Attention please! Kalau suka boleh di vote dan komen biar authornya tambah semangat nulisnya, happy reading hope enjoy it! Typo bertebaran!
—One week before Space air landing on earth, sept. 2021.
Sudah setahun sejak keberangkatan space air ke Mars misi pengambilan sample di mars berhasil, Para astronot dalam perjalanan kembali ke bumi.
"Are you okay, liz?" tanya pilot roket —Hendery.
"i'm okay." Hendery sedikit khawatir sengan kru kapalnya itu pasalnya wajahnya pucat dan juga nafasnya terlihat berat.
"Tell me if you need something."
"okay."
Entah kenapa Hendery merasa aneh dengan kepulangannya dari Mars bersama kru kapalnya, dari Liz yang wajahnya pucat sampai kru lain yang tak hentinya mengigil seperti kedinginan, ia berharap segera pulang ke bumi dan teman-temannya mendapat penanganan segera.
"semua, bertahanlah sebentar lagi kita sampai ke bumi." Ucap Hendery, tanggung jawabnya saat ini sangatlah besar, hanya ia satu-satunya yang sehat.
Sementara itu di ruangan kendali Jaemin mengawasi pergerakan roket yang tertera di layar besar di hadapannya, ia duduk sembari menyesap kopinya. Siang ini hanya ia dan satu staff yang berjaga karena selebihnya sedang makan siang.
Ting!
Jaemin menoleh melihat laptopnya terdapat panggilan video, Jaemin membuka panggilannya ternyata dari Jeno.
"Hello, erda." Sapa Jeno, Jaemin menyiritkan keningnya.
"why you call me erda?"
"artinya erda kan Bumi, erda di ambil dari bahasa yunani yang artinya bumi lalu berubah jadi eartho terus jadi earth, so erda is earth and my earth is you." Jaemin terkekeh.
"apakah sejak di luar angkasa kau menjadi lebih pintar menggombal? Apa para UFO itu mengajarimu cara menggombal?" Jeno tertawa mendengarnya.
"Mereka mengajariku caranya bereproduksi dengan baik."
"Lee Jeno!! Kamu pulang ke bumi i will wash your brain!"
"tapi kamu menikmatinya juga, so we're same."
"gak, gak gitu!"
"okay, so. Gimana sama space air 230 minggu ini mereka dalam perjalanan menuju bumi kan?"
"uh'um, tapi aku belum mendapat kabar lagi dari mereka sejak pagi, aku sedikit khawatir." Mata jaemin teralih menuju layar besar, ada glitch yang menandakan koneksi video call dengan para astronot.
"Jen, aku telfon lagi nanti ya. See u and i love you."
"okay, i love you too." Jaemin mematikan sambungan dsn menutup laptopnya.
"apa tersambung? Kenapa koneksinya buruk sekali?" tanya Jaemin pada staf yang ada tak jauh darinya.
"entahlah, sir. Tapi sepertinya ini dari koneksi mereka aku sedang mencoba menyambungkannya lagi." jawabnya, Jaemin sedikit cemas sekarang karena proyeknya hampir berhasil.
"halo?! Halo?! Apa kalian dengan suaraku?" ucap hendery.
"ya ya, kami mendengar suaramu. Ada apa? Kenapa koneksinya buruk sekali?" tanya Jaemin.
"entahlah, sesuatu yang cukup buruk terjadi. Para kru... lemas... tak sadarkan diri... Hanya— bertahan." koneksinya kembali buruk dan Jaemin juga tidak mendengar jelas perkataan hendery.
"aku tak bisa mendengar perkataanmu dengan jelas."
"ak— rus— segera.. ke bumi."
"Baik, terus kirimkan sinyal pada kami." ucap Jaemin, hendery menutup panggilannya. Jaemin semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dengan hendery juga kru lainnya, Jaemin sempat mendengar kata lemas, tak sadarkan diri, dan bertahan.
"tetap pantau koneksi sinyalnya, dan segera panggil staf lain." ucap Jaemin pada staf di sebelahnya.
"baik, sir." Jaemin mendudukan dirinya di kursi dan dengan serius menatap komputer di hadapannya.
"Jaemin, apa ada masalah yang terjadi?" Tanya Shotaro yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
"barusan aku baru saja mendapat panggilan dari Hendery, sepertinya terjadi masalah." Shotaro langsung duduk di tempatnya memakai airphonenya dan memeriksa komputernya.
"hendery mengatakan apa?" tanya shotaro.
"dia mengatakan bertahan."
