DOOZY

By Sfiensa

1.6K 612 3K

⚠️ Warning ⚠️ !! Cerita ini mengandung kekerasan fisik !! _____________________________ Arsene Orc atau biasa... More

*PERHATIAN
Prolog
✧◝Cast◜✧
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Orc Visual
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28

Chapter 4

88 41 322
By Sfiensa

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

______________________________

Kaisa menjalankan kursi rodanya dengan cepat seraya membuka gerbang rumah panti. Nafasnya memburu seraya atensinya menatap lekat gagang pintu utama rumah panti. Kaisa membuka knop pintu dan segera meneriaki ibu panti beserta satu persatu anak panti. Nihil. Kemudian Kaisa memilih menjalankan kursi rodanya menuju kamarnya. Tiba-tiba maniknya menatap sebuah koper hitam, tentu saja koper tersebut milik Kaisa. Ibu panti telah menaruh semua barang Kaisa ke dalam koper tersebut tanpa membawanya pergi. Tak perlu berpikir panjang, Kaisa segera menemui satpam penjaga panti.

"Pak, kemana semua orang? Dan-" Perkataan Kaisa terpotong saat kedatangan Kaysen secara tiba-tiba. Kaisa mendengus kesal dan membuang muka. Kaysen berbincang sejenak dengan satpam tersebut, kemudian Kaysen mendekati Kaisa.

"Kaisa, ikut kakak!" Titah Kaysen. Setelah itu, Kaysen segera membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju mobil. Namun Kaisa tak bergerak sama sekali dan menatap aneh Kaysen.

"Kakak? Apa kamu lupa kita sudah tak memiliki hubungan kakak-adik lagi?" Tutur Kaisa seraya sedikit menekan kalimat nya. Kedua matanya sedikit memerah. Kaysen mendesah kemudian berbalik dan menatap Kaisa.

"Ikut saja jangan banyak tanya, cerewet!" Tegas Kaysen seraya menatap datar Kaisa.

"Never! " Cicit Kaisa seraya membuang muka.

Kaysen menghela nafas kasar. Setelah itu, berjalan cepat dan menarik paksa Kaisa menuju mobilnya. Kaisa sempat meronta-ronta minta dilepaskan, namun Kaysen tak mendengarkan rontaan Kaisa. Kemudian Kaysen melempar Kaisa ke dalam mobilnya dan membantu memasangkan sabuk pengamannya.

"Jika kamu berani untuk kabur, semua anak-anak panti akan saya habisi!" Ancam Kaysen dan berhasil membuat Kaisa menunduk ketakutan.

Kaisa mengepalkan kedua tangannya. Dia masih belum menyangka jika Kaysen akan seberani ini kepada dirinya. Kaysen memasangkan sabuk pengamannya dan segera menjalankan mobilnya. Di sepanjang jalan sepasang kakak-adik ini tak mengeluarkan satu kata pun. Kaisa menatap jendela luar seraya menahan air matanya agar tidak terjatuh bebas di pipi mulusnya.

Mobil Kaysen berjalan masuk ke dalam halaman memanjang yang mana di pinggirannya terdapat pohon bambu yang tumbuh lebat. Tempat ini berada di atas bukit yang minim polusi udara. Kemudian Kaysen menghentikan mobilnya dan segera keluar dari mobil. Setelah itu, Kaysen membantu Kaisa membukakan pintu mobil. Kaisa terperanjat, maniknya menatap ibu panti beserta anak-anaknya tengah menatap dirinya. Tiba-tiba Kaysen menarik paksa Kaisa dan melemparnya ke hadapan anak-anak panti. Dengan sigap Halena, Laurels dan Aubree menangkap tubuh Kaisa.

"Dengar semua! Jika dari kalian berani mendemo keputusan kami, maka satu dari kalian kami habisi sebagai ganti dari aksi demo kalian!" Tegas Kaysen dengan tatapan tajam. Sesekali maniknya menatap Kaisa yang tengah menatap dirinya. Kemudian Kaysen memberikan kunci rumah tersebut kepada ibu panti. Tak lama, Kaysen segera kembali ke dalam mobil dan kembali ke perusahaannya.

