Hipokrit ✔️

By cutputrikh

361K 89.6K 61.5K

❝Dunia ini dikelilingi oleh orang-orang yang pandai berpura-pura.❞ [.] Baru 14 hari berstatus sebagai anak... More

|Prelude
1| Bingkisan
2| Jangka
3| Teror
4| Kecemburuan
5|Teror Lagi
6| Benci Sentuhan
7| Merasa Bersalah
8| Curiga
9| Kamera
10|Loker Radheya
11| Gelang
12|Banyak Tanda Tanya
13|Salah Sasaran
14| Minuman
15| Menuduh
16|Tabur Tuai
17| Penasaran
18|Investigasi
19| Hati-hati
20|Pusat Perhatian
21|Stereogram
22|Perihal Menfess
23| Kehilangan dan Party
24|Hampir, Jurnal, dan Rencana
25| Flashdisk
26|Mabuk
27|Perangkap
28|Sebentar Lagi
29|Masalah
30|Tidak Banyak Waktu
32|Membungkam
33|Sebuah Janji
34| Siapa Penyebarnya?
35|Kebohongan
36|Sulit Percaya
37|Postingan Terakhir
38|Dicurigai Tersangka
39|Penyesalan
40|Peneror
41|Deja vu
42|Pengakuan
43| Akhirnya Berjumpa
44|Mengetahui Semuanya
45|Akhir dari Semuanya
HIPOKRIT SEASON DUA

31|Ancam-Mengancam

3.5K 1.1K 907
By cutputrikh

Hai! Jam berapa dapat notif hipokrit?

Spam love item dulu seperti biasa🖤

Kalau ada typo dan hal-hal yang mengecohkan lainnya tolong tegur yah, selamat membaca^^


"Lo ngajakin gue ketemuan?" Ethan bertanya.

Lelaki itu meletakkan sebelah tangannya di saku, berjalan mendekati gadis yang tengah bersandar sembari bersedekap dada di selasar yang sepi.

Sheryl menoleh dan mengangguk. "Iya."

"Buat?"

"Gue mau lo bantuin gue. Dapetin tanda tangannya Rayyan. Secara, dia sekarang ketua osis kita."

Ethan menaikkan sebelah alisnya. "Lo merintah gue?"

Sheryl terkikik geli. "Lo nya aja kali yang ngerasa?"

Ethan mendengus sinis. "Atas dasar apa lo berani merintah gue, hm?"

Sheryl tertawa pelan mendengar itu. Terasa menarik. Kemudian membalikkan badannya menghadap Ethan sembari bersedekap dada.

"Lo lupa?" Sheryl memajukan wajahnya lalu berbisik. "Gue punya kartu as lo."

Ethan tercengang, menatap perempuan di depannya ini tanpa suara.

"Gue bisa aja bongkar soal kita ke Alezian kalo lo nggak mau bantuin gue."

"Lo... ngancem gue?"

"Bisa dibilang gitu?" Sheryl menaikkan sebelah sudut bibirnya. "Kebayang dong apa jadinya kalo Alezian tau kita pernah berhubungan?"

Sheryl belagak menutup mulut. "Ah, dia pasti bakal ngamuk dan lapor ke bokap lo soal lo yang diem-diem nyelundupin barang ilegal dan ngejalanin bisnis kotor selama ini. Which is bakal bikin lo dalam masalah. Lo nggak mau kan posisi lo sebagai anak terancam?"

Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Ethan mendengar ancaman demi ancaman yang Sheryl lontarkan. Yang ia lakukan hanya menatap Sheryl dalam.

"Atau lebih parahnya... Alezian bisa ngelakuin hal lebih gila dari yang kita pikirin karena tau lo khianatin dia!" Sheryl belagak membelalakkan matanya kaget, lalu menutup mulutnya penuh drama.

"Apa mau lo?"

Sheryl tertawa, kalimat itu yang ia tunggu-tunggu. "Lo harus dapetin tanda tangannya Rayyan. Selama ini rencana gue berjalan lancar karena Rafathan masih bisa diajak kerjasama. Tapi gue nggak yakin Rayyan bisa. Gue perlu cairin dana osis segera ke tangan gue sebelum ujian. Dan jangan sampai ketahuan!" Sheryl menuding Ethan.

"Lo satu-satunya yang bisa gue andalin karena lo sama Rayyan udah deket dari lama kan? Kalau lo nggak mau bantu gue, gue bakal-"

"Jangan kasih tau Ezi, Sher! Jangan! Gue mohon sama lo buat rahasiain soal kita dulu dari Ezi atau gue bakalan gawat!" Ethan mengatupkan kedua tangannya sembari memejam mata, memohon penuh harap.

