RAGASEA (END)

By devitnask

6M 725K 319K

SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA/ TOKO BUKU ONLINE TERPERCAYA Bagaimana jika ia yang selalu menyakitimu, t... More

PROLOG
1. BULLYING
2. LAVEGAS
3. FANTASY
4. MEMORIES
5. INHALER
6. DIFFERENT
7. INVIATION
8. DRESSED
9. PHOBIA
10. RATU VERITAS?
11. LIVE INSTA
12. DRAMA QUEEN
13. STICKY NOTES
14. PROMISE
15. KUROMI KEYCHAIN
16. KOLOR SQUIDY
17. PUTRI PECANDU
19. SENJA & SAMU
20. SAMU SUMON
21. WLC TO THE HELL
22. FIVETY : FIVETY
23. MOTOR MERAH
24. PANTAI SELATAN
25. D-DAY
26. ANTAGONIS
27. KONSEKUENSI
28. PELIK
29. LO SIENTO
30. PARNOAN
31. OLIMPIADE
32. LUKA MANDA
33. PERI KECIL?
34. PASPOR
35. 10-31 MEANING
36. SUGAR DADDY
37. PASSWORD
38. SANDIWARA
39. SQUIDY
40. SI POSESIF
41. SALAH PAHAM
42. BUCIN NYUSAHIN
43. SPAM-SPAM
44. OBAT PENYEMBUH
45. TAPI BOONG
46. PERKARA ABS
47. OVERSINTING
48. LOVE LANGUAGES
49. EGOISME
50. SELESAI, LAUT
51. SI JEALOUS
52. PUTUS SEPIHAK?
53. AGENDA
54. COUPLE STUFF
55. LAMPION
56. MEMORABLE
57. BUKAN ROBOT
58. NIGHTCLUB
59. KEMBANG API
60. SELESAI, GURITA

18. MALAIKATNYA SEA

85.4K 11.1K 2.7K
By devitnask

Bugh! Pyarrrr! Sea memukul kaca besar di belakang Manda hingga pecah, bercak darah menetes dari tangan Sea. "Gue juga bisa hancurin lo kayak kaca ini, Nda!"

"Aga, A-ga to-longin Man-nda!" jerit Manda melihat Raga memasuki toilet.

"Manda!" Raga menarik Sea kuat-kuat hingga gadis itu terhuyung ke dalam bilik toilet dan membentur closet duduk.

Lengannya tak sengaja menubruk pengait kunci pintu yang rusak sehingga menimbulkan luka gores sepanjang tiga centimeter.

"Sakit banget Aga," rintih Manda kesakitan, gadis itu langsung memeluk Raga dan menangis.

Manda menyilangkan kakinya di tubuh Raga, seakan-akan meminta Raga menggendongnya tanpa bersuara. Tentu, karena setelah itu Raga menggendong Manda di depan.

"Tunggu gue di lapangan lo!" titah Raga dengan mata menyala marah.

"Ogah amat," Sea berdiri dengan sendirinya, kemudian pergi dari toilet dengan membenturkan bahunya pada lengan Raga.

"Sea kok jahat banget sih sama Manda, Manda nggak tau salah Manda apa Aga. Manda sedih banget."

"Turun lo!" Suara Raga berubah, tidak khawatir seperti sebelumnya, melainkan terdengar dingin dan cukup menakutkan.

"Aga, kok gitu--"

"GUE BILANG TURUN!" Untuk pertama kalinya, Raga membentak Manda. "Mau turun sendiri, atau gue lempar?!"

Manda ketakutan, ia turun dari tubuh Raga. Gadis itu meraih tangan Raga dengan wajah cemas dan mata memerah yang dibuat-buat.

"Aga kenapa? Aga kok jadi kasar sama Manda--"

"Gue kecewa punya adek kayak lo!" gumam Raga pelan, sebelum akhirnya ia berlari keluar toilet untuk menyusul Seanya.

Samu mendekati Sea dari arah belakang, cowok itu langsung menarik tangan Sea dan menggendongnya ala bridal style. Sea memberontak, merasa aneh melihat Raga melakukan itu.

Bukan hanya Sea, melainkan semua murid yang menyaksikan mereka juga merasa aneh, terutama Manda. Beberapa bisikan mengudara, murid yang sebelumnya menghadang jalan Sea itu pun memilih bubar dari barisan.

"Lo ngapain?!" sentak Sea mengamuk di gendongan Raga. "Turunin gue!"

Raga tidak menjawab, yang ia lakukan hanya berjalan cepat menuju ruang UKS. Cowok itu mendudukan Sea di atas brankar secara lembut, sangat tidak mencerminkan ke-raga-an.

"Lo ngapain?!" tegas Sea lagi, matanya melotot melihat Raga yang sedang membuka kotak p3k.

"Gue nggak suka liat lo diginiin." Cowok itu mengambil salep dan hendak mengolesi luka Sea.

"Tapi elo yang bikin gue kayak gini, Raga!" Sea mendorong Raga. "Belain Manda aja sana, kan emang biasanya kayak gitu!"

