☑️The Na Brothers [NOMIN ft M...

By Aiyou23

205K 21.1K 693

Kisah 3 bersaudara dengan sifat berbeda dan ceritanya masing-masing. Na Renjun, sulung yang punya sikap sinis... More

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
bukan update
21
22
23
24
25
26
27
28 ( 1 )
29 ( 2 )
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40

36

3.4K 383 6
By Aiyou23

Jeno mengamuk.

Guanlin dan Hyunjin yang di perintah oleh Chanyeol untuk menenangkan dan membawa Jeno kembali bahkan kewalahan.

Pemuda tampan berhidung bangir itu masih saja melampiaskan kemarahannya di mansion mewah milik keluarga Kim tidak peduli yang terbelai oleh katananya bersangkutan atau tidak, baginya hanya satu,

Lenyapkan semua keturunan Kim.


Awal mula lepas kendalinya banteng muda itu ialah saat ia tengah kembali dari kantin rumah sakit terdapat dua orang mencurigakan di depan kamar rawat Jaemin.

Memang area VVIP sepi, ruangan Jaemin pun yang menjaga hanyalah Jeno karena Sehun dan Luhan harus mendatangi pertemuan para turunan bangsawan, sedangkan Baekhyun dan Chanyeol harus ke Korea karena merindukan kedua cucu kembar mereka, keluarga Na memang sering berkunjung tapi kebetulan saat ini mereka tidak datang ke Jepang.

Jeno yang baru saja dari kantin itu menyipitkan matanya ketika siluet dua orang berpakaian hitam bergerak mencurigakan memasuki kamar Jaemin.

Dengan perlahan seperti bayangan, Jeno menyelinap memasuki kamar sang pujaan hati, bersembunyi di balik tirai yang membatasi kamar mandi dan ruangan lainnya, memperhatikan dengan seksama apa yang akan di lakukan dua orang tadi.


" Bangsat." Desis Jeno marah saat keduanya hendak mencelakai Jaemin, namun sepertinya keduanya masih amatir karena kini keduanya kebingungan.


" Apa yang kalian lakukan?" Tanya Jeno menggeram marah.

Kedua orang tadi tersentak kaget dan bergetar ketakutan.

" Jawab! Apa yang kalian lakukan disini?" Teriak Jeno marah.

" K-kami tidak melakukan apapun." Dua orang itu nampak bergetar ketakutan, Jeno menatap dengan sinis.

Tiap langkah mendekat yang diambil  pemuda itu diiringi dengan kemarahan yang sangat nampak di mata sipitnya.

Pada dasarnya sumbu kesabaran Jeno sangat pendek, hatinya sedang tak karuan menunggu pujaan hatinya yang tak kunjung sadar dan kini ditambah ada dua cecunguk amatir yang hendak mengusiknya dengan mencelakai Jaemin, makin meradanglah dia.

Perasaan yang dua tahun belakangan ini tertahan seolah meledak secara bersamaan, menyeruak keluar minta dipuaskan, dan para cecunguk ini sepertinya pantas sebagai menu pembukanya.

"Katakan. siapa. yang. menyuruh. kalian!"

Bruk

Dua pemuda itu langsung bersujud saat Jeno sudah tepat di depan mereka, aura hitam yang di keluarkan si pemuda bangir begitu kuat menekan dan sangat terasa dingin mengalahkan dinginnya AC yang menyala.

" Ampuni kami tuan, kami mohon." Bahkan salah satu dari mereka sudah menangis saking ketakutannya.

" Katakan! Dan aku melepas kalian."

" Kim Yuna."

Brak

Jeno menendang meja nakas di samping Jaemin yang berada di belakang kedua pria itu, menyebabkan keduanya makin gemetar tak berani mengangkat wajah mereka.

Namun, bahkan kebisingan yang terjadi masih belum bisa membuat si manis terbangun dari mimpinya.

" Sialan! Keluarga Kim itu." Geram Jeno marah.

Maniknya yang tajam melirik dua pria yang masih saja bersujud di depannya, hingga sebuah ide muncul di kepalanya membuatnya menyeringai mengerikan.

" Aku akan bebaskan kalian, tapi bantu rencanaku dulu."

Keduanya langsung mengangguk tanpa bantahan, menyelamatkan diri dari manusia buas di depan mereka adalah tujuan mereka saat ini. Jika mereka tau akan berhadapan dengan Jeno maka dari awal mereka akan menolak permintaan Yuna, ah, bahkan akan menolak pekerjaan semacam ini.

" Baik tuan."

Dan, seringai yang sudah lama tak muncul itu makin lebar sekarang.










