Forever Mine

By 23gwen

4.7M 208K 10.8K

"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya... More

prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Tolonggg yaaa
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 16

72.7K 3.6K 75
By 23gwen


Maxwell Fashion Company adalah salah satu perusahaan fashion terbesar diseluruh daratan Amerika, perusahaan itu di sekarang diwariskan kepada Gabriella Maxwell, puteri pertama dari pasangan Maxwell, Gabriella menikah dengan seorang pebisnis terkenal dan akhirnya dikaruniai seorang putra, pernikahan mereka hancur, tapi mereka tidak bercerai karena tidak ada kata perceraian dalam keluarrga mereka, orang-orang mengira bahwa Gabriella Maxwell hanya dikaruniai seorang putra, tapi apakah mereka tau jika dua puluh dua tahun yang lalu Gabriella terlibat skandal, keluarganya tahu bahwa dia hamil, dan keluarganya tidak menginginkan seorang anak haram dalam keluarga mereka, mereka mendesak Gabriella untuk segera menggugurkan bayi itu, dia tidak ingin menggugurkan bayinya, lalu keluarganya mengancam untuk menghapuskan namanya dari daftar ahli waris jika dia tidak mengugurkan anak dalam rahimnya itu. Dia tidak ingin kehilangan semua warisannya, tapi dia juga tidak siap jika dia harus mengugurkan bayinya, akhirnya dia memilih untuk melarikan diri meninggalkan keluarga besarnya, bahkan anak laki-lakinya. Satu tahun kemudian dia kembali ke rumah keluarganya, dia bersujud memohon ampun di bawah kaki ayahnya agar mengijinkannya untuk kembali, ketika ayahnya bertanya tentang sang bayi, Gabriella mengatakan jika dia telah keguguran dan kehilangan bayinya, semua yang diucapkan Gabriella hanyalah kebohongan,dan kebenarannya saat itu adalah dia melahirkan seorang bayi perempuan, dan bayi perempuan itu adalah aku.

 Kini aku telah menceritakan semuanya kepada Melisa, semua tentang diriku, mungkin dia bukanlah orang baik, tapi tidak ada orang lain yang bisa kupercayai selain dia, dan sekarang aku menatap kearah Melisa dengan keyakinan dimataku, aku tidak memperdulikan jika mataku memanas karena menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk mataku, aku juga tidak memperdulikan dadaku yang terasa sangat sesak karena menahan emosi. Melisa sekali lagi membaca tes DNA-ku untuk meyakinkan dirinya sendirikalau dia tidak melewatkan satu huruf-pun di kertas itu, aku tetap tidak melepaskan mataku padanya.

"Siapa itu Warren?, nama siapa yang kau gunakan untuk nama belakangmu?" dia kembali bertanya.

"Aku dibesarkan oleh seorang biarawati, dia memberikan nama belakangnya untukku" aku menjawabnya tanpa sedikitpun berbasa-basi, saat itu aku hanya ingin cepat-cepat mengakhiri semua ini.

"Apa yang kau inginkan dari keluarga Maxwell?"

"Aku ingin hal yang bisa membuat keluarga Maxwell hancur jika mereka kehilangannya" aku berkata penuh dengan tekad.

"Kau menginginkan pewaris mereka?" tanya Melisa penuh kecurigaan, aku mendengus saat dia mengucapkan kata pewaris.

"Aku tidak menginginkan hal picik seperti itu, apa gunanya seorang pewaris jika tidak memiliki bisnis untuk diwariskan" aku menjawabnya dengan tenang.

"Jadi kau menginginkan perusahaan mereka?"

"Ya, aku menginginkannya lebih dari apapun didunia ini" Melisa menatapku dengan ragu, aku bersumpah melihat adanya keraguan itu dalam matanya.

"Kau bahkan bisa memiliki Blackstone Company jika kau menikahi Sean, Maxwell Company bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan Blackstone bukan?" dia memancingku

"Aku mungkin orang yang berambisi, tapi aku bukan orang yang serakah, sejak awal Blackstone Company bukanlah tujuanku"

"Bisa saja kau berubah pikiran, kita tidak akan pernah tahu bagaimana sifat dasar seseorang bukan?" Melisa kembali meluncurkan kata-kata tajamnya itu kepadaku.

"Jangan pernah bicara tentang sifat dasar!, karena kau tidak tau apa artinya sifat dasar, untuk tau sifat dasarmu kau harus kehilangan segalanya dan hidup miskin terlebih dahulu, kau tidak pernah hidup miskin jadi kau tidak tau apa-apa mengenai sifat dasar!" aku berkata tanpa sedikitpun rasa takut dalam diriku.