Samu memegang tangan Sea. "Tangan lo luka, harus cepet-cepet diobatin--"

"Ga usah sok care, Bocah Squidward! Tadi lo sendiri yang nyakitin gue, sekarang mau ngobatin gitu? Kenapa, ngerasa bersalah udah nyakitin gue?!"

"Sea--"

"Mau lo itu apa, Ga? Bully gue terus peduli, jatohin gue ke kolam terus nolongin, sakitin gue terus tiba-tiba ngobatin? Kalau mau jahat ya jahat aja, baik ya baik aja. Jangan setengah-setengah, gue nggak mau suka sama lo lagi--"

Raga menarik kedua tangan Sea hingga gadis itu berdiri, lalu memeluknya lembut. Sea membelalakkan matanya, terkejut dengan perilaku Raga. "Raga--"

"Kakak nggak suka liat Lautnya terluka. Siapapun yang nyakitin Lautnya Samu, mereka bakalan habis malam ini juga."

"Laut?" Panggilan itu mampu mengantarkan Sea ke dalam masa lalunya bersama Samu.

Samu, hanya dengan mengingat Samu, air matanya langsung menyeruak keluar. "Lautnya Samu?"

Di sisi lain, tangan Manda terkepal melihat itu semua. Dalam sekejap saja, Raga mendadak berubah. Hatinya mendidih, termakan api cemburu.

Manda mendekati pintu dengan penuh amarah, tangannya bergerak memutar kenop pintu, tetapi terkunci.

"RAGA!" teriak Manda sambil sesekali melihat ke jendela.

Sea yang melihat Manda di luar UKS pun langsung pura-pura sakit, sehingga Raga semakin perhatian. "Ah, aah, kaki gue sakit banget. Kayaknya kekilir."

Raga, ah tidak, dia Samudra. Cowok itu menuntun Sea duduk di brankar, lalu ia bersimpuh satu lutut di depan Sea untuk membuka sepatu Sea dan mulai memijat kaki Sea.

Manda semakin agresif menggedor pintu, tetapi Sea tidak peduli, bahkan saat Raga hendak menoleh pun Sea kembali menarik kepala Raga agar menatapnya. "Sakit."

"SEA!" sentak Manda semakin menjadi-jadi. Lalu seseorang datang dan menarik Manda untuk pergi ke kelasnya karena jam pelajaran sudah dimulai.

Kini suasana berubah hening, Sea amati Raga yang masih memijat kakinya dalam diam. Raga terlalu lembut dan peduli kali ini, setiap sentuhannya terlalu membekas, Sea dapat melihat sosok Kak Samu hanya dengan melihat gerakan cowok itu.

"Masih sakit?" tanya Raga.

Sea tidak menjawab, ia malah tenggelam ke masa masa dimana Samudra masih hidup dan selalu menjaganya.

"Ish, diem dulu jangan teriak-teriak, nggak enak kedengeran tetangga ntar dikira lagi diapain." Suara Samu mendadak terngiang.

"Sakit tau, Kak. Coba deh rasain, ini nggak cuma kekilir doang, tapi kejepit motor juga. Kak Samu sih sok-sokan mau ngajarin naik motor gede, gue tuh nggak bisa."

"Bisa," sangkal Samu disertai senyuman tulus. "Lo cuma kurang belajar aja."

Satu tetes air mata pun turun membasahi tangan Raga, Sea buru buru memalingkan wajahnya ke kanan, ia hapus jejak air matanya secepat mungkin. Sea rindu Kak Samu.

Samu menunduk merasa bersalah, ia sangat paham alasan Sea menangis. Samu akhirnya mulai mengobati luka Sea di buku-buku jari, begitu lembut, bahkan sempat meniup-niup tangan Sea agar cepat mengering.

"Kak Samudra?" Air mulai mengalir membasahi pipi Sea lagi. "Kak Samudra kan? Bukan Raga?"

Demi apapun itu, Sea bukanlah gadis yang cengeng. Tetapi semenjak kepergian Kak Samu, semua hal yang berkaitan dengan pria itu mampu mengundang air mata.

Samu tidak menjawab, ia malah beralih pada luka Sea yang lain dan menggulung lengan seragam Sea. Samu memberi pijatan kecil di sekitar luka agar rasa sakitnya tidak terlalu Sea rasakan, itu sudah menjadi kebiasaan sejak dulu.

"Jawab," pinta Sea seraya menarik tangannya dari Raga, namun Samu berhasil menahan Sea dan melanjutkan aktivitasnya.

"Gue udah hafal, Kak. Cuma Kak Samu yang kasih massage di sekitar luka sebelum ngobatin, karena Kak Samu tau dari kecil gue nggak tahan sakit."

"Tapi," Sea mengambil napas dalam, tidak mau menangis meski sulit. "Kak Samu kan udah meninggal."

Samu berhenti bergerak, ucapan Sea sangat menyakitkan. Cowok itu mengangkat kepalanya menatap Sea, tangan kekarnya bergerak mengusap jejak air mata di pipi sang adik.

"Cengeng banget adek gue," ucap Samu dengan suara yang sedikit bergetar.