Sheryl menaikkan sudut bibirnya, merasa seakan ia berada di atas siapapun sekarang.

Namun baru sekejap ia merasa tinggi, Ethan dan tawanya yang pelan-pelan mengudara membuat senyumnya sontak meluntur. Ethan tergelak sampai perutnya seakan sakit, lalu menaikkan tatapannya pada Sheryl. Dengan sunggingan senyum miring yang kentara.

"Itu yang mau lo dengar dari gue kan?" Ethan terkekeh. "Sheryl, Sheryl. Siapa lo bisa ngancem gue, hm?"

"Lo cuma modal ngomong doang udah berasa di atas ya?" Ethan tertawa sinis.

"Mungkin lo nggak tau kalau gue punya rekaman video pas kita-" Ethan mendekatkan wajahnya, berbisik penuh sensual, "lagi ngelakuin itu."

Plak!

Ethan terkesiap saat Sheryl menampar pipinya. "Anjing! Lo rekam gue?"

Ditatapnya gadis itu dari atas sampai ke bawah dengan pandangan yang membuat Sheryl merasa risih. "Gue rekam semuanya. Badan lo yang terekspos tanpa sehelai kain pun, muka lo yang horny itu, bahkan desahan lo semuanya ada di video yang gue punya."

Sheryl terbelalak, ingin menampar lelaki itu namun tangannya telah lebih dulu ditampis oleh Ethan.

"Gue balikin sekarang semuanya ke lo. Apa jadinya kalau semua orang tau soal video itu, hm? Siapa yang lebih terancam di sini? Oh, bahkan nasib lo mungkin bakalan nggak jauh beda sama Radheya waktu videonya kita sebar dulu. Jadi masih berani merintah gue?"

Ethan mendengus sinis, membalikkan badannya hendak pergi namun Sheryl dengan cepat menahan tangannya.

"Gue mohon sama lo jangan sebar videonya. Gue bisa hancur kalo lo beneran sebar videonya!"

"Really?" Ethan tersenyum miring, berupaya melepaskan cekalan Sheryl yang semakin erat. "Tapi sayangnya gue udah sakit hati sama perlakuan lo tadi."

"Sorry! I really really fuckin' sorry. Gue salah. Iya, gue salah! Gue bakal lakuin apa pun yang lo mau asal lo nggak sebar videonya."

"Lo bakal lakuin apa pun?" Ethan terlihat tertarik.

"Ya."

"Kalau gitu, bantu gue deketin Raline."

"Hah? Raline?"

"Ya. Bantu gue. At least supaya gue berhasil tidur sama dia. Kalo gue dapetin videonya, gak hanya gue yang dapet enak, tapi kita semua."

"Videonya bisa dipakai buat anceman supaya Raline nggak bocorin soal apa yang dia tau tentang rahasia kita semua."

[.]

"Affan!" Raline memanggil tatkala Affan hendak berbelok menuju tangga.

Lelaki berkacama itu spontan terkejut begitu menyadari Raline ternyata mengikutinya sedari tadi. Affan hendak kabur namun Raline sudah lebih dulu menarik kerah belakangnya.

"Lo mau lari lagi dari gue hah? Lo itu sus banget ya!"

"Enggak!" Affan menggeleng, berusaha melepaskan diri dari Raline. Raline melepaskannya saat memojokkan lelaki itu di samping tangga.

"Lo nggak bisa kabur lagi!"

"Aku... aku nggak salah apa-apa! Kenapa kamu menghadangku?"

"For real?" Raline melipat tangan di dada. "Kalo lo nggak ngerasa salah apa pun, kenapa lo terus kabur tiap lihat gue?"

"A-aku..." pandangan lelaki berkaca mata itu kemana-mana, seolah sedang mencari alasan.

"Dengan lo kayak gini, semakin kentara kalau ada sesuatu yang lo sembunyiin!"

Affan menatap Raline bergemetar tatkala gadis itu pelan-pelan berjalan ke arahnya. "Gue udah tau soal apa yang lo lakuin sama Radheya!"

Affan membelalakkan matanya.

"Gue bener-bener nggak expected kalau cowok kayak lo berani-beraninya ngelakuin hal menjijikan kayak gitu ke Radheya! Gue udah tau semuanya! Lo nggak bisa kabur lagi."

"K-kamu... udah tau semuanya?"

Raline terus mendekatinya dengan tatapan penuh peringatan bahwa Affan tidak dapat lagi macam-macam. "Iya, dan lo terlibat sama kasusnya Radheya. Karena gue punya buktinya."