"Dan apa kau sendiri tau apa arti dari sifat dasar?"

"Aku pernah hidup miskin, aku dihina sepanjang kehidupan remajaku, harga diriku pernah diinjak-injak, aku tidak diingikan oleh ibu dan ayahku, dan aku bahkan menjadi pengemis di keluarga ini selama empat tahun, bukti apa lagi yang kau inginkan dariku?!"  aku tidak bisa menahan air mataku menuruni pipiku, tapi aku langsung mengusapnya dengan kasar, aku tidak ingin terlihat lemah didepannya.

"Kau wanita yang luar biasa Ashley Warren, kau bahkan bisa membodohiku dengan begitu mudah, tidak ada yang pernah melakukan hal itu padaku sebelumnya, dan, ohh maaf, apakah aku harus memanggilmu dengan sebutan Ashley Maxwell?" dia menghinaku sekali lagi, cukup, sudah kesabaranku sudah habis untuk menghadapi tua bangka satu ini, bisa-bisa aku membunuhnya saat ini juga.

"Lupakan saja semua kata-kataku, aku benar-benar sudah gila berpikir kau akan membantuku" aku berkata sambil beranjak keluar dari sofanya, baru saja aku membuka pintu suaranya menghentikanku.

"Tunggu!" dia berujar lalu berjalan menutup kembali pintu kamarnya dengan tenang, dia menatapku lagi lalu mencengkeram daguku, lalu dia mendekatkan bibirnya di telingaku.

"Kau ingin menghancurkan keluarga Maxwell?, baiklah, aku akan membantumu, tapi jika kau ingin aku membantumu kau harus mengikuti semua yang kukatakan" aku terdiam ketika dia mengatakan hal ini padaku, apa sebenarnya yang direncanakan wanita ini, tapi biar bagaimanapun aku mencari tahu jawaban itu lewat matanya, aku tetap tidak kunjung menemukan jawaban itu.

"Baiklah, akan kulakukan semua yang kau katakan"

"Pertama, kau harus keluar dari penthouse Sean"

***

"Dimana kau!!" Sean membentakku melewati ponselku, aku menghela nafas untuk menenangkan diriku, aku tidak boleh terbawa dengan emosi dalam menghadapinya, dan aku juga tidak boleh kehilangan kendali saat aku menghadapinya.

"Tenanglah Sean"

"Jangan menyuruhku untuk tenang saat ini!, kenapa kau membereskan semua barang-barangmu dari penthouseku!, apa-apaan ini Ash!!!" aku memejamkan mataku ketika dia membentakku sekali lagi.

"Aku sudah didekat penthousemu, aku akan menemuimu sebentar lagi" tanpa memperdulikan lagi kata-kata selanjutnya yang keluar dari bibirnya aku langsung mengakhiri panggilannya.

Aku membuka pintu penthouse Sean dengan jantung berdebar debar, tapi aku memberanikan diriku untuk menghadapinya, aku sudah memilih pilihan ini, dan aku tidak akan mundur karena hal-hal kecil ini.

"Darimana saja kau!" dia langsung menanyaiku ketika aku menginjakkan penthousenya.

"Aku mengurus urusanku" aku menjawab dan saat itupula aku melihat kilatan kemarahan dimatanya.

"Urusan macam apa?!" dia bertanya padaku sambil mencengkeram tanganku.

"Jangan membentakku!, aku bukan pelayanmu!" aku balas membentaknya, dan dia terlihat sangat terkejut dengan hal itu.

"Kalau begitu jelaskan apa ini!" Sean melambai ke sekeliling.

"Aku pergi Sean, kita akhiri sampai disini" aku berkata padanya, dan dia hanya menatapku dengan tatapan tajamnya, dia mencengkeram lenganku dengan kuat lalu menggoncangnya.

"Kau pikir apa yang baru saja kau katakan!!!!" dia membentakku, aku hanya memejamkan mataku mendengarnya begitu marah padaku.

"Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan didunia ini, aku juga ingin mendapatkan apa yang kuinginkan didunia, biarkan aku melakukan apa yang kuinginkan" aku menjelaskan kepadanya, tapi dia sama sekali tidak mau mengerti, dia malah menyeretku kearah kamarnya lalu membanting pintu kamar dengan sangat keras, jujur saja saat itu aku begitu ketakutan.

"Kau pikir aku mainanmu!, apa yang sebenarnya merasuki dirimu!!!!" Sean kembali membentak, dia benar-benar telah kehilangan kendali atas dirinya saat ini.

"Sean, kau tidak bisa memaksakan semua ini" aku berusaha melepas cengkeraman tangannya yang mulai menyakiti lenganku.