Ibu panti memimpin jalan menuju rumah besar tersebut seraya membawa koper miliknya dan milik Kaisa. Dibukanya pintu besar tersebut dan terpampang lah beberapa furniture antik yang menghiasi ruang tamu yang langsung terhubung dengan ruang tengah. Setelah itu, ibu panti membagi kamar satu persatu untuk anak-anak panti. Saat pembagian kamar, tiba-tiba semua anak-anak panti tercengang mendengar perkataan ibu panti tentang pembagian kamar untuk Kaisa. Memang sedikit tidak adil. Kaisa diberi kamar untuk dirinya sendiri.

"Kalau kaisa dapat satu kamar, seharusnya kita juga dapat dong, bu!" Tegas Lydia. Dia memang tidak suka dengan Kaisa sejak awal ditambah dengan perkataan ibu panti barusan membuat Lydia semakin membencinya.

Ibu panti hanya dapat menghela nafas, "Maaf anak-anak, ini sudah menjadi keputusan bulat saya. Sekarang kalian segera menuju kamar kalian, jika ada yang keberatan dengan keputusan saya maka kalian boleh keluar dari rumah ini.". Setelah mendengar perkataan ibu panti, semua anak panti hanya terdiam. Beberapa anak panti terlihat melenggang ke kamarnya, sisanya hanya bisa mengeratkan kopernya dengan sesekali menatap sinis Kaisa. Lydia mendekati Kaisa dengan tatapan tajam.

"Hey anak baru! Jangan sombong dulu, gue tahu kalau lo adik dari pria yang sudah mengusir kami. Semua rahasia lo gue pegang semua. Kalau lo berani macam-macam, jangan harap lo bisa tidur di rumah ini lagi!" Tegas Lydia seraya menyenggol kasar bahu Kaisa.

*****

Kaysen mendatangi kantor Papahnya. Dia meminta untuk mengulur waktu untuk pergi ke luar negeri dengan alasan Kaysen mendapat klien baru. Tidak sepenuhnya berbohong, karena sebelumnya sekretaris Kaysen telah memberitahu bahwa akan ada klien baru yang ingin bekerjasama dengan perusahaannya Kaysen. Kemudian papahnya hanya mengangguk.

"Bagaimana dengan tempat panti itu? Kapan akan dihancurkan?" Tanya Kaysen dengan hati-hati.

"Sebelum itu, apa semua barang yang ada di panti sudah dibawa semua?" Balas Papahnya dengan datar dan tatapannya sedikit menusuk indera penglihatan Kaysen.

"Saat mereka keluar, mereka hanya membawa barang-barang pribadi mereka. Dan sebelum itu, kepala panti mengatakan bahwa semua sisa barang-barang yang ada di panti tidak mereka perlukan lagi." Tutur Kaysen seraya mengendorkan sedikit dasinya.

"Kalau begitu, lelang saja semua barang-barang itu. Jika tidak ada satupun yang terjual, bakar saja!" Tegas Papahnya. Kaysen hanya mengangguk mengerti setelah itu keluar dari ruangan ini.

Kaysen menghela nafas setelah keluar dari ruangan yang digadang-gadang sebagai neraka dunia. Tidak heran juga karena pemiliknya adalah seorang raja iblis. Kemudian Kaysen kembali ke kantornya untuk mengurus klien baru yang berminat bekerjasama dengannya.

Kaisa membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur yang begitu luas. Keadaan yang membingungkan membuat tubuhnya merasa lelah bagaikan sedang ditimpuk sebuah bom besar. Perasaannya masih bersalah kepada anak-anak panti tentang pembagian kamar. Dia takut jika Halena, Laurels dan Aubree akan membenci dirinya juga seperti Lydia. Namun pikiran-pikiran tersebut segera Kaisa singkirkan. Karena yang terpenting sekarang adalah mencari tahu alasan dibalik Kaysen melakukan ini semua.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk jendela kamarnya. Lalu Kaisa segera bangun dan naik ke kursi roda. Setelah itu mendorong kursi rodanya hingga muka jendela. Kaisa membuka jendela tersebut. Angin sepoi-sepoi yang meminta masuk berlarian di kamar Kaisa bahkan sesekali menabrak rambut Kaisa. Tiba-tiba dia melihat tanaman bambu berwarna merah berdiri tegak tepat di depan jendela. Kaisa meneguk salivanya. Sebenarnya dia takut dengan makhluk itu, dia takut jika makhluk itu datang kembali dan membunuh dirinya.

