seseorang yang dijuluki Demon Queen apalagi saling berpegangan tangan seperti ini tentu membuat orang-orang yang melihat menatap dengan berbagai macam ekspresi.

"Hari ini kamu terlihat berbeda dan sangat cantik Zora." Gumamnya tanpa sadar karena melirik Zora dari samping. Gadis itu terlihat lebih menawan dari biasanya. Jika diperhatikan sedekat ini, Zora sangat imut dan manis secara bersamaan.

"Aku juga baru tau kalau aku sangat cantik."

"Bukan hanya cara berbicaramu yang berubah, tapi penampilanmu juga, kamu bahkan tidak ber make-up tebal lagi. " Cici tanpa ragu mengeluarkan semua yang ingin  dia katakan.

   Zora menghentikan langkahnya, mereka sekarang berada ditengah koridor menuju kelas mereka. Ia menghela napas kasar sedangkan Cici mulai takut, sepertinya dia salah bicara.

"Bagaimana penampilanku? Apa masih terlihat seperti seorang pembully?" Zora menatap serius Cici.

"Se-jujurnya kamu terlihat lebih baik berpenampilan seperti ini daripada sebelumnya."

"Nah kan, tapi kenapa mereka masih takut denganku?"

   Zora mengeratkan topi yang dia pakai. Sejak tadi dia memperhatikan orang-orang disekitarnya sangat enggan berpapasan dengannya. Ada yang berputar balik dan ada juga yang melangkah sambil menempel pada dinding seperti cicak demi menjaga jarak darinya.

'Apa Zora yang asli semenakutkan itu?'

"Zora, ada Reza."

"Huh?" Zora melirik Reza dan kawan-kawan melangkah kearah mereka.

'Orang-orang yang harus dihindari'

   Zora menarik Cici untuk menepi seperti yang lainnya untuk membiarkan Reza dan teman-temannya lewat. Ia sedikit menurunkan topinya, berharap mereka hanya melewatinya saja.

   Tapi yang dia harapkan tidak terwujud karena sekarang Reza dan yang lainnya berhenti dan berdiri di depannya dengan Cici. Dia hanya diam dan menunduk, engggan menatap mereka. Sempat melirik tangan yang bertaut antara Reza dengan gadis yang kini bersembunyi ketakutan dibalik punggung Reza.

"Merubah penampilan, heh?" Reza memperhatikan Zora yang masih menunduk. Tidak seperti biasanya.

   Murid lain mulai berkumpul dan melihat kearah mereka. Ini sudah seperti tontonan wajib bagi mereka karena hampir setiap hari akan terjadi hal seperti ini.

"Cara baru buat narik perhatian lo Za." Ejek Ginan.

"Cih, nggak mempan,"

   Ginan dan Rendra yang mendengarnya tertawa mengejek. Sedangkan Cleobara hanya diam dan terus memperhatikan Zora yang hanya menunduk. Tidak seperti biasanya gadis itu seperti ini.

"Yang terlihat murahan dimata gue tetaplah murahan." Tekannya lagi.

"Alasan apa yang membuatmu menyebutku sebagai perempuan murahan?"

   Zora mendongak menatap Reza. Dia sedikit tidak terima dengan kata 'murahan' yang dilontarkan pemuda yang berdiri dihadapannya sekarang.

   Ginan dan Rendra tidak dapat menyembunyikan tatapan terpesona mereka ketika melihat Zora mendongak. Begitu pun dengan Reza, ia memperhatikan setiap jengkal wajah gadis didepannya ini yang biasanya memakai make-up tebal. Tapi kali ini wajah itu terlihat polos walau ada lebam samar jika diperhatikan sedekat ini. Kejadian menampar Zora kemarin terlintas diotaknya ketika melihat sudut bibir Zora yang terluka.

   Ada yang berbeda dari gadis ini. Dia terlihat lebih tenang, nada bicara yang berubah dan menjadi lembut. Dimana panggilan nama 'Kak Reza' yang selalu di imut-imutkan.

   Menyadari genggaman jemarinya pada gadis dibelakangnya mulai mengerat. Reza menatap tajam Zora yang juga menatapnya dengan datar.

"Lo ngejar-ngejar gue udah kayak perempuan murahan. Meskipun udah gue tolak berkali-kali tapi lo tetap nggak tau malu dan sadar diri kalau gue nggak akan pernah mau sama perempuan benalu kayak lo."

"Hanya sama kamu kan?" Tanya santai Zora. Membuat orang-orang disana terkejut. Sikap Zora tidak seperti biasanya.

"Aku hanya mengejarmu, hanya kamu yang kulirik. Aku bahkan tidak menatap cowok lain karena terlalu mencintaimu. Apa perempuan seperti itu yang disebut murahan?"