"Tentu saja aku bisa!, jadi jangan pernah sedetikpun berpikir kau bisa pergi dariku" ancamnya sambil menjatuhkanku diatas ranjangnya, dia berjalan menjauhiku menuju kearah kamar mandi, aku menggigit bibirku lalu segera berjalan kearah pintu kamar untuk keluar dari kamarnya, tapi setelah aku mencoba membuka pintu itu, ternyata pintunya terkunci, dia menguncinya dari dalam?, aku tidak bisa percaya hal ini, memangnya aku ini kriminal.

***

Aku menghampiri Sean yang sekarang telah rapi dengan setelan hitamnya, dia terlihat tenang dan terkendali seperti biasanya, tapi aku benar-benar tdak bisa menahannya lebih lama lagi.

"Sean..." ucapku putus asa, tidak kusangka dia berbalik kepadaku lalu menghampiriku, dia membungkuk untuk mencium pelipisku, dan aku tidak menghindarinya.

"Aku anggap tidak pernah mendengar kata-katamu tadi"

Aku hanya bisa dia membisu ketika dia mengatakan hal itu padaku, muluutku seakan terkunci rapat aku tidak bisa berkata-kata lagi selain diam dan memandangnya.

"Sekarang tolong ikat dasiku" dia mengulurkan dasi berwarna gelap padaku aku mengambilnya lalu segera mengikat simpul dasi dilehernya, aku tidak bisa melawan rasa gemetar di tanganku saat aku mengikat dasi itu dengan dia yang menatapku lurus-lurus. Aku telah selesai memasangkan dasi itu padanya lalu mundur selangkah darinya, tapi dia tidak membiarkannya, dia kembali menarikku kedekatnya lalu dia menangkup jemariku.

"Kau takut padaku?" dia berkata, dan aku menggeleng padanya, bahkan siapapun tahu jika aku sedang berbohong padanya, dia mengerutkan dahinya lalu kembali tersenyum padaku.

"Jika ada hal yang kau inginkan didunia ini, aku yang akan memberikannya kepadamu, jadi tidak perlu mengatakan omong kosong seperti tadi sebaga alasan, kau tidak akan pernah pergi dariku, tanam itu baik-baik dalam pikiranmu" dia kembali berujar, dia menunggu reaksiku selama beberapa saat, saat dia tahu bahwa aku sudah cukup pucat, dia melingkarkan lengannya di sekeliling pinggangku lalu membawaku keluar dari kamarnya, kami berdua berjalan kearah dapur, dan makanan sudah siap disana, seperti biasa dia memundurkan kursi untuknya lalu duduk, setelah itu dia meraihku kedalam pangkuannya, ya, aku telah kembali kedalam kehidupannya saat ini.

"Kemejamu akan kusut" aku berkata padanya tapi dia hanya santai menuangkan madu diatas pancakeku.

"Sejak kapan kau perduli dengan hal itu?" dia berkata tenang, aku menghela nafas panjang lalu menatapnya, aku berpikir sampai kapan aku akan menjalani kehidupan seperti ini, dan sampai kapan dia akan memperlakukanku seperti ini.

"Buka mulut" dia berkata dan aku menurutinya, dia menyuapkan potongan kecil pancake kepadaku, dia meraih bacon dengan tangannya lalu menyuapkannya padaku lagi, kami bergantian makan, dia menyuapkan untukku lalu dia menyuapkan sesuap untuknya sendiri.

***

"Apa kau gila!, kenapa kau langsung mengatakan hal itu padanya!!!" Melisa memarahiku karena kejadian tadi pagi ketika aku meminta mengakhiri hubunganku dengan Sean.

"Maaf!, aku tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapinya" aku berkata sambil menatap Melisa yang kini berada didepanku.

"Lupakan saja!, aku akan mengurus semuanya"

"Apa yang harus kulakukan lagi?" tanyaku dengan sungguh-sungguh.

"Hanya ada dua cara untuk bisa mendapatkan apa yang kauinginkan dari Maxwell Company, pertama adalah membeli saham di perusahaan itu baru kau bisa masuk kedalamnya, tapi kau tidak mungkin melakukan itu karena kau tidak memiliki uang"

"Apa cara yang kedua?" kejarku padanya, Melisa menunduk sebentar untuk mengulurkan sebuah foto, aku melihat seorang pria difoto itu, aku membelalakkan mata padanya, apakah mungkin dia menginginkan aku untuk...

"Ya Ashley, kau harus merayu kakak tirimu sendiri"

 ***


Continue Reading

You'll Also Like

5.4M 450K 63
"Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PU...
758K 9.9K 31
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
16.3M 607K 35
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
950K 46.7K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...