Seorang gadis cantik nampak duduk angkuh diatas sebuah sofa di sebuah rumah mewah dengan kaki yang diangkat diatas meja, tangannya dengan lihai mengecat kuku kuku panjangnya dengan elegan.

" Nona, dua orang suruhan anda sudah kembali." Gadis muda yang tengah duduk itu langsung berdiri, tidak sabar mendengar laporan orang suruhannya.

" Bagaimana? Kalian berhasil menyuntikkan cairannya?" Tanya Yuna semangat, tak sabar dengan apa yang akan terjadi dimasa mendatang.

" Sudah Nona, kami sudah melakukan apa yang anda tugaskan." Salah satunya menjawab dengan kepala menunduk, Yuna tersenyum puas.

" Kami juga membawa titipan dari seseorang untuk anda." Sebuah kotak hitam berpita pink berukuran sedang diserahkan pada Yuna yang kini memasang ekspresi keheranan.

" Apa ini?" Tanya Yuna heran, tanpa kesabaran gadis cantik semampai itu langsung saja membuka penutup kotak, matanya melotot tak percaya dengan apa yang ada di dalam kotak tersebut.

Buagh


" APA-APAAN INI?!!!" seluruh isi rumah berlarian mendekati Yuna yang kini terduduk di lantai menatap tak percaya pada seongok barang yang menggelinding keluar dari kotak.

Seluruh isi rumah termasuk kedua orang tuanya dan pelayan bahkan bodyguard memandang ngeri pada seongok kepala sosok yang amat sangat mereka kenal keluar dari kotak dengan keadaan mata terbuka lebar dan lidah menjulur keluar, jangan lupakan ukiran dari pisau dari jidat hingga dagu kirinya.

Nyonya Kim, selaku ibu dari Kim Yena dan Kim Yuna sudah tersungkur tak sadarkan diri melihat putri sulungnya yang telah hilang 2 tahun kembali dalam keadaan mengenaskan.


" Kalian menyukai hadiahku?"

Semua mata memandang seorang pemuda tampan berbaju silver yang kini mendekat dengan langkah angkuh, dua orang yang awalnya menjadi suruhan Yuna berbalik berdiri di belakang pemuda itu.

Sedangkan si cantik yang masih terduduk menganga tak percaya, sosok pemuda itu ia sangat mengenalnya.

" Kalian boleh pergi." Ucap pemuda yang tak lain adalah Lee Jeno itu dengan datar, dua pria tadi langsung mengangguk dan berlari kencang meninggalkan mansion Kim yang sebentar lagi akan menjadi kuburan masal.

" L-lee Jeno" lirih Yuna pelan, Tuan Kim yang memangku istrinya menatap nyalang pemuda yang ia tebak adalah pelaku pembunuhan putri sulungnya.

" Kau tau namaku rupanya." Desis Jeno tajam, pemuda tampan itu masih saja bersikap tenang meskipun kini banyak pasang senjata api diarahkan padanya.

" Berani sekali kau membunuh putriku, bahkan dengan beraninya kau menunjukkan dirimu di hadapan kami." Sentak Tuan Kim marah, Jeno mendecih malas, terlalu hapal dengan lakon yang akan di jalani para manusia kolot di depannya.

" Pak tua, jika saja kedua putrimu tidak mengusikku dan kakakku, aku juga malas meladeni manusia ular seperti kalian."

Tuan Kim mengeraskan rahangnya, wajahnya memerah marah karena hinaan pemuda yang tidak di kenalnya itu.

" Hama jika tidak di bersihkan tuntas akan kembali membentuk koloni dan melakukan serangan lagi, jadi aku di sini yang akan menyelesaikan tugas itu."

Jeno memegang masing-masing pistol di kedua tangannya, tanpa memberi jeda langsung menghabisi seluruh pelayan dan bodyguard di sana dengan tembakan tepat di kepala mereka.

Dor

Dor

Dor

Dor


" Jangan macam-macam denganku, atau aku benar-benar akan membuatmu meminta kedatangan malaikat kematian."

Tuan Kim dan Yuna bergetar ketakutan, pemuda di hadapan mereka ini memiliki skill dan kecepatan diatas manusia normal.

" J-jeno, tunggu dulu." Sela Yuna gugup, Jeno menatap Yuna datar seolah memberi kesempatan si bungsu Kim berbicara.
" Bukankah kita bisa membuat kesepakatan? Berikan Na Jaemin padaku, dan akan aku beri sahabatku yang begitu cantik sebagai gantinya." Terang Yuna membuat Jeno menggeretakkan giginya marah.

" Kau pikir cintaku pada Jaemin serapuh itu? Memang siapa kau yang berani meminta Jaemin dari pelukanku?" Aura yang mengelilingi sekitar mereka makin nampak mengerikan melebihi puluhan orang yang bergelimpangan disekitar mereka dengan kepala berdarah itu.