Affan menggelengkan kepalanya. "Ng-nggak! A-aku ng-nggak!"

"Lo salah satu alasan yang bikin Radheya mati!"

"B-bukan! B-bukan a-ku!"

"Itu lo!"

Affan menggelengkan kepala, menyanggah semua tuduhan yang Raline lontarkan padanya. "Aku cuma disuruh!"

"Hah?" Raline menaikkan alis bingung.

"Dia yang nyuruh! Aku nggak kasih racun! Aku cuma kasih obat! Bukan di minuman, tapi di kue! Bukan aku! Bukan aku pelakunya."

"Kue?" Raline terdiam. Kembali mengingat hari di mana Affan pertama kali memberikannya sesuatu.

Affan membekalinya kue. Kue itu ternyata diberi obat?

Raline sontak mencengkeram kerah Affan. "Kurang ajar! Lo ngasih gue kue yang ada obatnya?"

"Ma-maaf!"

"Jadi lo ngelakuin hal yang sama kayak Radheya?" Raline kembali berpikir sesaat.

"Itu artinya... lo niat mau cabulin gue juga kalo aja gue beneran makan kue dari lo itu?" Raline sontak naik darah.

"Gue nggak yakin itu disuruh! Itu pasti emang niat lo kan?" Raline menarik kerah affan paksa, hendak menyeret lelaki itu. "Lo perlu dilapor sama pihak sekolah! Kalau perlu ke hukum sekalian!"

Affan memberontak hendak melepaskan diri, berupaya menahan posisinya berdiri agar Raline tidak berhasil membawanya tatkala ponselnya bergetar menarik fokus keduanya. Affan membelalakkan mata begitu tau siapa peneleponnya.

"Itu... orang yang nyuruh lo kan?"

Affan menatap Raline was-was, kemudian hendak kabur lagi namun dengan cepat Raline tangkap. Terjadi perebutan sengit diantara keduanya. Di mana Raline terus berusaha merebut ponsel Affan untuk mencari tau siapa yang menelepon lelaki itu dengan Affan yang mengusahakan dirinya menggagalkan niat Raline.

Raline dan keanarkisannya menyebabkan keduanya saling dorong. Karena gaya yang disebabkan oleh tarikan itu cukup besar, Raline yang refleks mengalah diantara keduanya membuat Affan refleks tersungkur ke belakang. Menabrak lemari piala berbahan kaca. Membuat lemari itu bergoyang dan ambruk. Affan jatuh terduduk, menjerit karena sebagian pecahan kaca jatuh mengenai dirinya. Bahkan sempat terjatuh ke bagian sensitifnya. Hingga lantai yang didudukinya kini mulai mengalirkan darah.

"Raaaline! T-tolong a-aku!"

Raline mengumpat. Melihat ke langit-langit apakah daerah itu terekam cctv atau tidak. Untungnya cctv daerah itu tidak begitu mengarah pada lokasi kejadian. Sehingga wajah Raline berkemungkinan tidak terekam kamera. Raline kemudian beranjak pergi, memilih arah yang tidak terekam kamera. Tidak ada niatan menolong Affan sekali pun. Berpura-pura tidak tau soal itu.

"Persetan sama Affan. Anggap aja itu azab buat lo karena udah cabulin Radheya!" Sambatnya setelah menjauh dengan napas yang masih sedikit memburu.

Raline berhenti melangkah ketika mendapatkan getaran notifikasi dari ponselnya. Kedua alisnya naik, melihat isi link yang baru saja dikirim di grup utama murid-murid Satya Bangsa.

Sebuah utas oleh anonym.

"Jurnal Radheya? Bukannya... jurnal itu udah gak ada?"

[.]

Yeahhh rada licik-licik juga ya tokoh-tokoh cerita ini😔

Kalian stan ke tokoh siapa nih?

Apa pendapat kalian tentang tokoh-tokoh cerita ini?

Lanjut?

Spam lanjut di sini yaa!

700 komen nanti update lagi^^

Follow ig @akunhipokrit
buat dapetin catatan harian Radheya

Continue Reading

You'll Also Like

Lintang By cell.

Teen Fiction

20.2K 3.3K 10
"Ra, nasi goreng Pak Mamat, gas?" "Samper sambil bawain cimory squeeze." "On my wa-" "Coklat sama lays rumput laut juga ya hehe." "NGGA JADI, RA. PAK...
10.4K 3.9K 65
WARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹...
22.8K 1.7K 19
Salahkah jika Renjun menaruh hati kepada perlakuan Jaemin pada nya? ( n ) ini hanya karangan yang tidak ada sangkut pautnya dengan visualisasi pemer...
1.4M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...