Dengan cepat Kaisa menutup jendela tersebut. Detak jantung Kaisa berdegup kencang layaknya orang habis berlari. Kemudian Kaisa dengan cepat keluar dari kamar dan menuju ruang tamu.

"Kumohon jangan datang!" Jerit Kaisa dalam hatinya.

Kaisa sampai di rumah tamu. Tangan kanannya menyentuh detak jantungnya yang berdegup kencang serta nafasnya yang tersengal-sengal.

"Kaisa? Kamu kenapa?" Tanya Halena dengan cemas. Sontak, Kaisa langsung menetralkan nafasnya.

"Aku nggak apa-apa kok, cuma tadi ada kecoak aja di kamar. Aku takut kecoak soalnya," Balas Kaisa seraya tersenyum dengan gigi putihnya yang berjejer rapih menampakkan diri. Halena, Laurels, dan Aubree menghela nafas lega. Mereka takut jika terjadi sesuatu pada Kaisa, karena mereka tahu jika Lydia yang licik itu membenci Kaisa. Sehingga mereka pikir Lydia segan-segan mengerjai Kaisa agar keluar dari rumah ini.

"Kamu yakin itu kecoak?" Tanya Laurels, dia merasa sedikit ganjal dengan Kaisa saat ini. Dia tidak munafik hanya saja perasaannya sedikit ganjal tentang Kaisa hari ini.

"I-iya, tapi udah keluar kok dari jendela. Cuma, iya aku masih takut aja," Balas Kaisa dengan tersenyum kaku. Dan dibalas anggukan dari Laurels.

Tiba-tiba seorang laki-laki dengan tubuh tinggi serta beberapa orang dibelakangnya dengan tubuh kekar masuk ke dalam rumah ini tanpa izin. Laki-laki tersebut menatap tajam Kaisa seolah bertanya kenapa dia ada disini. Namun Kaisa hanya memalingkan wajahnya.

"Hey anak kecil! Siapa kalian? Beraninya kalian masuk ke kediaman tuan kami? Siapa yang menyuruh kalian?" Tegas seorang laki-laki bertubuh kekar kepada Halena.

"Kami bukan anak kecil! Kediaman tuan kalian? Maaf ini kediaman kami. Seharusnya yang tanya itu kami, siapa kalian? Masuk tanpa izin, tidak ada sopan santun!" Tegas Halena seraya melototi laki-laki bertubuh kekar itu.

Laki-laki bertubuh kekar tersebut langsung mendatangi Halena dan mencekiknya tanpa ampun. Laurels dan Aubree berusaha melawan orang-orang kekar itu. Namun sayangnya, mereka mendapat perlawanan dari orang-orang itu. Laki-laki yang disebut tuan memberi isyarat kepada bawahannya itu untuk melepaskan Halena. Setelah Halena di lepaskan, laki-laki tersebut meminta agar semua anak-anak panti keluar dari rumah ini. Kaisa menolak mentah-mentah perkataan laki-laki itu.

"Kamu pikir saya tidak berani kepada wanita?" Tutur Laki-laki itu seraya menjepit dagu Kaisa dengan kuat.

"Ini rumah saya, kalian yang hanya orang asing disini berani menantang saya?" Tambah laki-laki ini seraya sedikit mengedarkan pandangannya kepada anak-anak panti.

Ibu panti yang sedang merapikan baju-bajunya ke dalam lemari pakaian terganggu akibat kebisingan di lantai bawah. Kemudian ibu panti keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu. Alisnya hampir menyatu setelah melihat beberapa laki-laki bertubuh kekar serta laki-laki bertubuh tinggi memakai kemeja tengah menatap tajam anak-anaknya.

