"Sudah kah kamu tersenyum hari ini?"
Jangan lupa vote besti😌
Komen tiap paragraf ya❤️
••••
"Agav!" sentak Vea menatap Agav kesal.
"Iya nona," jawab Agav santai.
"Tuan Agav yang terhormat, bisa kah anda menatap saya tanpa memainkan handphone sialan itu?"
Agav mengulas senyum jahil. Cowok dengan rambut yang ia kibaskan itu mendorong tubuh Vea perlahan, menjatuhkannya tepat di kasur. Mengukung tubuh Vea yang mungil. Agav menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa hm?"
Vea menatap sekelilingnya, di rasa tak ada orang lain selain dirinya dan Agav, Vea menatap Agav dengan garang.
"Minggir!"
"Mau bermain sebentar?" tawar Agav menyunggingkan senyumnya.
"Sepertinya tuan sangatlah mesum, mau bermain dengan lembut atau kasar?" tanya Vea tersenyum balik.
"Kasar sepertinya menarik," ujar Agav yakin.
Bukkkk!
"Aghhhhh," erang Agav memegangi selangkangan nya yang perih.
"Vea! Burung gue perih," ucap Agav hampir menangis.
"Kata mau main kasar," sahut Vea enteng.
"Kebangetan banget sih sayang," keluh Agav menatap kekasihnya kesal.
"Makanya jangan mesum gue ngeri liatnya!" sahut Vea menekuk wajahnya.
Agav mendudukkan bokongnya di kasur, merebahkan dirinya dengan pandangan ke atas atap.
"Tidur sini Ve," ucap Agav sambil menepuk lengannya yang ia rentangkan.
Vea menatap Agav lekat, tangannya terulur mengusap wajah Agav yang basah akibat air mata cowok itu.
"Takut Gav," gumam Vea pelan.
Dengan pelan Vea menjatuhkan kepalanya di lengan Agav, tertidur mereng sambil menatap Agav lekat. "I love you."
"Makasih udah mau nerima gue untuk kesekian kalinya," ucap Agav getir.
"Terimakasih kembali untuk segala sesuatu tentang kebahagiaan ini," kata Vea.
"Alay," gumam Vea kesal.
Agav terkekeh geli, memiringkan tubuhnya menghadap Vea yang menatapnya lekat. "kenapa?"
Vea menggelengkan kepalanya, matanya yang coklat itu berkaca-kaca.
"Mulai sekarang jangan sedih sendiri, jangan nangis sendiri," ujar Agav tegas. "Ajak gue!"
Vea memeluk Agav erat, tangannya memeras baju Agav kuat menyalurkan rasa khawatirnya.
"Cukup kemarin gue hampir kehilangan semuanya, sekarang jangan," kata Agav lembut.
"Astagfirullah Allahuakbar, mata gue ternodai untuk kesekian kalinya," keluh Iko menutup matanya cepat.
Angga yang masih di luar pintu memasukkan kepalanya ke dalam, menatap kejadian apa yang terjadi.
"Kenapa?" tanya Angga menerobos masuk.
"Innalilahi wainailaihi Raji'un," ucap Angga memegang dadanya.
Plakkk!
"Kagak ada yang meninggal Jamal!" sahut Raka memukul jidat Angga.
"Refleks goblok, lu geplak jidat gue kenceng amat!" kesal Angga.
Agav menghela nafas panjang, ia duduk dengan Vea di sampingnya. "Ngapain?"
"Jenguk bangsat, apa lagi emangnya?" sewot Iko.
"Numpang makan mungkin," sahut Vea menekuk wajahnya.
"Sialan emang! Pasangan kagak ada adab!" Raka mengunyel-unyel wajahnya kesal.
Vea terlihat memicingkan matanya, menatap Raka dengan sebal. "Dasar!"
Agav mengelus kepala Vea lembut menenangkan gadis itu yang yang terlihat sebal.
"Vea," panggil Jessi heboh memeluk Vea dari samping, memisahkan Agav dan Vea yang berdekatan.
Diam-diam Agav mendengus sebal, giliran sedang mesra kenapa harus di ganggu?
"Gav geseran dong, berdiri kek!" ucap Bella.
"Gak!" sentak Agav.
"Cewek gue jangan di bentak anjir." Angga menatap sengit Agav.
Agav berdiri dengan perasaan kesal, menatap segerombolan perempuan yang sudah duduk memenuhi kasur.
Melvin yang melihat Agav berdiri dengan wajah yang masih pucat pun mendorong cowok itu agar duduk di kursi, namun caranya yang salah itu membuat Agav kembali berdecak.
"Seneng banget kayaknya liat gue gini," ucap Agav.
"Hm."
"Ve, perut lo gak papa kan? Rasa waktu di bedah gimana?" tanya Tara bertubi-tubi.
Sega menyumpalkan sebuah roti ke dalam mulut Tara. "Makan, jangan berisik."
Tara menoleh sebal, menatap Sega marah. "Jangan nyebelin deh, sana jauh-jauh dari gue!"
"Ya."
"Oh iya Ve, gimana keadaan lo sekarang? Udah baikan?" tanya lembut Katya.