Samu tersenyum sendu, ia selipkan anak rambut Sea ke belakang telinga. "Jangan ke pantai sendirian, ya? Bahaya. Kalau kangen sama kakak, cukup peluk bantalnya aja. Jangan ke makam juga, kakak nggak suka liat lo nangis sendirian di sana."

Sea semakin terisak, ia tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Raga dan Samudra? Dua kepribadian yang kontras kini berada di dalam satu raga?

Raga mundur dua langkah dari hadapan Sea. "Kakak harus pergi sebelum Raga balik lagi, Kakak nggak mau liat lo dikasarin terus sama cowo brengsek ini."

Raga pergi, sedangkan Sea masih saja mematung di tempatnya. Cukup sulit bagi Sea untuk mencerna situasi yang terjadi. Kak Samu, dan Raga? Mereka adalah kombinasi paling rancu yang sangat membingungkan.

Beberapa saat kemudian, Sea beranjak mengejar Raga yang sudah keluar dari UKS. Gadis itu menahan bahu Raga sehingga tubuh Raga berbalik.

"Raga tunggu!" Sea menarik tangan Raga. "Ah enggak, Kak Samu. Iya, kan? Ini beneran Kakak--"

"Ngapain lo, Bitch?!" Raga menyentakkan tangan Sea kasar. "Jangan pegang gue!"

"Tapi, Kak Samu--"

"Akkhhh," Raga menekan dadanya yang terasa begitu sakit. "Awas lo, Jalang! Lo kan yang bikin gue sakit kayak gini?!"

"Bocah Squidward, lo kenapa--"

"GUE BILANG AWAS, TULI LO?!" Raga mendorong Sea secara kasar, sangat kasar sehingga mampu membuat harapan Sea sirna seketika.

"Kak Samu...."

***

Tidak cukup sampai dibully seisi sekolah, kini Sea difitnah menimbulkan kekacauan besar di sekolah. Akibatnya, ia harus membereskan semua bekas kekacauan tadi sebagai hukuman.

Siapa lagi yang melapor jika bukan Manda?

Sekarang, Nita bahkan datang ke sekolah untuk menghakiminya atas apa yang Manda alami. Hanya karena sandiwara Manda, Nita berbicara dengan kepala sekolah dan meminta skorsing untuk Sea.

Sea hanya mampu tertawa naas, mamanya sendiri, ibu kandungnya sendiri yang menghakiminya hingga ia dihukum skorsing selama empat hari.

"Hahahaa, Mah--"

"Jangan panggil saya Mama!"

"Oh iya, Mantan Mama."

"Diam kamu!"

"Anak Mama nggak cuma Manda, Mah! Aku juga!" Nada bicara Sea meninggi ketika mereka berjalan menyusuri lorong sepi.

Nita berbalik, menatap Sea yang berdiri dengan mata melotot penuh kebencian. "Kamu bukan anak saya--"

"Yang pengen disayang bukan cuma Manda, tapi aku juga, Mah." Sea mendekat.

"Nggak cukup perlakuin aku secara kasar, tapi sekarang Mama juga minta aku diskors cuma karena beberapa kata dari Manda yang masih harus dipertanyakan kebenarannya?!"

"Saya mau kamu keluar dari sekolah ini, itu juga lebih baik untuk kamu--"

"Kenapa?! Biar kalian tenang?!" sela Sea dengan nada sarkas.

"Sea!"

Sea tertawa miris. "Akhirnya, setelah sekian lama Mama mau manggil nama aku lagi meski dengan cara kayak gini."

"Saya nggak main-main, lebih baik kamu pindah dari sekolah ini--"

"NGGAK AKAN PERNAH!" gertak Sea marah. "Aku nggak akan pernah pindah dari sini, sebelum liat Mama sama Manda menderita!"

"Inget itu, Mah!" Sea semakin mendekat hingga jarak mereka hanya sebatas satu jengkal. "Sea kayak gini gara-gara, Mama."

Sea melanjutkan langkahnya mendahului Nita, namun berhenti setelah melihat Ivy yang berdiri beberapa meter darinya.

Kelopak mata Sea melebar. "Ivy--"

Tanpa mengatakan apapun, Ivy berbalik dan berjalan cepat menjauhi Sea. Gadis itu tampaknya telah mendengar perbincangan Sea dengan Nita tanpa dia sengaja.

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari.

Ada yang nunggu next?

2k komen ya, nanti aku update lagi 💗

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Follow juga instagram & tiktok @devitnask

Continue Reading

You'll Also Like

690K 63.6K 43
The Marvel Series 2 Reza adalah lelaki tersabar yang aku kenali. Reza tak marah walau berkali-kali aku sakiti. Reza hanya diam saat aku marah. Reza a...
11.5K 1.7K 24
(SLOW UPDATE) Seorang gadis cantik yang selalu terlihat jutek dan jarang berbicara dengan orang asing, tidak pernah menduga bahwa kehidupan nya akan...
SKALA By Hanum

Teen Fiction

11.7M 1.3M 58
Sudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal...
33.3K 993 11
Airlangga Darmawangsa. Kapten basket yang menjadi murid tervaforit karena frestasinya dalam olahraga basket juga sifatnya yang friendly dan murah sen...