" Tunggu! Ampuni putri ku dan seluruh keluargaku nak, aku berjanji kami tidak akan menganggumu dan pemuda bernama Jaemin itu." Tuan Kim angkat bicara, Yuna menggeleng protes dengan usul ayahnya.

" Tidak! Aku tidak mau melepaskan Jaemin!" Teriaknya tidak tau situasi. Jeno menatap pertengkarang ayah dan anak itu dengan datar.

Dor

" SAYANG/IBU!!!"

Tuan Kim dan Yuna sama-sama menatap tubuh nyonya Kim yang kini sudah tak bernyawa dalam pangkuan suaminya, ia yang tadinya hanya pingsan kini dibuat tidur selamanya oleh tembakan Jeno yang tepat di jantungnya.

" APA YANG KAU LAKUKAN?!" Teriak tuan Kim frustasi, Yuna memeluk jasad ibunya erat.

" Ini hukuman kedua untuk kalian." Ujar Jeno datar, " Hukuman pertama adalah kematian putri sulungmu ditangan kakakku."

Tuan Kim lemas, ia yang tadinya hendak menyerang Jeno kini kembali membeku ditempatnya.

" Kau tau, kedua putrimu bersifat sama, mereka sama-sama penganggu hubungan orang. Putri sulungmu mengusik kekasih hati hyungku sedangkan putri bungsumu itu dengan berani mau merebut Jaemin dari pelukanku, kalian pikir kalian siapa?" Jeno mendekat pada tuan Kim dan mencengkram leher pria tua itu dengan satu tangan berototnya dan kemudian dihadapkan pada Yuna yang masih saja menangisi ibunya.

" L-lepaskan!" Berontak tuan Kim yang di abaikan Jeno.

" Kim Yuna, lihatlah karena ulahmu seluruh keluargamu akan hancur hari ini juga."

Krek

Belum sempat mencegah, Jeno sudah lebih dulu mengambil tindakan dengan mematahkan leher tuan Kim. Yuna menangis keras di tengah banyaknya mayat yang berserakan yang diantara mayat itu adalah kedua orang tuanya.

" Puaskan? Ini balasan ulahmu." Ujar Jeno dingin, Yuna menyeret tubuhnya mundur menjauhi Jeno yang mendekatinya dengan sebilah pisau kecil ditangan kanannya.

" Kemarilah dan rasakan hukumanmu."

Grep

" Uhuk" Yuna merasa nafasnya tercekat di tenggorokan, Jeno mencekiknya tanpa pandang bulu.
" Aku belum akan membunuhmu, aku akan membuatmu menyaksikan kemusnahan seluruh klanmu ini."

Dan dengan gelap mata Jeno menyeret Yuna memasuki mobil dengan keadaan kedua tangan terikat kuat.

Jeno mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata.

Tiap rumah yang di dalamnya merupakan keluarga dari klan Kim di habisi tanpa sisa, bahkan anak kecil dan bayi pun tak luput dari kebringasannya.

Yuna menangis keras melihat seluruh keluarganya baik jauh maupun dekat dihabisi dengan brutal di depan matanya.

Guanlin dan Hyunjin masih berusaha keras menghentikan Jeno yang kini sedang mencacah seongok tubuh yang sudah tak utuh, keduanya merasa ngeri dengan kebrutalan si pemuda.

" Jeno, sudah." Hyunjin menarik paksa lengan pemuda yang berlumur darah itu untuk mundur, meskipun belum satu hari ia sudah melenyapkan lima puluh orang lebih sendirian namun matanya yang sipit masih belum menunjukkan kepuasan.

Guanlin mengangkat ponselnya yang bergetar menampilkan nama sang istri tengah melakukan panggilan padanya.

" Halo Njunie, kenapa? Aku masih harus membantu Hyunjin meredam amukan banteng jantan dulu."

" Ada yang ingin bicara pada Jeno."

Guanlin mengeryit, " Siapa?"

" Aku."

Guanlin terbelalak tak percaya, sekali lagi memastikan pendengarannya tak salah.

" Sialan."














TBC....


Continue Reading

You'll Also Like

113K 16.1K 23
Memang sulit untuk mempercayai suatu hal yang disebut "Mitos". Namun ketika kau dipertemukan dengan "Mitos" itu sendiri, akankah kau percaya atau han...
40.9K 5.9K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
10.9K 405 11
Ini tentang cerita jung jeno CEO kaya dan na jaemin dokter muda yang mendambakan seorang anak kini terkabulkan setelah tiga tahun lamanya. Ini kisah...
199K 30.9K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...