"Ada apa kalian kemari?" Tanya ibu panti seraya menuruni tangga. Laki-laki yang disebut tuan menatap Ibu panti dengan tatapan remeh.

"Apa saya harus memberi alasan kepada kalian tentang keberadaan saya dirumah saya sendiri?" Tutur Laki-laki tersebut.

Ibu panti menghela nafas, lalu memberi isyarat kepada anak-anaknya untuk pergi ke kamarnya. Mereka menurutinya kecuali Kaisa. Dia terus menatap laki-laki itu dengan seksama. Bola matanya yang berwarna biru laut terasa tidak asing di mata Kaisa. Samar-samar Kaisa mendapat ingatannya tentang mata biru itu. Ingatan tentang mata itu menatap tajam Kaisa seolah ingin memangsanya.

"Kaisa," Tutur ibu panti seraya menepuk pundak Kaisa. Kemudian Kaisa memutar kursi rodanya dan pergi ke kamarnya yang berada di lantai satu.

"Maaf, apa sebelumnya anda bisa memberi bukti kepada saya jika rumah ini adalah rumah anda?" Tutur ibu panti dengan hati-hati. Kemudian laki-laki bertubuh kekar memberikan sebuah map kepada tuannya.

"Ini bukti bahwa saya adalah pemilik rumah ini!" Tegas sang Tuan.

Ibu panti membuka map tersebut. Hanya helaan nafas, kemudian ibu panti memberikan map tersebut kepada pemiliknya. Ibu panti menatap lekat lelaki tersebut. Malamnya, ibu panti berjalan perlahan menuju kamar Kaisa. Ditatapnya Kaisa tengah berdiri di depan jendela yang terbuka.

"Kaisa," Panggil ibu panti seraya berjalan mendekat. Namun Kaisa tak menoleh, pandangannya lurus ke depan. Tiba-tiba ibu panti tersadar jika Kaisa dapat berdiri kembali.

"Kaisa, kamu bisa berdiri? Syukurlah ibu senang kamu bisa berdiri kembali," Tutur ibu panti yang berada di belakang Kaisa.

"Pembunuh!" Lirih Kaisa tanpa menatap ibu panti. Pandangannya masih lurus ke depan. Lalu beberapa saat kemudian Kaisa terisak. Ibu panti memegang pundak Kaisa. Namun Kaisa tiba-tiba tertawa lepas. Ibu panti mengernyit. Entah apa yang terjadi dengan Kaisa, ibu panti membalikkan tubuh Kaisa. Ibu panti terkejut saat iris Kaisa berubah menjadi merah darah dan di area mulutnya terdapat sedikit bercak darah.

"Kaisa- kamu kenapa?" Tanya ibu panti dengan nada khawatir. Namun Kaisa hanya terdiam seraya menatap tajam ibu panti.

"Apa yang terjadi sama kamu, Kaisa? Katakan!" Rintih ibu panti. Kemudian Kaisa menepis tangan ibu panti yang berada di pundaknya.

"PEMBUNUH! PENYIHIR!" Pekik Kaisa. Lalu mendorong ibu panti hingga terbentur dinding. Kaisa tertawa terbahak-bahak. Semakin besar emosinya, semakin pekat irisnya. Kaisa menyeringai.

"Kenapa anda masih hidup sampai sekarang? Apakah anda tak pernah menyesal? Kenapa orang bodoh sepertiku selalu mendapat kesialan? KENAPA?!" Tutur Kaisa seraya menekankan kalimat terakhirnya. Lalu Kaisa berjalan menuju ibu panti.

Plak!

Kaisa menampar ibu panti, lalu berjongkok di hadapannya dengan seringaian iblisnya.

"Hei! Aku kembali- segeralah selamatkan nyawamu yang begitu banyak karena sebentar lagi aku akan mencabut seluruh nyawamu!" Tutur Kaisa seraya menyeringai.

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

639K 33.6K 46
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
1.1M 95.9K 48
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
134K 179 14
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
7.1M 371K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...