Menjadi astronot bukanlah hal yang mudah butuh pendidikan dalam bidang matematika, bologi, tenkik, dan fisika juga keahlian khusus seperti mengendari jet dan di bidang yang dibutuhkan, Jeno salah satu orang beruntung yang bisa masuk ke badan antariksa negara Space Station. Cita-citanya semasa kecil akhirnya terwujud dan dari sini pula ia bertemu dengan Jaemin yang saat itu menjadi staf keberangkatan dirinya keluar angkasa.
Ngomong-ngomong soal astronot luar angkasa, apa sebenarnya pekerjaan Jeno di luar angkasa? Sebagai lulusan magister jurusan teknik tentu saja sudah bisa di tebak Jeno berada di divisi penerbangan untuk mengatur satelit kebutuhan teknologi dan komunikasi semua negara, Jeno bertugas mengecek sistem satelit dan sebagainya. Butuh waktu 665 hari di luar angkas yang artinya satu tahun sepuluh bulan. Gaji fantastis hingga mencapai milyaran di tawarkan setelah ia pulang bertugas.
"kau baru menghubungi Jaemin ya, kekasihmu itu?" Tanya seorang temannya menggunakan bahasa jerman karena ia berasal dari Jerman —Yangyang. Untungnya Jeno bisa berbahasa Jerman karena ia sempat kuliah mengambil gelar sarjana di sana selama tiga setengah tahun.
"iya, kau tau sendiri aku merindukannya."
"ku dengar dia dalam proyek terbaru space station."
"ya, dia sedang dalam proyek penelitian ke mars."
"keren sekali."
"dia lebih pintar daripada aku, menjadi profesor di usia mudan dan juga menjadi pemimpin salah satu proyek besar adalah hal menakjubkan bukan?"
"kau benar, aku melihat dia pertama kali saat ia berada di divisi penerbangan kita sebagai pengamat sementara, aura jenius begitu menyeruak pada dirinya."
"kau benar, aku selalu mendengarkan ide-ide gilanya namun terdengar tak masuk akal seperti tinggal di Mars contohnya."
"benar, penelitian itu sudah di lakukan dari lama namun belum bisa terwujud."
"dan Jaemin mewujudkannya." Jeno akui bahwa dalam proyek ini membutuhkan dana cukup besar dan memakan dana pribadi milik Jaemin, tentunya Jaemin adalah anak seorang pengusaha kaya raya dan mampu membiayai proyek ini itulah mengapa Jaemin berani menjadi pemimpin dalam proyek ini.
"oh iya, kau sudah makan?" tanya yangyang.
"belum."
"ayo kita makan."
"hah~ rasanya sangat rindu sekali dengan makanan bumi terutama masakan Jaemin, ingin segera pulang."
"sabar tinggal beberapa bulan lagi kita pulang, sudah ayo kita makan." yangyang menepuk pundak Jeno mengajaknya makan, tubuh melayang karena zero gravity atau tanpa gravitasi di luar angkasa membuat mereka tak perlu sulit berjalan.
Sulit untuk Jeno beradaptasi tanpa gravitasi di luar angkasa organ yang belum menyesuaikan keadaan di luar angkasa membuat bulan pertananya di luar angkasa dipenuhi rasa mual.
"kau mau makan apa?" tanya Yangyang.
"spageti." Jawab Jeno mengambil bungkusan berisi spageti yang sudah di vacum sehingga tak ada udara dalam plastikya, selanjutnya spageti di isi oleh air agar bisa di santap dengan mudah.
Jeno mengambil buah jeruk, yangyang memberikannya spageti lalu Jeno membiarkan buah jeruk itu melayang du udara sementara dirinya memakan spagetinya, ya rasanya seperti spageti pada umumnya.
Dulu sebelum space station menciptakan mesin yang bisa membawa makanan basah ke luar angkasa, para astronot biasanya membawa makanan kering atau yang sudah di keringkan seperti biskuit dan lainnya yang rasanya hambar tapi jaman sudah modern ilmuan space station mengembangkan teknologi agar makan tidak basi saat sampai di luar angkasa dengan membunuh bakteri yang bisa membuat basi makanan.
Cukup unik dan menarik hidup di luar angkasa namun banyak juga minusnya. Kalian tertarik?
TBC
Ada yang tertarik jadi astronot? Orang Indonesia belum ada yang benar2 berhasil ke luar angkasa lho, dulu ada perempuan pertama dari indo tahun 1985 yg mau terbang ke luar angkasa tapi gagal karena pesawat ulang alik challanger punya amerika meledak, okelah terimkasih sudah baca, jangan lupa vote dan komennya semua. See u in next chapter.
Sunny pwark. Jan 13, 2022.