Vea tersenyum. "Udah, gue baik-baik aja lagian."
Agav menaikkan satu kakinya, menyimpangkan nya pada paha. Duduk di balkon kamar dan menghisap rokok di tangannya.
"Lagi sakit, ngerokok gak baik buat kesehatan lo," ujar Melvin memasukkan satu tangannya ke dalam saku.
"Gak sering cuman sesekali doang," jawab Agav.
"Gimana?" tanya Sega.
"Apanya gimana?" tanya Agav balik menaikkan satu alisnya.
"Lo sama Vea," ujar Sega lagi.
"Baik-baik aja," kata Agav menatap lurus ke depan.
"Ntar sore ada pameran di lapangan sepak bola dekat komplek gue, nonton kuy!" ucap heboh Jessi.
"Mau," ujar Vea lesu.
"Enggak," sahut Agav tegas.
Vea menekuk wajahnya kesal. Tara menatap Agav kesal. "Apaan sih lo, orang nonton pameran doang juga."
Vea menatap Agav lekat, mengeluarkan puppy eyes nya itu. "Mau, plisss."
Agav tertawa kecil, berdiri dari duduknya dan memasukkan tangannya ke dalam saku. "Harus sama gue."
"Iya," jawab Vea cepat.
Nara memutar bola matanya malas, ia menatap kedua pasangan itu kesal. "Nasib gue jomblo."
Melvin yang melihat wajah Nara yang berbeda dengan tiba-tiba menyentuh telapak tangan Nara dan menggenggamnya santai.
"Bareng gue," ajak Melvin.
Deg.
Nara mendongak menatap Melvin yang lebih tinggi dari nya, ia ingin tersenyum namun rasa getaran di jantungnya begitu mendebarkan.
"Iy-iya."
"Naik apa lo berdua?" tanya Sega pada Agav dan Vea.
"Naik motor," ujar Agav.
"Bisa?" tanya Sega, pasalnya ia tidak yakin dengan keadaan Agav yang baru selesai dari pasca operasi nya.
"Hm."
Mereka melangkah pergi, menempuh perjalanan sekitar 30 menit. Akhirnya mereka sampai di lapangan yang Jessi katakan.
Vea turun dengan cepat dari motor, Agav menggelengkan kepalanya heran, ia lantas menarik tangan Vea agar berdiri di sebelahnya.
"Jangan jauh-jauh, gak boleh kecapean," kata Agav.
Vea memberenggut kesal. "Enggak sayang."
"Sekali coba," ujar Agav.
"Apa?" tanya Vea pura-pura tak tau.
"Sekali lagi, panggil gue sayang sekali lagi," ucap Agav menatap gadisnya dengan sebelah alis yang terangkat.
"Ogah," sahut Vea malas lalu melengos pergi menyusul teman-temannya yang sudah menjelajahi pameran.
Jessi, Tara, Katya, Belva, Nara dan Vea berjalan di depan dengan satu makanan masing-masing yang senantiasa mereka pegang.
Sementara Iko, Sega, Raka, Angga, Melvin dan Agav berjalan di belakang mereka seperti bodyguard yang setia menjaga majikannya.
"Nyesel gue ikut," ucap Iko menghela nafas lelah.
"Sabar, cewek selalu bener. Cowok selalu salah!" ujar Raka mengelus dadanya.
"Itu mah lu, gue sih kagak mau ngikutin konsep sialan," sahut Angga.
"Siap-siap kena amukan pacar sendiri bro." Iko menepuk-nepuk punggung Angga sabar.
Pasalnya Belva sudah berdiri di depan Angga dengan senyum sinis.
"Eh sayang," ucap Angga.
"Gak usah panggil gue sayang! Kita putus aja," kata Belva kesal lalu memberikan sampah pada Angga.
"Enggak dong Bel, masa putus. Enggak! Gue gak mau," rengek Angga mengikuti arah Belva pergi.
Agav menggenggam tangan Vea erat, membawa gadis itu menjauhi teman-temannya.
"Kenapa?" tanya Vea.
Hanya diam Agav membawa Vea ke bawah pohon rindang yang terdapat bangku di dalamnya.
"Kenapa kesini?" tanya Vea.
"Tidur di sini, jalannya di lanjut nanti," kata Agav sambil menepuk pahanya.
"Mau main," ucap Vea lesu.
"Nanti Ve," kata Agav.
"Mau gue marah?" lanjut Agav.
Vea menggelengkan kepalanya. Menatap Agav dari bawah dengan kesal. Gadis itu mengelus pipi Agav pelan. "Lucu."
Agav mengelus tangan Vea yang mengelus pipinya. "Sakit."
"Gak papa, kan sakitnya berdua, gak sendirian lagi," ujar Vea pelan.
AGAV
Udah berapa abad kita tidak saling sapa?
Jangan lupa vote and spam komen ya😠
Jangan lupa follow akun ig Wattpad aku ya
@wattpadhsnl
@hsnlho__
Jangan lupa follow akun Wattpad aku juga.
Jangan lupa share cerita ini🥰
See you besti🎉