"Aku akui. Tindakan ku memang salah karena memaksakan perasaanku padamu. Tapi.....perasaan bodoh ini tidak akan mengganggumu lagi karena gadis benalu ini akan melupakan semua perasaannya padamu,"

   Sangat tenang, kata-kata itu keluar dari bibir Zora dengan nada lembut. Tapi membuat semua orang terdiam termasuk Reza yang kini menatap dalam Zora.

"Claazora menyerah akan dirimu Reza Rahadian Dadnandja. Kau bebas sekarang."

   Kedua mata mereka saling bertemu. Tapi kemudian Zora memutuskan lebih dulu dan menarik Cici untuk pergi dari situ.

"Lo ngerencanain apa lagi kali ini?"

   Zora menghentikan langkahnya. Dia kembali berbalik melihat Reza dan kawanannya. Semua orang merasakan aura yang dikeluarkan Reza sudah berbeda. Pemuda itu terlihat marah.

"Bukannya seharusnya kamu senang dengan perkataan ku tadi? Tidak ada rencana apapun dan aku juga tidak peduli kamu percaya atau tidak,"

   Zora membuka topi hitamnya dan menyisir rambutnya kebelakang. Cici tanpa sadar menatap kagum pada gadis itu, begitu pun dengan yang lainnya. Mereka semua terpesona akan  aura kecantikan Zora. Mereka tidak menyangka ternyata gadis yang dijuluki Demon Queen itu sangat cantik dibalik make-up tebalnya.

"Aku juga minta maaf untuk tingkahku selama ini yang mungkin sangat mengganggumu. Kamu sekarang bisa bebas bersama kekasihmu itu tanpa gangguan dariku lagi."

   Zora melirik Ginar yang sejak tadi bersembunyi dibalik punggung Reza dengan ekspresi takut. Kemudian ia kembali akan mengajak Cici pergi dari situ tapi sebelum itu dia kembali menoleh lagi.

"Satu lagi!" Reza masih menatap Zora dengan rahang yang sudah mengeras sejak tadi.

"Aku juga tidak peduli kamu mau memaafkanku atau tidak." Lanjut nya dengan senyum tipis. Kemudian Zora dan Cici benar-benar pergi dari situ. Semua orang membukakan jalan selebar mungkin untuk keduanya.

"Gila! Cantik banget!" Gumam Rendra tanpa sadar dan itu membuat Cleobara menatapnya tajam.

   Sedangkan jemari Reza sudah memutih karena kepalan ditangannya menguat. Sebenarnya kenapa dia sangat marah. Semua itu disadari oleh Ginar, ia menatap Reza yang terus melihat kearah Zora pergi tadi.

.
.
.
.
.
Next Chapter 5

Terimakasih sudah mau mampir membaca cerita ku, kalau bisa bantu share juga yah biar banyak yang baca dan aku bisa lebih semangat lagi><

Continue Reading

You'll Also Like

281K 21.3K 57
"๐•ฟ๐–Š๐–—๐–‘๐–Ž๐–๐–†๐–™ ๐–‡๐–†๐–Ž๐– ๐–˜๐–Š๐–ˆ๐–†๐–—๐–† ๐–‹๐–Ž๐–˜๐–Ž๐–, ๐–™๐–†๐–•๐–Ž ๐–๐–†๐–“๐–ˆ๐–š๐–— ๐–˜๐–Š๐–ˆ๐–†๐–—๐–† ๐–’๐–Š๐–“๐–™๐–†๐–‘" *** Bagaimana jadinya, jika seorang gadis berpin...
2.8M 176K 49
Bagaimana jika seorang gadis nerd dan sering dijadikan bahan bully di sekolahnya bertransmigrasi ke tubuh gadis antagonis yang berperilaku buruk? Hal...
553K 26.9K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
288K 25.6K 50
[๐…๐จ๐ฅ๐ฅ๐จ๐ฐ ๐š๐ค๐ฎ๐ง ๐ข๐ง๐ข ๐ญ๐ž๐ซ๐ฅ๐ž๐›๐ข๐ก ๐๐š๐ก๐ฎ๐ฅ๐ฎ ๐ฌ๐ž๐›๐ž๐ฅ๐ฎ๐ฆ ๐ฅ๐š๐ง๐ฃ๐ฎ๐ญ ๐ฆ๐ž๐ฆ๐›๐š๐œ๐š๐Ÿงก] [๐˜ฝ๐™š๐™ก๐™ช๐™ข ๐™ง๐™š๐™ซ๐™ž๐™จ๐™ž! ๐™ˆ๐™–๐™จ๐™ž๐™ ๐™–๐™ข๐™—...